Aku duduk satu meja dengan Asha, Reina, dan Dhela. Ku pandang orang asing itu, dia balik memandang. Ku palingkan lirikan mataku. Tentu aku tersipu. Ingin aku bertanya pada mereka, siapa dia sebenarnya. Tapi, ku urungkan niatku. Aku tidak berani. Terlalu cupu, memang.
"Emang ya anak baru tuh selalu bisa curi perhatian." celetuk Reina.
"Emang dia siapa?" aku memberanikan diri untuk bertanya. Tak kuasa aku dirundung rasa penasaran.
"Dia itu Elang. Anak pindahan. Katanya sih dari Jakarta." jelas Reina.
"Kasep pisan euy." puji Asha.
"Sha Asha, emang kalo soal yang bening-bening mah kamu pasti maju paling depan." sahut Dhela mengundang gelak tawa.
Aku tersenyum. Ku coba kembali meliriknya. Senyumnya. Tawa lepasnya. Memandangnya dari jauh sudah cukup membuat hati berdebar. Ah, sungguh. Berhentilah tersenyum. Tolong buat jantungku tenang, sebentar. Tapi, tunggu. Siapa itu yang duduk di samping Elang? Xenon? Arxenon? Aish! Dia merusak pemandangan saja.
"Xenon kayaknya udah akrab banget sama Elang." ucap Reina mengamati.
Kalau aku lihat, memang benar. Mereka terlihat begitu akrab. Padahal Elang baru pindah hari ini. Ya nggak heran sih, Xenon kan orangnya memang gampang bergaul. Kalau dipikir, mereka juga sama-sama orang Jakarta. Mungkin lebih nyambung, mungkin.
"Dooorr!!"
"Astaga!" kaget aku dibuatnya.
"Usil banget sih! Ini Nad, minum dulu." kata Asha kesal.
"Eh lu ngapain dah ngeliatin si Elang mulu? Naksir? Mau gue bilangin?" goda Xenon kepadaku.
"Apaan sih! Masa ngeliatin nggak boleh? Dia kan anak baru, wajar lah aku pengen tahu." bantahku dengan nada sedikit membentak.
"Yeee ngambek yee." lanjut Xenon kembali menggoda.
Aku kembali ke kelas dengan perasaan kesal. Kenapa sih Xenon selalu menggangguku? Kenapa aku? Memang dia tidak punya kerjaan lain selain sebagai penggangu?
*
"Nadine, bangun sayang. Ayo ntar telat lho sekolahnya." ucap wanita berumur 40 tahunan sembari membuka gorden kamar bernuansa biru itu.
"Iya, Bun. Bentar. 5 menit lagi. Huaaaah!" sahutku setengah sadar.
Yap! Bunda! Wanita super spesial dalam hidupku. Aku lebih sering berada di rumah hanya dengan Bunda, Nayla, dan Bi Marni. Soal ayahku? Oke, aku akan bercerita sedikit. Kami sekeluarga memang orang asli Indonesia. Tapi, sejak aku kecil, kami menetap di Mesir karena kedua orang tuaku memang bekerja disana. Waktu itu, di Mesir sedang banyak terjadi perang dan konflik yang membuat kami merasa tidak aman. Akhirnya, saat aku SD, kami kembali lagi ke Indonesia. Tanpa ayah. Hanya aku, Bunda, dan Nayla adikku. Aku tidak tahu untuk berapa tahun ayah akan tetap disana. Yang jelas, ayah akan pulang ke Indonesia 3 bulan sekali untuk melepas kerinduan dengan kami.
Aku berangkat sekolah selalu bareng Bunda dan tentunya Nayla. Sekalian Bunda juga pergi ke kantor. Samar-samar dari kejauhan, ku lihat lelaki tinggi semampai bertengger di gerbang sekolah dengan vespa di sebelahnya.
"Assalamualaikum, Bunda." sapa lelaki itu pada Bunda.
"Wa alaikum salam, Xenon. Makin cakep aja nih." sahut Bunda melepas kacamata hitamnya.
"Waah ya iya dong, Bunda. Bunda juga makin hari makin oke aja." jawab Xenon.
"Kak Xenon!" seru Nayla.
"Halo Nayla. Mau ke sekolah yah?" jawab Xenon dengan senyum menghiasi bibirnya.
"Bunda.. Bunda.. Tante kali! Main panggil Bunda aja, dikira Bunda gue emak lo apa?" sahutku menjitak kepala Xenon.
"Eeh Nadine. Ya enggak apa-apa atuh, Bunda nggak keberatan lagi." jawab Bunda membela Xenon.
"Nadine emang suka gini Bunda. Garang banget dia kalo sama aku. Dia marah-marah mulu, Bun." ucap Xenon membela diri.
Jangan heran dan jangan ditanya. Xenon memang cukup akrab dengan keluargaku. Kalian tahu sendiri, Xenon memang gampang bergaul dengan orang lain. Padahal Xenon baru sekali ke rumahku, itu pun karena sekadar kerja kelompok. Dasar sok akrab!
"Heh gimana enggak marah? Yang usil duluan siapa? Dasar!" jawabku dengan wajah kusut.
"Ah sudahlah, kalian ini. Bunda pergi dulu ya. Dadaaah!" ucap Bunda berlalu pergi.
Setelah Bunda pergi, aku langsung berjalan cepat menuju kelasku. Tak ku pedulikan tentang Xenon yang sudah merusak pagiku ini. Mungkin dia sedang memarkirkan vespa bututnya itu. Ah sudahlah, aku tidak peduli!
Thank you for reading! 💙
-Azzahra
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumit
Teen FictionNadine, seorang remaja dengan lika-liku kehidupan yang rumit. Elang, orang yang spesial, tentunya. Tapi itu dulu. Xenon. Awalnya ia hanya teman biasa bagi Nadine. Lalu sekarang? Orang yang istimewa? Entahlah. Kalian sendiri yang menilainya.