Callista kini sudah rapih mengenakan celana jeans dengan kaos berwarna putih yang dibalutkan jaket boomber berwarna hitam, rambutnya yang dikunci menjadi satu, membuat dirinya terlihat semakin lucu.Hari ini Dava mengajaknya ke dufan untuk mengisi waktu weekend mereka, tak lama kemudian, lelaki itu datang dengan mobil sedannya, pakaian yang Dava kenakan kali ini sama persis dengan apa yang Callista kenakan, padahal mereka tidak menentukan outfit yang dipakai untuk hari ini.
"Loh ko?" Dava mengerutkan keningnya bingung sambil melihat ke arah baju Callista lalu bergantian melihat pakaian yang ia kenakan.
"Kok sama?" Dava terkekeh pelan begitupun dengan Callista yang baru menyadarinya.
"Kaka ngikutin aja," ujar Callista sambil terkekeh pelan.
"Ada juga kamu tuh yang ngikutin," ujar Dava sambil mencolek hidung Callista, lalu mereka berdua tertawa bersama.
"Mamah kamu ada?" Tanya Dava
"Gak ada, mamah udah berangkat ke butik tadi pagi,""Jadi kita langsung jalan aja nih?" Tanya Dava dan Callista pun menganggukan kepalanya mantap,
Dava pun membukakan pintu mobilnya mempersilahkan gadis itu masuk, dan tak lama kemudian Dava menyusul Callista yang sudah masuk lebih dulu,
Ia menolehkan kepalanya ke arah gadis yang ada di sampingnya, hal itu membuat Callista ikut mentap Dava. Perlahan, Dava memajukan tubuhnya menjadi semakin dekat dengan Callista, sontak hal itu membuat Callista tersentak kaget karna kini tubuh Dava dengannya hanya berjarak satu jengkal saja.
Callista menahan nafasnya dengan susah payah, tak lama kemudian sebuah tangan kekar terjulur menarik sesuatu yang ada di samping Callista. "Kalo mau jalan, seat belt nya dipake," ujar Dava sambil memasangkan seat belt Callista.
Callista menghembuskan nafasnya lega setelah Dava mengatakan kalimat itu, ia buru-buru mengalihkan pandangannya agar Dava tidak melihat wajahnya yang sudah memanas.
***
Setelah hampir satu jam mereka melewati jalanan kota Jakarta yang macet, akhirnya mereka telah tiba di tempat tujuan.Dava membukakan pintu mobilnya untuk Callista dan menggandeng gadis itu memasuki area dufan, setelah memesan tiket dan diberi stampel, mereka berdua bisa bebas menaiki wahana apapun sesuka mereka.
Mata Callista langsung berbinar ketika melihat stand penjual ice cream, Dava pun menyadari hal itu mengingat gadisnya ini sangat menyukai ice cream. "Kamu mau beli itu?" Tanya Dava.
"Mau, aku ke sana dulu ya, kak." Ujar Callista sangat antusias. Ia pun melepaskan genggaman Dava lalu berlari kecil.
"Callista, tunggu." Suara Dava membuat ia berhenti dan menoleh. Dava pun menghampiri gadisnya, ia berlutu di hadapan Callista, lalu mengikat simpul tali sepatu Callista yang lepas.
"Kamu bisa jatoh kalau tali sepatu kamu lepas." Ujar Dava penuh perhatian. Membuat Callista terpaku dibuatnya.
Setelah selesai, Dava kembali menggandeng tangan Callista. Mereka menuju stand ice cream yang tidak terlalu ramai itu.
"Bang, ice cream cone vanillanya dua ya," ujar Callista. Tiba-tiba saja, ia mendengar suara isakkan anak kecil, yang sangat nyaring. Callista pun mencari-cari sumber suara, dan meninggalkan Dava yang masih menunggu pesanan. Sampai akhirnya, ia menemukan seorang anak kecil yang tidak jauh dari stand ice cream.
"Kamu kenapa?" Tanya Callista sambil menyamakan tingginya dengan anak itu. Anak kecil itu berambut pendek, dan berponi, wajahnya memerah akibat menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
NO REASON (Completed)
Teen FictionTolong jangan bertanya kenapa. 'Kenapa aku mencintai mu?' Tolong jangan tanyakan! Aku hanya mencintai mu tanpa alasan. Dan takkan ada alasan pula untuk meninggalkan mu. Biarlah tetap perasaan ini ku simpan, agar tidak menghancurkan semuanya. Biarla...