1. Prolog

41 17 0
                                    

Air hujan yang membasahi lelaki gagah berambut hitam itu kini telah bercampur peluh yang sedari tadi mengalir dari ubun-ubun. Si gagah masih mencari akal melepaskan pria di hadapannya dari jeratan akar dan ranting.

Tiba-tiba punggung si tak berdaya menjadi objek menarik untuk si gagah, membuatnya terdiam lama menatapi punggung kawannya.

"Lakukan apapun. Tapi jangan lepaskan."

Darah segar mengalir dari tubuh pria yang tak berdaya itu. Di saat genting begini, saat mata si gagah terpaku dengan tubuh di hadapannya, sesungguhnya dia sedang menerka-nerka.

Apakah hal yang sebentar lagi akan ia lakukan didasari rasa cinta atas persahabatan? Atau perasaan benci yang diam-diam menjalar sejak pertama bersua?

"Ini hadiah dari kakakku. Jangan lepaskan."

Tapi dia menggeleng, dan mengarahkan kapaknya pada punggung pria yang akhirnya kehilangan kesadaran.

"Maaf. Nyawamu terlalu berharga."

Dentuman keras terdengar kembali di seantero kota, bersamaan dengan terjun bebasnya hadiah dan kendaraan-kendaraan di ujung tebing.

|-|-|-|-|-|

ApopheniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang