Dava dan Callista memasuki salah satu mall ternama di kota jakarta, mereka jalan beriringan dengan satu tangan Dava yang tak lepas menggenggam tangan gadisnya.
Callista meminta Dava untuk segera ke lantai dua tempat toko buku berada, ia sudah sangat tak sabar membeli novel keluaran terbaru.
Callista mengedarkan pandangannya ketika mereka sudah memasuki toko buku yang cukup besar di mall ini, akhirnya ia menemukan novel yang dinginkan. Namun sayang, novel itu berada di rak buku paling atas, membuat Callista harus berjinjit untuk mengambilnya."Argh," Umpat Callista karna tubuh mungilnya tak dapat menjangkau rak buku yang tinggi ini.
"Dasar pendek," ejek Dava sambil menjulurkan lidahnya dan menyodorkan sebuah novel yang ingin Callista beli.
Callista merampas novel tersebut dari tangan kekasihnya, lalu ia memukul pelan perut Dava dengan novelnya.
"Awh," Ringis Dava sambil terkekeh pelan.Callista mengeluarkan selemar uang kertas berwarna merah dari dalam dompetnya hendak membayar novelnya. Namun tiba-tiba saja Dava datang dari belakang dan memberi kartu ATMnya pada petugas yang menjaga kasir.
"Pake ini aja mba," Ujar Dava
"Ih gak usah, pake ini aja mba," bantah Callista sambil merebut kartu ATM Dava dari mba-mba penjaga kasir dan memberi uang seratus ribunya pada kasir itu.
"Jangan mba, pake ini aja."
"Ish apan si kamu, ini kan aku yang beli,"
"Yaudah aku yang bayarin,"
"Aduh masnya sama mbanya jangan bikin saya pusing dong," Ujar penjaga kasir tersebut sambil memegangi keningnya.
"Yaudah pakek ini aja mba," Ujar Dava sambil memaksa kasir tersebut menerima kartu ATMnya dan Dava mengembalikan uang Callista.
"Makasih," Ujar Callista sambil menatap Dava lembut dengan senyum simpulnya.
"Sama-sama say--,"
"Ekhm, semuanya jadi enam puluh lima ribu rupiah, terima kasih," Deheman mba kasir itu membuat kalimat Dava terputus.
"Sama-sama," Ujar Callista ramah, lalu mereka berdua meninggalkan toko buku tersebut.
Dava merangkul bahu Callista sambil berjalan mengelilingi mall yang cukup besar ini, Callista sempat sesekali menghentikan langkahnya ketika ia melihat toko bucket bunga, ia memandang takjub bunga-bunga yang cantik melalui pintu kaca toko.
"Eh itu dia permen kapasnya," ujar Dava sambil menunjuk stand yang berada di dekat lift. Dava pun menarik lengan Callista dan membawa gadis itu mendekat ke stand penjual permen kapas.
Dava memesankan satu permen kapas berukuran besar berwarna pink, sementara Callista hanya menunggu kekasihnya itu di belakangnya.
Namun tiba-tiba, ada seorang gadis yang merangkul lengan pria disampingnya baru saja turun dari lift, mereka berdua mengenakan seragam seperti yang Callista kenakan. Callista pun mempertajam penglihatannya,
"Nabila," Gumam Callista "Terus cowok yang di sampingnya itu?" Tanyanya heran pada dirinya sendiri.
"Nabila," panggil Callista dengan mengencangkan suaranya, membuat sang empunya nama pun menoleh. Callista pun sedikit berlari kecil untuk menghampiri mereka.
"Loh Adit?" Tanya Callista heran, ia menurunkan pandangannya melihat lengan Nabila yang merangkul lengan Adit, dan gerakan secepat kilat Nabila pun melepaskan rangkulannya pada lelaki itu.
"Oh jadi kalian..." Ujar Callista tak percaya dengan menutup mulutnya
"Ini gak kayak yang lo liat Ca," sanggah Nabila
"Adit lo sama Nabila jadi selama ini?" Kini Callista beralih bertanya pada Adit, lelaki itu tampak gelisah dengan pandangannya kesana-kemari dan juga tangannya yang menggaruk tengkuk belakangnya yang tidak gatal.
"Gue gak nyangka, kalian ternyata romantis juga ya kalo di luar sekolah," Ujar Callista sambil tertawa renyah, sontak Nabila dan Adit langsung menatap Callista dengan tatapan tajam.
"Callista?" Panggil Dava dari arah berlawanan sambil membawa sebuah permen kapas berukuran besar.
"Udah deh gue gak mau ganggu," serah Callista dan hendak beranjak dari sana, "Have fun ya Bil," Bisik Callista ketika ia berada di depan Nabila dan mengedipkan sebelah matanya.
Callista berlari kecil menghampiri Dava, ia merobek permen kapas tersebut dan memasukkan ke dalam mulutnya "Umm.. manis banget," Ujar Callista
"Duduk yuk," ajak Dava sambil mendekat pada sebuah kursi panjang yang letaknya tak jauh dari stand permen kapas. Dan Callista pun mendudukkan tubuhnya di sebelah Dava.
Dava merobek permen kertas tersebut dan menjulurkannya di hadapan wajah Callista, "Aaa..." Ujar Dava yang hendak memasukan potongan permen kapas pada mulu Callista, Callista pun bersiap untuk melahapnya namun dengan cepat Dava memasukkan potongan permen kapas itu ke dalam mulutnya.
"Ihh," ambek Callista sambil memukul pelan lengan Dava, Dava terkekeh pelan melihat gadisnya yang sedang ngambek. Menurut Dava, Callista jadi sangat menggemaskan kalau lagi ngambek seperti ini.
"Gak usah ngambek gitu dong," ledek Dava sambil tertawa renyah, "Nih, nih," Bujuk Dava sambil menjulurkan potongan permen kapas itu ke hadapan Callista, Callista pun menoleh dan hendak melahapnya, namun lagi-lagi Dava melahap potongan permen kertas itu.
"Ih resee," Kesal Callista sambil memukul-mukul lengan Dava.
"Aduuh," Ringis Dava berusaha menghentikan pukulan Callista,
"Wah, ice creamnya gede banget," ujar Dava dengan memandang takjub ke arah belakang Callista, membuat Callista menoleh dan ternyata tidak ada apa-apa di belakangnya.
Callista yang jengkel pun langsung berbalik menghadap Dava, dan
Cup.
Dava berhasil mencium pipi tirus gadisnya saat Callista berbalik menghadapnya, hal itu membuat Callista mematung di tempat dengan kedua pipinya yang sudah memanas.
Dava tersenyum lebar ke arah Callista, "Gampang banget diculik ni anak," goda Dava sambil mengacak-acak puncak kepala Callista dengan gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
NO REASON (Completed)
Teen FictionTolong jangan bertanya kenapa. 'Kenapa aku mencintai mu?' Tolong jangan tanyakan! Aku hanya mencintai mu tanpa alasan. Dan takkan ada alasan pula untuk meninggalkan mu. Biarlah tetap perasaan ini ku simpan, agar tidak menghancurkan semuanya. Biarla...