Bag 53 ● Kabar Duka

81 4 0
                                    

Cinta datang tapi kau pergi
.
.
.

Berlin, 28 Apil 2018

Hari demi hari berlalu, namun luka di hati masih tetap tinggal. Sudah dua minggu lamanya Callista berada di Negara ini, Negara tempat kelahiran papahnya.

Hidup Callista sangat berbeda 180 drajat disini. Dirinya disibukan dengan berbagai acara kantor papahnya yang meminta Callista untuk datang, papahnya adalah seorang pengusaha yang memiliki banyak saham di Negeri ini. Tentu keluarganya menjadi sorotan, namun perceraian dengan sang istri masih rapat-rapat ia sembunyikan.

Namun Callista mensyukuri semua itu, setidaknya kesibukkan itu dapat membuat ia lupa dengan luka yang pernah tercipta di tanah kelahirannya.

Tentang neneknya yang sedang sakit, wanita paruh baya itu masih terbaring lemah di rumah sakit dengan banyak selang di tubuhnya. Sejak dua minggu yang lalu Callista datang, wanita itu belum juga sadar dari masa kritisnya.

Seperti malam ini, Callista baru saja pulang dari rumah sakit untuk menjenguk sang nenek. Ia merebahkan tubuhnya yang lelah di atas ranjang, matanya menatap langit-langit kamar dan sempat kepikiran akan sesuatu. Selama dua minggu ia berada di sini, dirinya belum pernah memeberi kabar kepada sahabat kecilnya.

Callista pun mengeluarkan ponselnya dari saku hendak mengirin pesan untuk Rehan. Namun, belum sempat Callista membuka kolom chat dengan Rehan, ponselnya berdering menandakan adanya panggilan masuk dari sang papah.

"Hallo pah?" Sapanya setelah mengusap tombol hijau.

"......"

"Iya Caca kesana sekarang juga."

***

Rehan menatapi gelas yang berisikan cappucino itu tanpa minat, satu tangannya menopang dagunya sementara tangan yang lain memegang ponsel berwarna hitam miliknya.

Hampir setiap harinya Rehan bertingkah seperti ini, bengong tidak jelas sambil menunggu balasan pesan seseorang yang amat ia rindukan di negri orang.

Sampai akhirnya, Rehan tersadar dari lamunannya ketika suara ricuh menggema ke seluruh penjuru kantin ketika seorang gadis baru saja memasuki kantin ini,

Ia mendongak melihat siapa orang itu sampai-sampai dihujat oleh seisi kantin. Rupanya si gadis dengan rambut bergelombang itu, si gadis yang juga pernah menyakiti sahabatnya. Rehan hanya menatap sinis gadis itu sekilas lalu ia kembali pada lamunanya.

Sementara gadis yang sedang berjalan memasuki kantin ini pun mendadak terdiam di tengah-tengah kantin ketika ia baru menyadari bahwa hujatan serta tatapan tajam dari semua penghuni kantin ini ditujukan padanya. Ia memutar tubuhnya di tempat ia berdiri, memandang dengan sedikit rasa ketakutan para penghuni kantin itu,

"Pergi aja lo! Dasar psikopat!"

"SMA Rajawali gak nerima seorang pembunuh!"

Dan masih banyak hujatan lainnya. Mendadak tubuh Brenda kaku mendengar itu semua, tangan dan kakinya gemetar hebat. Kalimat itulah kelemahannya, Brenda sadar apa yang pernah ia lakukan di masa lalu memang keterlaluan, tapi setelahnya Brenda sangat menyesali itu dan ia sangat bersyukur bahwa musuhnya masih hidup.

Tak lama kemudian, sosok yang menyebarkan berita ini pun datang bersama kelima temannya, ia berjalan paling depan sambil bersidekap dan menatap Brenda penuh arti.

"Gimana rasanya diasingkan? Gimana rasanya ditatap penuh kebencian?" Tanya Alexi sambil memainkan rambut Brenda.

Sementara Brenda tak bisa menjawab, pandangannya masih terus melihat seisi kantin ini yang menatapnya tajam. Lidahnya terasa kelu, sebisa mungkin ia menstabilkan dirinya namun rasanya sulit.

NO REASON (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang