Pagi ini Callista dan Rehan sudah rapih mengenakan seragam sekolahnya dan kini mereka berdua sedang berdiri di depan gerbang rumah Callista untuk menunggu taxi yang ia pesan, lagi lagi mereka harus menaiki taxi karna motor Rehan masih belum selesai diperbaiki di bengkel.
Callista mendengus kesal sambil sesekali melirik jam tangannya, sudah lebih dari dua puluh menit taxi pesanannya belum juga datang. "Kapan si motor lo bener?"
"Harusnya si hari ini, mungkin nanti pulang sekolah gue ambil." Jawab Rehan.
"Ahh lama bangett!" Kesal Callista
Dan tiba-tiba saja sebuah mobil sedan berwarna hitam itu berhenti tepat di depan mereka, sang pengemudi pun keluar dari mobilnya membuat kedua mata Callista berbinar melihat ketampanan lelaki itu."Pagi Callista! Berangkat bareng gue yuk!" Ajak Dava dan ia pun membukakan pintu mobilnya untuk Callista.
Sontak Callista langsung menganggukan kepalanya antusias, dan berjalan hendak memasuki mobil Dava. Namun Rehan dengan cepat menahan lengannya,
"Callista berangkat bareng gue! Kalau lo mau ngajakin dia berarti gue juga ikut lah." Rehan pun berjalan hendak memasuki mobil Dava, namun dengan cepat Dava menutup pintu mobilnya.
"Please Han, kali ini aja. Lo kan bisa naik angkot." Ujar Dava dengan nada memohon.
"Dadah Rehan." Callista pun melambaikan tangannya saat ia sudah masuk ke dalam mobil Dava.
"Sialan!" Kesal Rehan sambil menendang udara, "Naik apa ini gue ke sekolah?". Dan tak lama kemudian, akhirnya taxi pesanannya itu datang membuat Rehan bernafas lega.
Selama di perjalanan Callista hanya memainkan ponselnya sambil sesekali melirik Dava yang duduk di sampingnya sedang serius mengemudi.
Callista bingung harus bagaimana disaat mereka hanya berdua, detak jantungnya kembali berdegup kencang membuat ia dirinya tak kuasa jika terus memandangi Dava.
Sampai akhirnya, Dava menoleh melihat Callista disaat lampu merah. "Lo gak bosen Call? Satu kelas sama Rehan terus rumah juga samping-sampinga.""Nggak kok, aku malah bosen kalau gak ada Rehan."
"Seharusnya lo kayak gitu juga ke gue." Dava terkekeh pelan dan kembali fokus menyetir.
Callista menggigit bibir bawahnya gemas, sambil dalam hatinya ia membenarkan kalimat Dava. 'Emang udah kayak gitu kali kak!' Jeritnya dalam hati.
Tak lama kemudian, mereka berdua pun telah sampai di sekolah. Keadaan di sekolah ini sudah mulai ramai karena sebentar lagi bel masuk pun dibunyikan. Dava membukakan pintu mobilnyaan mempersilahkan Callista keluar, "Terima kasih ya kak." Ujar Callista ketika ia sudah di luar mobil.
Banyak pasang mata yang melihat kejadian itu, siapapun itu sangat merasa iri kepada Dava maupun Callista. Kaum Adam sangat ingin berada di posisi Dava saat ini, dan kaum Hawa sangat ingin berada di posisi Callista saat ini. Dan tak jarang, para kaum Hawa yang memandang penuh iri itu mencibir Callista. Tak terkecuali seorang gadis yang tengah memandang Callista penuh kebencian dari jarak jauh itu sangat ingin memusnahkan Callista dari sekolah ini.
***
"Berhubung gue yang traktir, jadi lo yang pesen makanannya!" Ujar Callista sambil mendudukkan tubuhnya di sebuah kursi panjang.
"Siap! mau pesen apa bos?"
"Mie ayam sama es teh manis, semanis gue." Ujar Callista dengan penuh percaya diri, membuat Rehan menjulurkan lidahnya seperti orang mual.
"Oke, wait!" Rehan pun beranjak dari tempat duduknya dan pergi ke stand mie ayam yang berada di kantin.
Sambil menunggu Rehan yang sedang memesankan mie ayam untuknya, Callista pun memainkan ponselnya. Sampai ia tak sadar bahwa ada seorang gadis yang berjalan ke arahnya dengan emosi yang menggebu-gebu,
KAMU SEDANG MEMBACA
NO REASON (Completed)
Teen FictionTolong jangan bertanya kenapa. 'Kenapa aku mencintai mu?' Tolong jangan tanyakan! Aku hanya mencintai mu tanpa alasan. Dan takkan ada alasan pula untuk meninggalkan mu. Biarlah tetap perasaan ini ku simpan, agar tidak menghancurkan semuanya. Biarla...