HAPPY READING!
HERE WE GO!"Astagfirullah!" aku langsung loncat begitu kagetnya.
"Xenon? Ngapain sih kesini? Ya ampun, belum mandi lagi. Mandi dulu deh." lanjutku membalikkan badan membelakangi Xenon."Udah nggak usah, udah cantik kok." tangannya meraih pergelangan tanganku. Ku palingkan wajahku menatapnya. Manis. Manis.
"Ya cantik dong. Siapa dulu Bundanya?" goda Bunda.
"Seadanya ya Xenon." Bunda menuangkan teh hangat ke dalam secangkir cawan diberikannya kepada Xenon.
"Ayuk diminum dulu." lanjutnya."Iya Bunda, makasih, repot-repot nih." ucapnya lalu menyeruput teh hangat yang masih terlihat uap panasnya.
"Ini nih Bunda, Xenon bawain kebab mini. Oh ya, Mama titip salam buat Bunda." lanjutnya menyerahkan kebab yang berada di dalam kotak berukuran persegi."Jangan diterima Bunda! Jangan! Jangan-jangan udah dikasih racun tikus!" langsung ku rampas sekotak kebab dari tangan Xenon.
"Ah kamu nih, ada-ada aja. Terima kasih loh ya. Salam balik buat Mamanya. Lagi ada acara di rumah?" Bunda merampas balik kebab itu, ku lihat Xenon tertawa kecil melihat tingkahku.
"Di rumah mau ada arisan ibu-ibu RT, terus Mama lagi masak-masak kan buat suguhan. Eh ada kebab, langsung inget Nadine. Yaudah kesini aja." jelas Xenon panjang lebar, tak lupa wajah meringisnya di akhir kalimat.
"Apaan deh." ucapku sedikit malu.
"Iya emang kalo soal kebab gini mah favoritnya Nadine." jawab Bunda mengangkat kedua alisnya.
"Lagi bersih-bersih ya, Bun? Kayak sibuk banget." tanya Xenon pada Bundaku.
"Iya, bentar lagi ayahnya Nadine pulang dari Mesir." kata Bunda.
"Yey ada kebaaabb!" teriak seorang gadis kecil datang menghampiri kerumunan kecil di ruang TV.
"Kak Xenooon!" lanjutnya."Kak Xenon bawain kebab, makan gih." ucap Xenon sembari mengelus-elus rambut Nayla.
"Bundaaa! Mauu!" ucap Nayla dengan wajah imutnya.
"Yuk sayang, ikut Bunda ke dapur. Nad, ntar lanjutin bersih-bersih ya. Bunda sama Bi Marni mau masak dulu."
"Iya, Bun." jawabku datar.
Yang aku suka dari Xenon adalah, dia terlihat begitu penyayang. Caranya memperlakukan adik kecilku, aku benar-benar menyukainya. Maksudku, tidak semua laki-laki suka dengan anak kecil. Tapi dia, aku bisa merasakan Nayla sangat nyaman berada didekat Xenon.
"Yuk!" ajak Xenon kepadaku.
"Kemana?"
"Bersih-bersih lah. Masa jalan-jalan?"
"Males."
"Calon ibu kok males. Gimana sih. Kalah sama anak cowok." Xenon mengambil sapu di sudut ruangan. Tentu saja aku merasa tidak enak. Aku enak-enakan duduk di sofa, sedangkan dia malah bersih-bersih. Seperti pembantu dan majikan saja. Hm. Ku putuskan untuk mengambil kain lap dan sebotol pembersih kaca.
"Week!" wajah kunyuk muncul di kaca yang ku bersihkan. Aku tertawa karenanya. Dia berlagak seakan sedang menggoda bayi kecil yang sedang menangis.
"Apaan sih?" begitulah tanggapanku. Kali ini bukan dengan wajah cemberut, tapi senyum manis ku berikan untuknya.
"Gimana kamu sama Elang?" tanyanya dengan wajah agak serius.
"Nggak gimana-gimana. Temenan biasa." jawabku dengan tetap memainkan kain lapku disebalik kaca.
"Kamu suka sama dia?"
"Harus banget dijawab?" ku beralih ke kaca yang lain, sebenarnya itu ku lakukan guna menghindari pertanyaan Xenon yang tak ingin ku jawab.
Tak terasa rumahku telah terlihat bersih. Itu tandanya aku dan Xenon saatnya leyeh-leyeh (santai-santai) di sofa.
"Wah Xenon bantuin bersih-bersih ya? Hayuk makan dulu yuk! Udah mateng masakannya." ajak Bunda.
"Hehe iya, Bun. Maaf Bun, Xenon balik dulu. Udah siang juga." Xenon menolak ajakan Bunda.
"Ayolah makan dulu. Sebentar aja. Bunda udah masak lho." paksa Bunda.
"Lain kali ya Bun, Mama udah telfon juga. Minta dibantuin beres-beres."
"Oh gitu, yaudah lain kali main lagi lho ya kesini. Bunda tunggu!"
"Siap Bunda! Xenon pamit dulu ya, assalamualaikum." Xenon berpamitan dan aku pun mengantarnya sampai teras depan. Seorang pria bercelana pendek dengan koper yang tergenggam erat di tangan kanannya berjalan ke arahku.
"Ayaaaaahh!" teriakku.
"Kangen banget ayah!" langsung ku peluk erat pria itu. Ayahku! Pria yang selalu membawa aura hangat dan nyaman. Rindu sekali."Assalamualaikum, Om." sapa Xenon pada ayahku.
"Wah siapa nih? Pacarnya Nadine ya?" goda ayah.
"Ayah nih apaan sih." ku pukul pelan lengan ayahku.
"Otw om." Xenon berbisik lirih di telinga ayahku. Walau begitu, aku masih bisa mendengarnya dengan jelas. Yang ada dipikiranku hanyalah 'Maksudnya apa?'. Menyadari tatapan mata tajamku campur rasa kebingungan, Xenon buka suara.
"Becanda, Nad. Serius amat." Xenon menyerutkan bibirnya. Aku hanya tersenyum kecut.
"Pamit dulu, Om." Xenon berpamitan mencium tangan ayahku.
"Lho mau pulang? Om baru nyampe padahal."
"Iya om, udah daritadi soalnya. Lain kali main lagi kok."
"Ya sudah, Hati-hati ya." Xenon berlalu pergi dengan vespanya.
***
TERIMA KASIH UNTUK YANG SUDAH MEMBACA!🤗
I highly appreciate your vote and comment! 😉
Don't forget to add to your reading list! 💚
-Azzahra
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumit
Teen FictionNadine, seorang remaja dengan lika-liku kehidupan yang rumit. Elang, orang yang spesial, tentunya. Tapi itu dulu. Xenon. Awalnya ia hanya teman biasa bagi Nadine. Lalu sekarang? Orang yang istimewa? Entahlah. Kalian sendiri yang menilainya.