20. Endless Love ( Part II ) END

15.3K 868 382
                                    

Haaii... 👋👋👋
Apa kabar sayang... 😅

Aku minta maaf ya
Ini akan menjadi part yang sangat panjang..
Aku minta maaf..
Kalian akan mabok.. 🙏🙏
Aku harap ngga mabok sih.. 😁😁

Sekaligus...
Penggalan terakhir dari book ini...
Terimakasih banyak atas dukungan, perasaan kalian, serta cinta kasih kalian pada tulisan ini..

Sungguh..
Aku rasanya ingin menangis..
Aahh sudah lahh... 😅


Sorry for typo 😊







Raganya seolah tak bernyawa. Diam seribu kata menyisakan kesunyian. Tubuhnya seolah tak lagi punya daya. Tenang dan tanpa pergerakan. Terbalut denting kesenyapan yang menemani tiap detik hidupnya.

Tak ada warna dalam tiap tarikan nafasnya. Gelombang bahkan tak beriak, detak jantung yang lebih dari sekedar lemah. Kulit putih nan bening, nampak semakin pucat dan memucat.

Tergolek lemah dalam sebuah ruangan sepi bernuansa putih. Detikan mesin yang terhubung dengan tubuhnya. Satu-satunya irama yang tersisa. Kedua mata masih setia terpejam dengan erat. Tak bergeming tak terusik tak bergairah untuk kembali terbuka. Pasrah dengan segala keadaannya. Seutas nasal melintang di perpotongan wajah. Nafasnya menderu lemah. Terhembus tanpa tenaga.

Dia dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Setelah sekian lama stabil. Mendadak kondisinya menurun drastis. Entah mengapa dia melakukan ini kepada orang yang telah menunggunya sadar. Seolah seperti memberikan sebuah hukuman. Atas sebuah rasa yang menyakitkan, dari kehilangan. Dia mulai kehilangan sinar serta rona wajahnya.

“Jangan pergi nakk… tetaplah bersama kakek… sampai habis waktu kakek merawat mu…,”

“Tuan besar…,”

Seorang manusia renta dengan kedua mata yang sembab, menoleh lemah mencari sumber suara. Sosok pria gagah mendekatinya. Pria itu yang selama ini, bersamanya. Menemaninya menjaga satu-satunya cucu tercinta.

“Istirahatlah…,”

“Tidak… aku baik-baik saja…,”

“Anda nampak kurang sehat…,”

“Aku tidak boleh meninggalkannya sendirian, setelah semalam dia hampir saja meninggalkan ku…,”

Jeon Shihyuk, menunduk. Dengan tangan rentanya, ia mengusap pelan lelehan air mata dipipi sendiri. Ketakutan itu masih menguasainya. Melukai relung hatinya yang bahkan belum sembuh sejak kematian putri semata wayangnya. Kini, satu-satunya cucu tercinta. Tergolek meregang nyawa, nyaris meninggalkannya. Jungkook mendadak saja kejang dan terkena serangan jantung semalam.

Kegelisahannya, ketakutannya, dan semua perasaannya bercampur menjadi satu. Menyesakkan rongga dada. Membuatnya tak punya tenaga hanya sekedar untuk terpejam.

Beruntung, dia memiliki orang –orang yang tunduk padanya. Patuh pada perintahnya. Orang-orang yang ahli, para spesialis dan profesional dibidangnya. Berusaha sekuat semampu mereka, menyelamatkan satu-satunya orang yang berharga bagi Tuan nya. Semua fasilitas ini, termasuk tenaga medis di dalamnya, resmi menjadi milik Jeon Shihyuk si penguasa. Semenjak Jungkook membutuhkan perawatan intensif.

“Tuan… ada panggilan telepon…,” Seseorang mendadak datang, memberikan sebuah ponsel pada Jeon Shihyuk. Kakek tua itu, mendadak mengembangkan senyumnya melihat nama yang tertera.

“Haa-….,”

Kaakkeekkkk…!!”

“Auuh..!!” Kakek Jeon mendadak menjauhkan ponsel dari dekat telinganya. Suara melengking tajam, terdengar mengejutkan dan memekakan telinga tua nya yang masih sangat normal.

Affectionless Between Us  ( Vkook / Brothership ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang