17. Gama

8 3 0
                                    

Gama gelisah. Kelopak mawar dalam diri pria itu hampir layu. Tinggal menunggu jam kelopak itu akan mulai berjatuhan.

"Ingat, Gam. Jangan campuri urusan mereka. Kamu ini hanya mendapat mimpi."

Aram menepuk pundak Gama, ikut menatap sosok yang tertidur lelap di atas ranjang.

"Mimpiku selalu jadi nyata, Ram."

"Mungkin yang ini tidak. Toh cuma bayangan yang rabun."

Aram berbalik dan pergi. Gama kembali mengalihkan perhatiannya pada si atlet pencak silat yang masih pulas.

"Kalau Aram menyuruhku untuk bijak, semoga ini membuka kesempatan hidup lebih baik untuknya."

Hari ini Gama memberikan pria di hadapannya mimpi buruk. Besok, Gama akan jadi pahlawan, sekaligus tawanan.

ApopheniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang