4. Yang Ku Harapkan

121 31 17
                                    

WARNING BAPER! XIXIXI😋
*

Langkah kaki menapaki lantai UKS semakin jelas ku dengar. Dia yang ku harapkan, Elang.

"Nih aku bawain air lemon. Dingin. Biar seger, kan habis olahraga." Elang menyodorkan sebotol air lemon berselimut embun.

"Makasih ya, Lang. Tahu darimana aku di sini?" ucapku malu-malu.

"Reina sih yang bilang, pas aku cari kamu, katanya kamu lagi di UKS, aku susulin deh." jelas Elang yang kini duduk di kursi hitam samping ranjang.

"Sha, ngapain sih?" tanyaku pada Asha yang sedari tadi sibuk menatap gadgetnya itu.

"Ditinggal bentar ya, keluar dulu." Asha keluar tergesa-gesa. Entah ada urusan apa, aku juga tidak tahu.

Hanya tinggal aku dan Elang. Canggung? Sangat. Walaupun cukup dekat dengannya, tetap saja, rasa malu dan tak tahu harus bicara apa menerkamku setiap waktu. Terperangkap aku bersama Elang. Tik tok tik tok tik tok. Detik jam dinding memecah keheningan diantara kami.

"Aku balik dulu ya, mau ada presentasi kimia nih. Cepet sehat, baik-baik ya." kata Elang tersenyum manis kepadaku.

"Iya, makasih ya."

Tak lama setelah Elang pergi, aku mencoba duduk, aku bangun. Aku celingak-celinguk mencari Asha. Tak ada tanda-tanda. WhatsAppku tidak dibaca olehnya.

"Nadineeee!!" seru Asha berlarian datang menghampiriku.

"Eh kok udah duduk aja? Nggak mau tiduran dulu? Udah nggak apa-apa? Yakin?" lanjut Asha.

"Nggak papa, Sha. Sehat-sehat gini kok. Darimana aja sih?" tanyaku sedikit kesal karena terlalu lama menunggu Asha.

"Sori deh. Nih, bubur ayam pertigaan. Belum sarapan, kan? Makan dulu deh." Asha menyodorkan makanan berpelindung styrofoam padaku.

"Wedeww, tumben. Jadi, tadi keluar beliin makanan? Baik banget sih." ku peluk Asha dan sesekali menepuk punggungnya.

"Bukan sih."

"Lah terus?" tanyaku diikuti sesendok bubur ayam yang ku lahap habis.

"Dari Xenon itu mah."

"Hah?" tersedak aku. Segera ku ambil air berisi irisan lemon pemberian Elang. Ku minum seteguk demi seteguk.

"Yang bener? Masa sih? Jangan-jangan ini bubur udah dicampur apa-apa? Ada racunnya? Bener-bener tuh si Xenon. Awas aja kalo ketemu." sambungku.

"Enggak Nad, jangan su'udzon dulu sih kamu mah." kata Asha.

"Nih baca." lanjutnya menyodorkan handphone berukuran 5.8 inch.

"Kasian tau Xenon, masa ya dia lari-lari ke pertigaan buru-buru beliin kamu bubur ayam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kasian tau Xenon, masa ya dia lari-lari ke pertigaan buru-buru beliin kamu bubur ayam. Sampe keringetan, ngos-ngosan. Dan tau nggak? Manjat pager dia tuh buat beliin ini ni." jelas Asha menunjuk sebungkus bubur ayam yang ku geletakkan.

"Kenapa nggak langsung di kasih?"

"Takut bau ketek katanya, kan abis lari-lari."

Hahaha. Lucu. Terpingkal-pingkal mendengar cerita Asha. Entah kenapa, aku senang. Sisi lain Xenon terkuak, dan itu karena aku. Manis.

*

Aku berjalan keluar gerbang sekolah. Sudah waktunya pulang. Pria dengan vespanya terlihat sedang risau, menunggu seseorang? Mungkin saja.

"Ayo, aku anter pulang." suara itu menghentikan langkah kakiku.

"Hah? Ngapain?" tanyaku kebingungan dengan sikap Xenon yang sok care itu.

"Kan tadi abis jatoh, udah sih nurut aja. Sini." ucapnya sembari nenepuk-nepuk jok yang menunggu untuk ku singgahi.

"Ayo Nad." tiba-tiba suara orang bersepeda ninja nyeletuk memanggilku.

"Sori Non, udah ada janji sama Elang. Duluan ya." aku menolak ajakan Xenon, karena memang sudah ada janji dengan Elang. Janji harus ditepati, kan?

Aku menyusuri jalanan Kota Bandung dengan pria yang kini sedang ku pinjam punggungnya untuk bersandar. Nyaman. Sesekali kami tertawa kecil, perbincangan kami yang sederhana, nyatanya mampu mengundang gelak tawa. Tak perlu waktu lama, Elang telah mengantarku ke rumah dengan selamat.

"Makasih ya, Lang, udah dianterin pulang gini." tertunduk malu aku karenanya.

"Iya sama-sama, besok dijemput boleh?"

"Berangkat sekolah bareng?" tanyaku dengan mata melotot.

"Kalo dibolehin sih." jawab Elang meringis.

"Boleh kok. Boleh banget." jawabku penuh semangat.

"Kalo gitu aku masuk dulu ya, dadaaahh! Hati-hati ya!" lanjutku segera masuk ke dalam rumah meninggalkan Elang yang masih duduk di atas ninja hitamnya.

Ku rebahkan sekujur tubuh di ranjang. Yes! Yes! Yes! Tak ada kata lain yang bisa ku ucapkan. Yes! Aku senang! Sungguh, aku benar-benar bahagia. Jantungku tidak berhenti berdetak kencang walau Elang telah memacu ninjanya pergi jauh. Aaaaa Elanggg! Untuk pertama kalinya, aku pulang diantar Elang. Lalu besok? Kami akan pergi ke sekolah bersama. Aaa! Ingin ku ceritakan kepada semua orang. Aku bahagia!


Thank you for reading! 💙
Don't forget to add to your reading list! 🤗

-Azzahra

RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang