Epilog - After We Married

337 19 0
                                    

Author POV

Dua puluh lima tahun kemudian….

Dea memasuki lorong rumah sakit menuju ruangan yang sudah ribuan kali dia kunjungi. Langkah kakinya ditemani banyak wajah pucat di sekitarnya. Ia kini telah kebal, tak takut lagi memasuki rumah sakit manapun. Terkadang mereka mencoba berinteraksi dengannya, tapi Dea selalu mencoba untuk tak peduli.

Setelah memastikan kalau orang yang dicarinya tak memiliki pasien, dia masuk ke dalam ruangan itu. Ia melihat Adit, suaminya, sedang sibuk membaca buku tebal di depannya. Laki-laki itu mendongak saat merasakan kehadiran Dea.

Ia tersenyum hangat. Senyum yang sama selama 25 tahun perkenalan mereka, delapan belas tahun pernikahan mereka, yang tak pernah membuat Dea bosan sekali pun. “Ada apa, Dey?” tanyanya.

Dea menutup pintu ruangan di belakangnya dan melipat tangannya di depan dada sambil menatap suaminya. “Pak Dokter, kenapa kamu masih di sini? Kamu lupa malam ini kita ada janji sama Ana?”

Adit melepas kacamatanya dan menyandar di kursi sambil memijat pelipisnya. “Kamu serius, Dey, sama rencana kamu? Kamu udah tanya Viona apa dia setuju dengan perjodohan ini?”

Dea menarik kursi di hadapan suaminya. “Aku serius, Dit. Aku belum tanya Vio, tapi aku yakin dia akan mengerti. Vio itu polos banget, aku gak mau dia terjerumus atau apa. Kalau dia kita jodohkan dengan Angga, ada yang bakal jagain dia.”

“Biar cowok yang tepat dateng sendiri untuk datengin Vio nanti, Dey. Kamu juga sama polosnya dengan Vio dulu, tapi kita bisa ketemu, kan? Kamu bisa jaga diri kamu sendiri, kan?” tanyanya.

Dea mengangguk pelan. “Itu kalau Vio seberuntung aku. Aku takut kejadian yang dialami Livy menimpa anak kita, Dit.”

Adit menegakkan tubuhnya dan mengusap pelan jemari Dea. “Aku tau kamu khawatir. Jadi kamu akan terus melanjutkan perjodohan ini? Bukannya Vio udah punya pacar? Lagi pula apa kamu yakin Vio bisa menerima Angga yang kaku itu? Oh, sayang, dia terlalu serius untuk putri manis kita,”

Dea refleks tertawa. “Kamu lupa dulu gadis manis ini memilih jatuh cinta pada cowok seperti apa? Cowok yang selalu bersikap dingin padanya, hahaha. Masalah pacar Vio, aku yakin Vio akan memutuskannya kalau dia sudah mengenal Angga. Aku tahu seperti apa anakku.”

Adit menghembuskan napasnya lelah dan sedikit tersenyum menyadari kebenaran dari perkataan Dea, gadis manisnya yang lebih memilih menghabiskan sisa hidupnya mendampingi laki-laki serius dan sangat membosankan sepertinya, alih-alih berpacaran dengan cowok yang lebih menyenangkan.

“Dit? Ayo, nanti kita terlambat. Vio sudah menunggu di mobil sejak tadi,” ucap Dea menghentikan lamunan Adit. Adit mengangguk dan melepas jas dokternya kemudian berjalan mengikuti Dea keluar rumah sakit.

***

Dea dan keluarganya tiba di restoran tempat Ana menunggu, telat lima menit dari yang dijanjikan. Ana telah duduk di meja di tengah ruangan bersama suaminya dan Angga.

Dea berjalan santai menghampiri Ana dan memeluk sahabatnya itu. “Hai, An, maaf ya telat,” ucapnya sambil tersenyum lebar.

“Iya gak apa-apa,” jawab Ana.

“Hai, Kak Fadli, apa kabar?” tanya Dea sambil bersalaman dengan Fadli.

“Baik,” ucap cowok itu ikut tersenyum. Mereka pun duduk kembali.

