"Gue gak mau setelah ini lo nangisin orang yang bahkan gak pernah mikirin lo,"
.
.
.Kata-kata Rehan masih terngiang jelas di kepalanya, apalagi kalimat 'itu'. Belakangan ini memang masa-masa sulit untuk Callista, juga hubungannya. Tapi ia sangat bersyukur karna memiliki sahabat seperti Rehan yang selalu membangkitkannya dari kesedihan. Callista sadar betul apa yang ia lakukan selama ini sia-sia, ia menangisi seseorang yang bahkan tidak pernah memikirkan dirinya lagi.
Callista ingin pura-pura bahagia, namun hatinya tak mampu dibohongi. Hatinya begitu sakit, begitu perih, bergitu rapuh dikala melihat kekasihnya dengan wanita lain. Ia tak yakin untuk memenuhi permintaan Rehan, yang memintanya berhenti untuk menangisi lelaki itu lagi.
Callista sungguh tidak yakin.
Rehan memutar tubuhnya 180 derajat hingga menoleh di hadapan Callista yang kini sedang duduk di jok belakang motor sportnya, ia mengetuk helm yang gadis itu kenakan, membuat Callista tersentak dan tersadar dari lamunanya.
Callista pun melepaskan helmnya dengan raut wajah yang berubah menjadi murung kembali, Rehan yang menyadari itu pun langsung menangkupkan tangannya di wajah tirus Callista, "Semuanya akan baik-baik aja Ca, percaya sama gue." Ujar Rehan dengan sangat meyakinkan."Lo gak boleh kelihatan lemah, lo gak boleh kelihatan paling tersakiti di sini. Dan lo harus inget, that i'm always by your side." Lanjutnya
Callista pun tersenyum simpul mendengarnya, setidaknya kalimat Rehan barusan membuatnya berani untuk memasuki gedung sekolahannya ini. Gedung yang menjadi saksi atas perlakuan kasar orang-orang yang membencinya, gedung yang menjadi saksi atas cintanya yang dikhianati, dan gedung yang menjadi saksi bisu atas tangisan-tangisan pilu Callista belakangan ini.
Ia pun turun dari atas motor Rehan, lalu Rehan dengan lembutnya menggandeng tangan Callista dan berjalan biriringan menuju kelasnya.Seketika, jantung Callista berhenti berdetak ketika ia melewati kelas lelaki yang sedang dirindukannya. Matanya menyapu ke dalam kelas itu, mencari-cari dimana keberadaan kekasihnya, namun sayang, Callista tak menemukannya.
Senyumnya kembali memudar ketika kenangan manis bersama Dava kembali terngiang di otaknya. Rehan yang menyadari hal itu pun langsung merangkul bahu Callista dan mengajaknya menaiki anak tangga di ujung koridor ini.
"Oh iya Ca! Tugas kita kan numpuk selama dua hari kemarin." Ujar Rehan frustasi bermaksud membuat Callista mengalihkan lamunanya.
"Gue si udah selesai." Jawab Callista enteng.
"Semuanya?"
"Iya."
"Demi apa lo?? Kok lo gak ngasihtau gue?" Geram Rehan,
"Kan lo gak nanya."
Langkah mereka terhenti di depan kelasnya ketika mendengar pengumuman dari speaker di setiap sudut koridor, suaranya yang menggelegar dan dapat didengar seluruh siswa-siswi seantero sekolah ini.
"Selamat pagi siswa-siswi SMA Rajawali, sehubung hari ini guru-guru akan melakukan rapat, maka kegiatan belajar mengajar ditiadakan, dan untuk kegiatan hari ini adalah bersih-bersih kelas yang dipandu oleh ketua kelas masing-masing. Terima kasih."
Suara sorak sorai dan tepuk tangan yang meriah langsung terdengar di setiap kelas setelah pengumuman itu diumumkan. Begitupun dengan Callista dan Rehan.
Saking senangnya, Rehan pun berlarian memasuki kelasnya menghampiri teman-temannya yang sedang membuat lingkaran sambil berloncat kegirangan mengelilingi kelas. Akhirnya, selama dua hari dia bolos dan belum mengerjakan tugasnya satu pun, Rehan bisa bernafas lega karna hari ini freeclass.
"Basket lah basket!" Ajak salah satu teman Rehan.
"Lah kuy!" Yang lain pun menyetujui. Dengan kompaknya anak laki-laki di kelas ini langsung berjalan menuju lapangan, termasuk sang ketua kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
NO REASON (Completed)
Teen FictionTolong jangan bertanya kenapa. 'Kenapa aku mencintai mu?' Tolong jangan tanyakan! Aku hanya mencintai mu tanpa alasan. Dan takkan ada alasan pula untuk meninggalkan mu. Biarlah tetap perasaan ini ku simpan, agar tidak menghancurkan semuanya. Biarla...