Play the music video while reading! 🙌
Enjoy!☺️.
.
.Ku lihat siswa dengan seragam yang acak-acakan, baju putih yang melekat tampak kusut tidak tertata. Dia tertunduk menggenggam erat gitar dengan bantuan jari jemarinya. Sepatu hitam itu tampak menaiki anak-anak tangga disudut panggung. Segeralah dia duduk di kursi. Tak terlihat senyum sedetik pun dari bibirnya. Sedikit murung, sepertinya. Dia turunkan mic dan terdengar jelas ia menghela napas panjang.
'Ku hanya bisa berharap, kau bahagia disana..
Dengan dia pilihanmu, walau dia sahabatku..
Biar aku yang pergi..
Biar aku yang tersakiti..
Biar aku yang berhenti..
Berhenti mengharapkanmu..'Suara nyanyiannya disambut oleh nyanyian serentak dari siswa-siswi. Ku lihat dia begitu menghayati. Pandangan kosong berbinar dari matanya. Audience ikut terenyuh dalam suasana patah hati yang ia ciptakan. Ku akui, kalau soal musik memang dia juaranya. Dia akhir lagu, barulah ia berikan senyumnya, walau hanya sekadar senyum tipis, walau sebentar.
"Wiih parah keren!" teriakku sembari mengangkat kedua tangan untuk saling bertepuk. Dia hanya menoleh sekejap, diteruskannya langkah kaki itu menjauhi kerumunan.
"Kenapa tuh Xenon? Murung gitu." Asha berbisik di telingaku. Aku hanya mengangkat kedua pundakku.
Kami melanjutkan menonton pertunjukan dari teman-teman. Tak terasa lapangan sudah sedikit kosong, beberapa dari mereka meninggalkan lapangan menuju gerbang depan. Ya, kebosanan membuat mereka memilih untuk pulang.
"Xenon kemana ya? Nggak keliatan daritadi."
"Iya ya, kemana ya? Biasanya dia kan yang paling stand by buat ngrecokin kita-kita." Asha menjawabku penuh tanya.
"Yuk Nad, balik." ajak seseorang menaruh telapak tangannya di pundakku.
"Asik pasangan hitz tahun ini nih." ledek Asha menenggor badanku.
"Apa banget deh. Yuk, Lang. Duluan ya!" pamitku pada Asha sambil mengelus halus kepalanya.
Aku pulang bersama Elang. Sama seperti kebanyakan orang jatuh cinta, berdebar, tentu. Sangat nyaman dan menyenangkan berada di dekatnya.
"Thanks ya, Lang." ucapku malu-malu.
"Iya, sama-sama. Aku langsung balik ya." Elang mencubit pelan hidungku.
"Nggak mampir dulu?"
"Next time aja deh, pengen langsung pulang."
"Hati-hati ya!" ku lambaikan tanganku ke arahnya.
*
Pagi ini aku berangkat sekolah diantar Bunda, bersama dengan Nayla pastinya. Aku sengaja menolak ajakan Elang untuk berangkat barengan, karena aku bangun agak kesiangan, jadi aku menyuruh Elang berangkat lebih dulu, takutnya Elang malah telat harus bolak balik.
"Aku duluu aku duluuu!!" teriak Nayla berlari menuju pintu mobil depan.
"Ihh Nayla! Kakak yang duduk situ! Kamu mah ih!" ucapku nengetuk-ngetuk kaca mobil tempat Nayla duduk.
"Masalah tempat duduk aja ribut, udah yuk, nanti telat lagi." Bunda melerai kegaduhan yang kami buat. Terpaksa aku harus duduk di kursi tengah.
Bunda melajukan mobil dengan cepatnya. Senandung lagu-lagu diputar oleh Bunda dengan kerasnya. Kami mengikuti alunan lagu, menyenangkan.
"Treett!!"
Tiba-tiba Bunda mengerem mobil mendadak. Tubuh kami semua tergoncang. Lalu, dimatikannya musik yang sedari tadi menemani perjalanan kami.
"Aduh Bunda, sakit, kenapa ngerem mendadak?" keluh Nayla sambil mengusap-usap dahinya.
"Iya nih, Bunda." kataku menyetujui Nayla.
"Nad, itu bukannya Xenon?"
"Mana, Bun?"
"Itu di belakang, kamu tengok coba." ku buka jendela mobil, aku mengamati dan benar itu memang Xenon.
"Iya, Bun. Xenon itu. Ngapain dia disitu?" tanyaku.
Bunda memundurkan mobilnya. Aku turun dari mobil dan menghampiri Xenon yang tampak kebingungan.
"Kenapa berhenti? Nggak sekolah?"
"Bocor."
"Lah terus gimana?"
"Nggak tau."
Dia menanggapi pertanyaanku begitu dingin dan singkat. Xenon berdiri menyapa Bunda dan Nayla. Berbeda ketika mengobrol dengan Bunda, dia terlihat ramah dan tersenyum manis.
"Bun, bocor nih bannya." teriakku memberitahu Bunda.
"Yuk Xenon bareng aja, daripada ntar telat. Udah mau jam 7 ini."
"Kalo nebeng bayar!" godaku sedikit berbisik. Xenon hanya menatapku datar.
"Nggak usah, Bun. Naik taksi aja."
"Ayo kamu nih, daripada ngeluarin duit, mending gratis kan sama Bunda."
"Yaudah, Bun. Xenon titipin motor di toko itu dulu."
Xenon pun akhirnya berangkat bersamaku. Kami duduk sangat berjauhan. Sampailah kami di depan gerbang sekolah.
"Loh kok gerbangnya udah ditutup sih?" tanyaku kebingungan.
"Bukan tanggung jawab Bunda. Itu karena kamu tadi bangunnya kesiangan. Udah sana masuk." suruh Bunda.
"Untung Nayla masuknya setengah 8." Nayla terkekeh meledekku.
"Kamu nih, tadi lama mandinya." ku tanggapi Nayla dengan raut muka cemberut.
"Udah-udah kok malah berantem, sana masuk." ucap Bunda seakan mengusirku.
"Pamit dulu, Bun."
"Pamit ya, Bunda. Makasih udah dikasih tumpangan." pamit Xenon sambil mencium punggung tangan Bunda.
Aku dan Xenon melangkahkan kaki menuju gerbang depan. Pagar telah ditutup rapat. Kami tidak bisa masuk, karena dijaga oleh Ambon, satpam sekolah. Aku tidak tahu nama aslinya, tapi kami biasa memanggilnya begitu karena dia berasal dari Kota Ambon.
⁉️⁉️ Waa gimana caranya mereka masuk ke sekolah ya? Apa mereka bakal dihukum? Atau gimana?
TERIMA KASIH YANG SUDAH MEMBACA! 😉
Much love for you guys! 💙🖤💚💜🧡💛❤️Don't forget to add to your reading list! 😚
-Azzahra
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumit
Teen FictionNadine, seorang remaja dengan lika-liku kehidupan yang rumit. Elang, orang yang spesial, tentunya. Tapi itu dulu. Xenon. Awalnya ia hanya teman biasa bagi Nadine. Lalu sekarang? Orang yang istimewa? Entahlah. Kalian sendiri yang menilainya.