Dea menoleh ke anaknya. “Vio, kenalin, ini Angga, anaknya Tante Ana.”

Vio tersenyum ramah. “Hai, Angga. Gue Viona Rastafaro. Lo bisa panggil gue ‘Vi’ atau ‘Vio’.”

“Angga, ini Vio yang sering Mama ceritain ke kamu,” ujar Ana pada putranya. Angga alih-alih bersalaman dengan Vio, dia justru menatap gadis itu dengan dingin.

“Gadis cantik, ceria, supel. Biasanya gak punya otak, kurang di kemampuan akademik karena terlalu mikirin penampilan,” komentar anak cowok itu kemudian. Dea, Adit, Vio, dan yang lainnya hanya bisa menganga mendengar komentar Angga yang tiba-tiba itu.

“Vio, jangan terlalu dimasukin hati, ya. Angga memang sering ngasih penilaian ke orang lain sesuka hatinya,” ucap Ana mencoba mencairkan suasana. Ia tersenyum terlihat bersalah pada Vio. Dea dan Adit ikut tersenyum walau sedikit menarik napas pelan.

Vio kembali tersenyum pada Ana. “Gak apa-apa, kok, Tante. Angga belum kenal aja siapa aku sebenarnya. Mungkin kalau dia tahu aku udah pernah memenangkan olimpiade Matematika dua kali berturut-turut, dia gak akan bicara seperti itu,” ujar Vio dan tersenyum penuh kemenangan menatap Angga. Anak itu memang tak pernah mau diremehkan, bahkan oleh orang yang baru dikenalnya beberapa menit yang lalu. Angga hanya menatapnya dingin tanpa berniat menjawab.

“Ya udah, langsung pesan makanan aja, yuk,” ujar Fadli agar semua kembali ceria, tidak terlalu kaku seperti ini.

Setelah selesai dengan semua hidangan mereka, Dea pun melirik Ana untuk memulai pembicaraan lagi.

Ana berdeham sebentar. “Angga, Vio, sebenarnya tujuan kita bertemu di sini untuk membicarakan perjodohan kalian,” ujar Ana.

“Apa? Dijodohin? Sama dia? Ma, apa Mama yakin?” tanya Vio kaget dan terlihat menolak.

“Sayang, kamu itu belum kenal Angga. Dia itu cowok yang baik, kok,” ujar Dea meyakinkan. Vio hanya diam menatap ibunya tak percaya. Sedangkan Angga hanya diam.

Karena tak ada protes lagi dari mereka berdua, Ana dan Dea memutuskan bahwa mereka setuju dengan perjodohan itu.

Mereka pun berpisah dan berjalan pulang. Setibanya di rumah, Vio langsung berlari masuk ke dalam kamarnya.

Adit mendekati Dea dan merangkul pinggang istrinya. “Dey, kamu liat sendiri, kan gimana Angga? Kamu juga liat reaksi Vio? Apa kamu yakin tetap meneruskan semua?” tanyanya.

“Aku yakin, Dit. Pada saatnya nanti baik Vio atau pun Angga akan mengerti. Vio akan bisa mencintai Angga seperti aku mencintai kamu. Percaya sama aku,” ucap Dea yakin.

“Aku selalu percaya sama kamu,” ucap Adit dan mencium kening Dea.

Tak semua sifat ceria bisa kalah dengan mereka yang kaku. Bahkan gadis ceria seperti Dea bisa menaklukkan Adit. Dea percaya apa yang terjadi padanya 25 tahun yang lalu akan terulang pada Vio, dengan versi kisah mereka sendiri. Dia beranjak mendekati jendela dan menatap langit malam yang cerah.

Livy, apa kabar? Aku rindu kamu. Terima kasih karena telah mempertemukan cintaku dan Adit. Aku tak akan pernah lupa dengan kisah kita, sahabat terbaikku.

-END-

Hehehe endingnya agak gak jelas ya. Harap maklum kalau masih banyak Typo ya readers :) Berhubung gak mau spam kalau kasih note di tiap part, jadi minta vote dan commentnya di ending aja ya :D Thank you buat yang udah mau mampir :*

Sweet Story 4 | Love Stuck in The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang