Keani membanting pintu kamarnya dan langsung berbaring memejamkan mata. Hari ini namanya keluar dari mesin undi dengan kemungkinan satu per dua ratus tiga puluh sembilan.
Keani bisa dibilang satu dari empat ratus penunggu dengan fisik dan sistem kekebalan tubuh yang sempurna. Dan kini setelah 161 hari terlewati, akhirnya keberuntungan memilih namanya. Ia tertawa. Apa yang disebut keberuntungan itu, berarti mengurangi waktu hidupnya.
Setelah menghentikan tawa campur tangis yang lama reda, Keani meraba-raba dinding kamar, menekan saklar lampu kamarnya.
Nihil. Gelap.
"WIO! LISTRIKNYA MATI LAGI, YA?!" teriak keras Keani dari kamar, yang sudah pasti didengar teman di sebelah kamarnya.
"HAH? GAK, KOK! INI NYALA!" balas temannya tidak kalah keras.
Detik itu Keani tahu bahwa ia punya kesempatan hidup lebih lama. Entah apa ia harus menangis lagi atau bersyukur saja.
Keani buta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apophenia
FantasyApophenia (/æpoʊˈfiːniə/) is the tendency to attribute meaning to perceived connections or patterns between seemingly unrelated things Kumpulan super short story yang dibuat selama 31 hari di bulan Oktober. Hubungkan sendiri setiap chapternya. Highe...