Aku Dan Hujan

1.5K 144 7
                                    

Siang ini aku berjalan-jalan dibawah guyuran hujan, jas hujan berwarna merah muda melekat ditubuhku. Tas ransel berada dibalik jas hujanku. Setelah membeli beberapa novel di toko buku, hujan turun dengan derasnya. Untung saja aku selalu membawa jas hujan didalam ranselku.

Aku berjalan menurusi trotoar sambil sesekali aku melihat kebalakang berharap ada angkutan yang akan membawaku menuju halte bus yang letaknya jauh dari toko buku. Langkahku terhenti saat melihat cafe disebrang jalan. Aku memandanginya.

Bloom cafe, ya?

Ah! Rasanya aku harus mempir sambil menunggu hujan reda.

Menggesekan sepatu diatas karpet berharap tidak terlalu basah dan mengotori lantai cafe, dirasa cukup kubuka jas hujan. Menggoyangkan perlahan hingga airnya menetes. Detik berikutnya aku menghampiri counter pemesanan. Satu coklat panas dan kentang goreng. Setelah memesan aku langsung membayar kemudian membawa nomer meja.

Kupilih meja disamping jendela agar aku bisa melihat pemandangan jalan raya dari cafe. Ah! Aku seperti teringat akan cafe dan meja yang aku tempati ini. Seperti aku pernah kesini sebelumnya. Tetapi dengan siapa? Menopang dagu. Detik berikutnya, aku teringat.

Taehyung.

Nama itu. Muncul lagi. Apa kabarnya dia? Ah sudah hampir 5 bulan aku tak bertemu dengannya. Aku merindukannya. Namun, dia pasti sudah bahagia sekarang dengan dia.

Lamunanku terputus saat pelayan mengantarkan pesananku. "Terima kasih." Aku berucap dan dibalas anggukan oleh pelayan.

Kusentuh mug yang berisi coklat panas itu, terasa hangat ditelapak tanganku dan itu berhasil membuat tubuhku sedikit lebih hangat. Tangan kananku mengambil kentang goreng memasukan ke dalam mulut kemudian menguyah pelan. Pandanganku tak lepas dari hujan.

Sebanyak apa aku merindukan sosoknya?

Sebanyak tetesan air hujan yang turun hari ini.

Aku benar-benar merindukannya!

Kurusakan kursi didepanku ada yang menempati. Aku diam saja. Masih terus fokus pada hujan hingga sebuah sentuhan hangat pada pipiku refleks aku memalingkan wajahku.

Aku diam mematung sementara seseorang didepanku tersenyum. Senyum yang aku rindukan. Sangat.

"Chewy~"

"..."

"Aku merindukanmu, dan coklat panas ini."

Aku lupa! Coklat panas dari bloom cafe adalah favoritnya. Itu membawaku bertemu denganya kembali.

"Aku tidak bersamanya. Kamu salah paham. Aku mencintaimu bukan dia."

Deg!

Apa ini?! Ba-bagaimana bisa?! Kugelengkan kepala, tangannya tak lagi menangkup pipiku.

"Kamu tak percaya denganku?" Aku diam. Bukan aku tak percaya dengannya ta-

"Kembali lah, kumohon."

***

Titik titik air itu meluncur deras dari atas langit, tidak peduli akan jatuh dimana.

Tidak peduli sesakit apa pasti akan tetap jatuh ditempat itu.

Titik-titik air itu membasahi apa saja yang berada dibawahnya.
Memberikan sensasi dingin yang menyejukan.

Aku termenung disamping jendela, menatap titik-titik air itu. Hujan. Aku menyukai hujan. Hujan identik dengan galau, yah.. Karena suasannya yang dingin ditemani suara gemricik.

Langit yang mendung, seperti perasaan yang tidak menentu. Hujan sangat berarti untukku. Hujan mengingatkanku kepadanya yang perhatian dan menyayangiku. Mengingatnya saja membuatku tersenyum. Itu sedikit kenangan indah bersama hujan.

Aku dan hujan.
Kami memiliki kesamaan.

Yang pertama
Hujan datang saat langit mendung, dan aku akan datang saat dia 'mendung'.

Yang kedua
Hujan jatuh dimana saja, tanpa peduli sesakit apa saat terjatuh. Seperti rindu dan cintaku untuknya yang berapa kalipun dijatuhkan tetap tegar.

Yang ketiga
Hujan akan datang kembali, dan itu pasti. Seperti aku yang masih bertahan dengan perasaan ini walaupun disingkirkan berkali-kali.

Yang keempat
Hujan tetap jatuh walaupun sinar matahari menemaninya. Seperti aku yang terus mempertahankan perasaan ini, walaupun ada yang memberikan perasaan yang sama untuknya.

Yang kelima
Hujan menghapus jejak-jejak panas yang ditorehkan sang surya, seperti aku menghapus air matamu.

Aku dan hujan adalah sesuatu yang serasi, dan aku menyukai hujan, seperti hujan yang selalu menemaniku saat suka dan duka. Hujan tolong sampaikan salam rinduku untuknya. Katakan bahwa aku masih disini, jika dia membutuhkanku.

Aku pasti datang.

Kuakui bahwa aku masih mencintainya sebanyak hujan membahasi bumi, sekuat hujan yang jatuh dimana saja. Sebuah tangan melingkar disekitar pinggangku, aku merasakan beban pada bahuku. Hembusan napasnya terasa menerpa leherku.

"Apa yang kamu lakukan, Sayang?" Aku menggeleng.

"Tidak ada, hanya menikmati hujan."

"Kamu suka hujan?" aku mengangguk. "kalau aku menyukaimu!" kurasakan kecupan dipipiku yang membuatku tersenyum.

"Maafkan aku, memberikan rasa sakit ini untukmu. Maafkan aku, Yu." Dia berucap lirih. Kurasakan bahuku basah.

Dia menangis, untukku. Aku berbalik, memeluknya erat.

"Tak apa. Aku mencintaimu. Semua dari dirimu. Kesakitan yang kamu berikan takkan membuatku berhenti mencintaimu."

Dia melapakan pelukannya. Menangkup kedua pipiku, mengecup mata kemudian pipi dan hidungku bergantian. "Terima kasih, aku akan berusaha menggantikan rasa sakit itu menjadi kebahagiaan. Aku mencintaimu, Sangat."

Kurasakan bibirnya bergerak menciumku, melumatnya pelan. Aku membalas ciumannya.

Terkadang harus ada yang di korbankan untuk memperlihatkan seberapa besar rasa cinta itu tumbuh. Namun, ada banyak orang yang tidak melihat akan pengorbanan yang telah diberikan. Cinta sejati, tentu akan datang di waktu yang tepat. Cinta yang sesungguhnya, tanpa adanya alasan mengapa perasaan itu muncul. Bukan sebab sebuah pembiasaan, kehadiran yang ada secara konsisten, namun ketika orang tersebut tidak ada lagi ada perasaan itu akan perlahan menghilang, itu bukanlah cinta. Cinta akan tetap ada sekalipun orang tersebut tidak ada, sebab hati tahu siapa nama yang dipanggil. Sebab, hari memiliki tempat sendiri untuk cinta hadir walau berakhir tidak bersama.

***

Maaf kalau banyak kekurangan dalam ceritaku. Aku akan berusaha memperbaiki dicerita selanjutnya :)

Itu bintangnya jangan lupa ditekan ya, coment boleh lah hehe

Salam Taetzu!

-Aelvyu-

Di publikasikan : 26 Desember 2017
Di perbarui : 10 April 2023

Gadis ChouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang