15. Unbearable Desire

9.4K 737 219
                                    

Sayangku...
Maafkan aku...
Aku PHP in kalian... 😭😭😭

Okee...
Ini bukan last chap
Tapi perpanjangan alur

Setuju ngga kalian kalo book ini diperpanjang beberapa chap...?
Bosen ngga sih...??

Rise your voice ya dear😘






Sorry for typo 😊










Sejuk, pagi yang lembut mengawali hari dengan secercah cahaya harapan. Tak surut dari gelapnya malam nan dingin. Tak surut dari sunyi yang mencekam. Pagi yang manis, bersambut dengan mentari bercahaya tipis.

Ruang rawat yang hangat dan nyaman. Sosok namja muda masih terbaring di bawah alam sadarnya. Wajahnya yang pias tak pudar sekalipun waktu terus merambat perlahan. Hidupnya masih di topang dengan berbagai alat dan ventilator. Nyawanya masih tergantung tanpa kejelasan. Hingga pagi tiba, hingga mentari kembali memercikkan sorotan hangatnya.

"Nakk... kenapa kau betah sekali bermimpi...?"

Yunbi, masih setia berada di sisi pembaringan si muda. Kehilangan bungsunya, bukan berarti melupakan satu tanggung jawab yang lain. Ia sering mengusik hari-hari seorang polisi bernama Kim Namjoon. Hanya untuk mendapatkan kabar perkembangan pencarian anak manjanya. Selagi, ia merawat satu anak yang menjadi tugasnya.

"Eomma... ingin kau bangun...," Ucap Yunbi, sembari mengusap sela-sela jemari Jimin dengan handuk hangat.

"Saranghae, Jiminie...,"

Kata terakhirnya, tepat di telinga Jimin. Begitulah yang Yunbi lakukan setiap saat. Setiap kali menghabiskan waktunya dengan Jimin. Tiap kali memberikan sentuhan hangat. Yunbi terus menerus memberikan rangsangan lembut.

Lewat suara yang ia bisikkan dengan nada rendah tepat di telinga. Lewat sentuhan ketika ia membasuh permukaan kulit Jimin yang nampak. Lewat usapan pada tepi wajah dan rambutnya. Jimin selalu ia perlakukan layaknya anak sendiri.

Tiba, saat dimana, Yunbi harus menghentikan kesibukannya dengan jemari mungil Jimin. Pergerakan halus terdeteksi penglihatannya. Jemari Jimin menjentik beberapa kali. Seolah, kesadarannya telah kembali. Seolah, ia mendengar semua yang Yunbi bisikkan selama ini.

"Ya Tuhan... Jimin...??"

Yunbi melihat, kedua kelopak mata Jimin mengerjab. Ia segera meletakkan handuk dari tangannya. Memencet tombol panel yang terhubung langsung di nurse station.

Jimin, telah kembali. Perlahan ia membuka kedua matanya. Hati Yunbi menghangat, ketika Jimin telah sadar. Beberapa saat kemudian seorang perawat datang ke kamar rawatnya.

"Anak ku sudah sadar, sus... bisa tolong panggilkan dokter..," Ucap Yunbi dengan mengulas senyum di wajahnya. Perawat itu kemudian meninggalkan kembali ruangan Jimin.

"Jimin...? Sudah bisa melihat eomma, nak...??" Tanya Yunbi sambil menggenggam tangan Jimin.

"Eum...maa...??"

Suara Jimin masih lemah. Bahkan pengucapannya pun tidak begitu jelas. Tapi itu sudah cukup membuat Yunbi bahagia setengah mati. Ia mengusap dengan lembut bingkai wajah Jimin yang masih pias pucat pasi. Jimin terpejam kembali. Hanya untuk merasakan sentuhan yang selama ini mengusik tidur panjangnya.

"Jimin... terimakasih nakk... sudah kembali pada eomma...,"

"Oo...kie em..maa..??" Gumam Jimin yang masih memberikan tatapan menelisik pada Yunbi yang sedari tadi menyebut dirinya 'eomma' pada nya.

"Emm.. aniya Jimin-ah... ini eomma... eomma Jimin.. eomma Kookie eomma Jimin juga... panggil eomma ya....," Bisik Yunbi lembut di iringi dengan ulasan senyum tipis di wajah Jimin.

Affectionless Between Us  ( Vkook / Brothership ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang