3. Pertemuan

121 29 27
                                    

Elang. Elang Adryan Akbar Putra. Tinggi. Ramah. Sopan. Sepertinya 3 kata itu belum cukup menggambarkan siapa itu Elang. Memang. Bagaimana aku bisa menilainya, sedangkan yang ku tahu hanya sebatas nama dan wajahnya? Mengenaskan.

"Sori, mau nanya, perpustakaan ke arah mana ya?" tanya seorang pria yang berdiri menatapku menanti jawaban.

"Ooh kamu lurus aja, terus belok kiri ada tangga, udah di situ, di lantai dua. Mau bareng?" sahutku gemetaran.

Astaga! Ya Tuhan! Serius. Aku tidak sadar aku akan mengucapkan kata "bareng". Aku benar-benar merasa sok kenal. Beraninya aku mengajak dia. Ku kira kejadian ini hanya akan terjadi di alam bawah sadarku, nyatanya aku malah mampu membawanya ke dunia nyata yang tak pernah ku duga sebelumnya.

"Oke, boleh deh. Yuk!" Elang meresponku dengan ramah. Sama seperti ketika dia bicara dengan orang lain. Sopan dan ramah.

Aku bukannya ada maksud licik ingin bersama Elang. Asha sedang ada rapat OSIS, bosan membawaku ingin ke perpustakaan. Ini hanya kebetulan. Aku berkata jujur. Kalian percaya?

"Ngapain ke perpustakaan?" tanyaku sembari menaiki anak tangga.

"Mau pinjem buku buat semester ini, kan akunya belum punya." jawab Elang.

Aku benar-benar tidak tahu, kenapa aku selalu ingin tahu dan berani mengobrol panjang dengan Elang. Padahal dengan orang lain, aku cenderung pendiam. Sesampainya di perpustakaan, wajah yang tak asing telah menanti kedatangan kami. Xenon! Ngapain dia di sini?

"Hey bro!" sapa Xenon pada Elang.

"Halloo bocil." lanjutnya sembari mengusap-usap rambutku layaknya anak kecil.

"Apaan sih!" ku cubit tangan Xenon yang sedang asyiknya bersantai di kepalaku.

"Ntar jadi, kan?" tanya Elang.

"Oke siap!" jawab Xenon bersemangat.

"Mau kemana?" tanyaku nyeletuk begitu saja.

"Mau tahu aja, ini urusan orang gede. Anak kecil diem aja. Week." ledek Xenon mengeceku dan pergi begitu saja.

Setelah selesai meminjam buku di perpustakaan, aku membantu Elang membawa buku-buku tebal itu menuju kelasnya. Tiba-tiba, yang tak diundang datang menghampiri. Kalian tahu siapa?

"Aduuh masa cewe disuruh bawain buku gede-gede gini sih? Siniin." ucap Xenon dari belakang merampas buku-buku yang ku bawa.

"Sori ya, Nadine, udah ngerepotin." ucap Elang merasa bersalah.

"Hah enggak papa, aku seneng bisa bantu. Xenon nih yang lebay. Santai aja, Lang." jawabku merasa tak enak.

*

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Rabu, 8.15 a.m, saatnya pelajaran olahraga di lapangan. Materi hari ini adalah melakukan rolling. Masing-masing dari kami harus melakukan roll depan. Jujur, aku tidak begitu hebat dalam olahraga. Cukup buruk, bisa dibilang begitu.

"Kreketekk!"
"Aaah!"

Suara gesekan leher, ku sambut dengan suara teriakan. Sial! Leherku! Sakit sekali! Mungkin karena dari awal aku sudah tidak niat, jadinya malah kacau. Aku salah posisi ketika roll depan, leherku ku gunakan sebagai tumpuan.

"Nad, nggak papa?" tanya Asha khawatir.

"Nggak, nggak papa." jawabku tenang.

"Nadine, kamu ke UKS aja. Tiduran, istirahatin leher kamu." suruh Pak Jafar kepadaku.

Aku pergi ke UKS diantar Asha. Sesungguhnya, aku tidak apa-apa. Aku bahkan bisa berdiri tegak menopang kepalaku. Tapi, tak apa. Setidaknya, aku bisa bolos jam pelajaran olahraga.

"Nadine, kamu nggak papa?" suara yang sering ku dengar, perlahan semakin jelas.

#bocil : bocah cilik

Thank you for reading! 💙

-Azzahra

RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang