Callista terbangun dari tidurnya, ia merasa tubuhnya sudah sehat kembali. Mungkin itu semua karena prilaku Dava kemarin, ah! Callista jadi senyum-senyum sendiri mengingat kejadian itu. Hari masih pagi, namun Callista sudah sebahagia ini. Dava memang benar-benar membuat hidup Callista lebih berwarna,
Perasaan aneh yang slama ini selalu muncul saat berhadapan dengan Dava, Callista mengerti sekarang. Ia pun tak bisa membohongi dirinya sendiri kalau ia memang benar-benar jatuh hati pada sosok Dava. Jatuh hati pada ketampanannya, jatuh hati pada senyumnya, jatuh hati pada perilakunya. Callista cinta semua yang ada pada Dava.
Callista pun mengakui, jatuh cinta pada pandangan pertama memang benar adanya.
Di pagi yang cerah si cerah hatinya itu, Callista pun bangkit dari atas ranjangnya. Ia akan membuatkan cup cake untuk lelaki itu. Callista berjalan keluar kamarnya, namun langkahnya terhenti ketika melihat sebuah surat yang menempel di pintunya, Callista pun membaca surat tersebut.
'Cepat sembuh Callista Putri Nindiatama, sampai jumpa esok.'
Begitulah isi pesannya, tulisan tangan khas seseorang yang dapat Callista simpulkan dengan cepat bahwa itu adalah tulisan Dava. Sebuah pesan yang amat singkat namun bisa membuat Callista berteriak kegirangan sambil berloncat-loncatan.
***
Callista berjalan memasuki kelas Dava, ia sempat kebingungan untuk menemukan dimana tempat duduk Dava. Kelas ini masih sepi tak berpenghuni karena Callista datang terlalu pagi, sampai ia lupa memberitahu Rehan kalau dirinya sudah tiba di sekolah, dengan cepat Callista pun mengirimkan pesan singkat untuk Rehan yang menyatakan kalau ia sudah tiba di sekolah.
Tak lama kemudian, datanglah sosok lelaki berprawakan tinggi yang pernah Callista lihat sebelumnya di rumah sakit.
"Eh Callista? Lo ngapain disini?" Dia adalah Bimo yang sedang bertanya dan menghampiri Callista.
"Ehh? Anu kak." Callista menggaruk tengkuk belakangnya yang tidak gatal, sebenarnya ia malu mengatakan apa tujuan yang sebenarnya ia datang kemari.
"Anu, anu apa?"
"Tempat duduk ka Dava dimana ya?" Akhirnya Callista pun menanyakannya sambil tersenyum kikuk.
"Ohh... Tempat duduk Dava, disini nih di samping gue." Bimo menepuk-nepuk kursi di sampingnya. Callista pun berjalan mendekat, lalu meletakkan sekotak makan yang terdapat selembar kertas kecil di atasnya. Kertas itu berisikan pesan,
'Cup cake ini sebagai tanda terima kasih aku atas pengobatan gratisnya kemarin. Plus senyuman juga (: '
Setelah meletakkan kotak makan itu, Callista pun pamit pada Bimo. Lalu ia berjalan menuju kelasnya, sepanjang koridor di lantai tiga tempat kelasnya berada ini sangat sepi, apalagi kelasnya yang belum ada satu orang pun di dalam sana. Sepertinya Callista datang terlalu pagi, dan hari ini pun adalah hari pertama Callista menjadi orang pertama yang datang ke kelas, ia jadi tidak sabar untuk segera masuk ke kelas dan memamerkan pada teman sekelasnya bahwa ia bisa datang pagi juga.
Dengan senyum yang merekah, ia melangkahkan kakinya menuju tempat duduknya yang berada di barisan belakang, namun baru sampai ia di barisan pertama, langkahnya terhenti ketika ia melihat mejanya yang kotor dan berantakan, juga Callista mencium bau bangkai yang menyeruak di kelas ini.
Senyumnya perlahan memudar bersamaan dengan langkah kakinya yang memelan, ia tersentak kaget ketika melihat mejanya yang dicoret-coret menggunakan pilox berwarna merah, disana dituliskan "CALLISTA" lalu disilang. Dan juga terdapat pecahan pot dari tanah liat beserta tanahnya yang berserakan di atas mejanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NO REASON (Completed)
Teen FictionTolong jangan bertanya kenapa. 'Kenapa aku mencintai mu?' Tolong jangan tanyakan! Aku hanya mencintai mu tanpa alasan. Dan takkan ada alasan pula untuk meninggalkan mu. Biarlah tetap perasaan ini ku simpan, agar tidak menghancurkan semuanya. Biarla...