Namaku Dea Arlena. Saat ini umurku tujuh belas tahun dan aku duduk di bangku kelas tiga SMA. Kini aku berjalan pelan menembus kerumunan orang di rumah sakit. Aku merasa amat gugup. Aku benci rumah sakit karena tempat ini membuatku bisa melihat banyak hal yang orang lain tak bisa.
Ya, aku memiliki semacam kemampuan melihat makhluk halus yang biasanya beredar di rumah sakit. Sebenarnya mereka bisa berada di mana saja, tapi tempat paling sering aku menemui mereka adalah di rumah sakit.
Aku mengalihkan pandangan ke sekitar. Ada banyak orang duduk di kursi tunggu di sepanjang lorong rumah sakit. Sebagian dari mereka memang manusia, sebagian lain yang berkulit pucat dan menatapku dengan pandangan kosong adalah…. Sepertinya tidak perlu ku jelaskan lagi. Aku segera mempercepat langkah kakiku sebelum mereka menyadari kalau aku bisa melihat wujud mereka.
Pertama kali aku menyadari kemampuanku ini saat kakak pertamaku meninggal karena kecelakaan, tepat di hari ulang tahunku yang ke-6. Saat itu aku bisa melihatnya berkeliaran di sekitar kami ketika dokter telah menyatakan bahwa ia telah ‘pergi’. Bahkan, dia sempat mengobrol denganku. Mungkin itu adalah hal yang baik karena aku sempat mengucapkan selamat tinggal padanya, tapi setelah sebelas tahun berlalu, aku merasa seperti orang gila karena bisa melihat mereka padahal orang lain tidak.
Terkadang aku merasa frustasi karena sebagian arwah itu mencoba mengajakku berbicara. Aku takut. Aku mencoba berbicara pada orangtuaku, tapi mereka tidak memercayai ceritaku. Jadi, aku memilih mengatasinya sendiri dengan cara menghindar untuk pergi ke rumah sakit.
Tapi saat ini, keadaan memaksaku untuk menginjakkan kaki di tempat ini. Papaku dirawat di sini karena tekanan darah tingginya kambuh. Sebagai anaknya, aku tak mungkin hanya berdiam diri di rumah tanpa berniat menemaninya. Jadi dengan langkah berat aku mengunjungi tempat ini lagi.
Kamar rawat papaku berada di ujung lorong beberapa meter di depanku. Saat aku telah tiba di depan pintu, aku mendorong pintu putih itu hingga terbuka lalu masuk ke dalamnya. Mama dan adikku sedang di dalam menjaga papaku.
“Dey, kamu udah pulang sekolah?” tanya mamaku. Aku mengangguk dan tersenyum.
“Gimana keadaan Papa, Ma?” tanyaku setelah duduk di samping papaku.
Mama menyunggingkan senyum yang pertanda tak ada hal buruk yang terjadi pada papaku. “Kata Dokter Papa sudah membaik, tapi masih harus dirawat di sini untuk beberapa hari ke depan,” ucap mama.
Aku hanya mengangguk sekilas. Mama mulai sibuk untuk menyiapkan makan papa sementara adikku yang berumur sepuluh tahun itu mendekatiku.
“Kak, Kakak bisa liat hantu itu lagi?” bisiknya. Aku mengangguk pelan. Satu-satunya orang yang percaya dengan ceritaku adalah adikku, Deo. Oh, dia bukan hanya percaya, tapi juga terlihat antusias. Ia bahkan sempat memintaku untuk mengajarinya melihat makhluk-makhluk lain itu, tapi tentu saja aku tak bisa. Memangnya itu sebuah kemampuan yang bisa dipelajari?
“Mereka nyoba ngomong sama Kakak, gak?” tanyanya lagi.
“Sstt.” Aku mendekatkan jari telunjukku ke bibir memintanya berhenti mengintrogasiku. Adik laki-lakiku itu hanya memonyongkan bibirnya sebal dan dengan langkah berat kembali ke tempat duduknya tadi di samping mamaku.
Aku terdiam dalam hati sedikit gelisah walaupun tak ada makhluk lain itu di kamar ini. Untuk menutupi rasa gelisah itu, aku mencoba membereskan selimut papaku. Dia masih tertidur karena efek obat bius dokter.
Setelah satu jam diam di sana, aku merasa bosan. Aku melirik jam di pergelangan tanganku yang menunjuk pukul lima sore. Aku melihat adik dan mamaku yang sedang tertidur di sofa dekat pintu masuk. Aku berjalan mengendap keluar dari kamar untuk mencari udara segar. Kakiku berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang penuh dengan wajah-wajah pucat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Story 4 | Love Stuck in The Past
Novela JuvenilBagi Dea, hidup itu terlalu indah untuk dilewati. Baginya semua masalah bisa terselesaikan. Tersenyum dan memiliki banyak teman adalah keharusan bagi jiwanya yang ceria. Gadis periang yang mudah dekat dengan semua orang ini pun menjadi incaran banya...