Hujan

2.2K 166 7
                                    

Hujan.
Titik titik air yang datang dari langit.

Hujan.
Identik dengan kesedihan, kegalauan, kesendirian.

Hujan.
Mengingatkanku akan dirimu.
Dirimu yang begitu indah dibawah guyuran hujan.

Hujan. Juga,
Mengambil dirimu dari sisiku.
Mengambil paksa dirimu.
Meninggalkanku.

Hujan. Lagi.
Mengenalkanku akan sosok dirinya.
Dia.
Yang membuatku terjatuh. Lagi.

***

Seperti biasa aku selalu datang ketempat ini, menikmati hujan yang perlahan membahasi tubuhku. Aku tidak peduli pada orang-orang yang berlalu lalang sambil menatapku aneh.

Hey! Aku menyukai ini! Duduk dibawah guyuran hujan membuatku nyaman, apa yang salah dengan itu? Aku melakukan rutinitas ini sejak kehilangannya. Hujan telah mengambil dirinya dariku dengan paksa. Hujan pula mengingatkanku akan dirinya. Aku terasa dekat dengannya melalui hujan.

Jika bertanya bagaimana jika aku jatuh sakit setelah hujan-hujanan? Jawabannya tidak! Aku hanya duduk dibawah guyuran hujan selama tiga puluh menit, setelah itu aku akan pulang. Menghangatkan tubuh dan meminum vitamin agar tubuh selalu sehat.

Tetapi, kali ini berbeda. Ada seseorang yang menemaniku. Dia menggunakan jas hujan. Jas hujan yang menutupi tubuh bagian atasnya sekarang menutupi kami. Dia datang tiba-tiba, melepas jas hujannya kemudian duduk disampingku dengan jas hujan yang menutupi kepala kami.

Aku menatapnya heran. Siapa dia? Mengapa dia menghampiriku? Aku ingin bertanya tetapi, sorot matanya terlihat dingin.

"Tidak boleh sakit." ucapnya datar.

"Huh?" aku menoleh menatapnya kembali. Dia menatapku sendu.

"Kamu."

"Aku?" dia mengangguk. "Aku kenapa?"

"Tidak boleh sakit." aku mengangguk paham.

"Aku tidak akan sakit, karena aku sudah biasa melakukan ini."

Gadis itu. Ya! Dia seorang gadis, dengan rambut hitam dan panjang. Menggelengkan kepalanya pelan tanda tidak setuju dengan perkataanku.

"Tidak boleh sakit!" aku menyerit heran.

Siapa gadis ini? Mengapa mengkhawatirkan aku?

"Kau mengkhawatirkan aku?" dia mengangkat bahunya acuh.

"Terlalu pede!" ucapnya.

"Hey! Aku tidak!"

Gadis itu tersenyum samar tapi aku dapat melihatnya. Senyumannya begitu manis walau samar.

"Siapa namamu?" gadis itu mengulurkan tangannya, membiarkan titik titik air itu membasahi tangannya.

"Hujan. Panggil aku hujan."

***

Lagi. Aku melakukan rutinitasku seperti biasa, berkerja disalah satu perusahaan swasta. Membidik seorang model yang tengah berpose. Ya. Aku seorang photografer. Sudah lebih dari tiga tahun aku menekuni pekerjaan ini. Disamping ini menghasilkan uang, dunia photografer juga adalah hobiku.

Setelah pemotretan selesai aku duduk disalah sofa, menyapu seluruh ruangan. Staf lain tengah beristirahat. Kuteguk minuman kaleng, membuat tenggorokanku segar. Mengadah keatas, menatap langit-langit ruangan pemotretan yang berwarna putih. Detik berikutnya mataku tertutup. Bayangan senyumannya membuatku ikut tersenyum.

Hujan. Gadis itu selalu menemaniku kala aku berada dibawah hujan dengan jas hujan merah mudanya dia menghampiriku. Tanpa banyak bicara. Justru aku yang banyak bicara menceritakan keseharianku.

Gadis ChouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang