4. Adam

13 10 0
                                    

Menjaga anak kecil itu tidak mudah. Apalagi anak berumur 7 tahun yang tidak kenal lelah. Lihat saja, sudah enam tempat ia kunjungi demi memuaskan kesenangan sang adik.

"Kakak! Sekarang dari atas Monas, ya!"

Mata Adam sudah melotot dan menahan kepala hoodie adiknya sebelum ia berlari ke bangunan di seberang.

"Gak! Gak boleh! Kan itu tinggi, banyak orangnya juga, Mada."

Si adik malah merengut dan memasang ekspresi bersiap menangis sebelum seperdetik wajahnya berubah sambil menatap kakaknya. Duh, gemas.

"Nanti malam aja kalau gitu, kak!"

"Heh? Besok sekolah!"

"Kan, kakak bisa bangunin!"

Adam memutar bola matanya, bangun sendiri saja susah, ini disuruh membangunkan orang.

"Kakak! Aku lompat sekarang, ya! 3... 2..."

Adam mengacak-acak rambutnya frustasi, ingin pulang saja, tapi nanti dimarahi orang tuanya.

"... kak Adammm, tangkep!!!"

Melihat adiknya sudah terjun bebas dari atas Monas, Adam buru-buru berlari dan merentangkan sayapnya, menjemput adiknya ke dalam pelukan dan mendarat dengan sempurna.

Adam melepaskan sedikit pelukannya, khawatir kalau-kalau adiknya tidak bisa bernafas dan mati. Nyatanya, adiknya malah tertawa senang, seperti manusia kalau diberi gratisan.

"Seru, kak! Besok habis pulang sekolah dari kantor Papa ya, kak!"

"Hhhhhhh."

Belum punya sayap saja sudah lari ke sana-sini. Apalagi kalau sudah tumbuh.

ApopheniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang