Seharusnya.... tidak ada yang perlu dikhawatirkan Kana saat pulang lewat jalan tikus di dekat kampus. Tapi nyatanya Kana membiarkan dirinya dikuasai kecemasan akan sosok jahat yang hobinya berdiri di sudut-sudut jalan tikus bak si satpam penjaga gerbang.
Belum lagi tunawisma yang biasa tidur di sepanjang jalan tikus tanpa peduli orang yang lalu lalang, membuat Kana kadang harus melompati sosok yang tertidur pulas itu untuk sampai ke rumah.
"Jangan-jangan kamu yang gila. Itu orang gila, bukan tunawisma."
Mau orang gila atau tunawisma, selama dia diam tidak bergerak saat Kana melompatinya, maka tidak masalah. Ada satu hari di mana Kana tidak menemukan tuna wisma itu tertidur, dan itu membuat Kana lari dengan was was.
Yang menjadi masalah justru saat ia tidak menemukan si tunawisma itu malam ini. Aneh, harusnya Kana lega tidak perlu mengendap-endap melompati tubuh si tunawisma. Malam-malam selanjutnya pun sama. Temannya bilang mungkin si tunawisma itu sudah dapat rumah.
Maka di malam ketiga belas, Kana memberanikan diri bertanya pada sosok di ujung jalan yang presesinya selalu ia abaikan.
"Oh, dia? Itu."
Kana berbalik ke arah yang ditunjuk dan ber-oh ria. Ternyata si tunawisma itu sekarang sedang tidur bersender di dahan pohon.
"Dia sudah lama di situ. Bukan kah kamu yang membantunya naik?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Apophenia
FantasyApophenia (/æpoʊˈfiːniə/) is the tendency to attribute meaning to perceived connections or patterns between seemingly unrelated things Kumpulan super short story yang dibuat selama 31 hari di bulan Oktober. Hubungkan sendiri setiap chapternya. Highe...