{ Perjodohan tak terduga }

78 2 0
                                    

Angga menatap fokus dengan laptop yang ada dihadapannya. Ia berusaha mengalihkan pikirannya dari kanaya. Sampai sekarang bahkan angga masih menyimpan kanaya dalam hatinya. Sekeras apapun angga melupakan kanaya justru semakin jelas bayangan kanaya.

Namun wanita paruh baya itu memasuki ruangan angga tanpa ketuk dahulu. Ia menatap putra semata wayangnya itu yang sibuk dengan pekerjaannya. Lalu ia menghampiri putra kesayangannya. "Ga,ayo makan nak,udah waktunya makan siang,kamu daritadi sibuk terus sama pekerjaan kamu,padahal ini dirumah" nasehat anggun.

Angga menghentikkan aktivitasnya itu. "Iya ma,ini dikit lagi selesai ko,yaudah angga kebawah sekarang ya".

Anggun tersenyum karna anaknya menurut. "Yaudah,mama tunggu dibawah ya" sembari menutup pintu.

Angga bangkit dan turun kebawah menuju meja makan. Di meja makan sudah ada darma serta anggun menunggu putra mereka bergabung.

Angga duduk disamping anggun. Darma melihat putranya kini yang sudah dewasa dan cukup untuk menikah. Mungkin perjodohan ini akan bagus untuk kebaikan putranya. "Ga,nanti malem kolega papa dateng sama anak perempuannya".

Angga menelan makanannya. "Ada apa pa? Perusahaan papa mau ada kerja sama lagi? Atau apa pa?".

Darma menegak air putih sebelum menjawab pertanyaan putranya. "Papa sama mama mau jodohin kamu,kamu gak keberatan kan?".

Anggun masih diam menyimak apa yang dibicarakan.

Angga diam sejenak. Mungkin perjodohan ini langkah baginya untuk melupakan kanaya. "Angga gak keberatan ko pa,pasti pilihan mama sama papa yang terbaik buat angga" lalu kembali melanjutkan makannya.

Anggun memegang lengan angga lembut. "Makasih ya ga,udah percaya sama mama dan papa". Angga tersenyum "angga percaya ko"

Lalu mereka melanjutkan makan mereka dengan khidmat.







Angga merapikan kerah kemeja maroonnya. Setelah merasa sudah siap. Angga berjalan keluar dan menuruni tangga. Suara orang ramai berbicara mulai terdengar jelas. Suara darma dan anggun yang bercengkrama pun terdengar jelas di kuping angga.

Sampai didasar tangga. Angga dapat melihat sosok perempuan mungil dengan berbalut dress selutut yang pas ditubuhnya itu tengah membelakangi angga. Rambut perempuan itu pun digelung rapi sehingga menampakkan punggung mulusnya.

Anggun melihat angga yang sudah didasar tangga itu pun tersenyum. "Ahhh ini dia putra saya" membuat semua orang disitu menatap angga. Bahkan perempuan mungil itu.

Dara.

Angga terkejut dengan keberadaan dara dihadapannya. Begitu juga dengan dara,melihat atasannya berada disini. "Loh,pak angga?" tanya dara.

Anggun memegang tangan dara lembut. "Pak angga? Kamu kenal dia nak?". Dara mengangguk perlahan "kenal ko,dia atasan dara dikantor tan" jawab dara lembut.

Nisma ibunya dara tersenyum. "Dara memang mandiri banget anaknya,dia belim mau ngelanjutin perusahaan ayahnya jadi dia milih cari kerja sendiri".

Anggun ikut tersenyum "ya ampun dara kamu mandiri banget ya".

Dara tersenyum lembut "hmmm biasa aja ko tante" ucap dara lembut.

Anggun mengusap punggung dara dengan lembut. "Panggilnya mas angga aja gak usah pak,ketuaan". Membuat orang orang disitu tertawa.

Dan pipi dara memerah karna malu. Angga melihat bagaimana pipi dara yang kemerahan. Terlihat lucu membuat angga gemas melihatnya.


Angga menghampiri dara yang pipinya masih merah merona. "Dar,gak nyangka banget ya ketemu disini". Dara tersenyum mengangguk "iya pak, eh maksud dara,iya mas".

Angga merasakan jantungnya mau copot mendengar dara memanggilnya dengan sebutan mas. "Kamu mau dijodohin sama saya?" tanya angga.

Dara menunduk malu "dara si setuju aja kalo dijodohin,lagian saya percaya ko kalo mas orangnya baik gak macem macem" jawab dara.

Angga merasa gemas sendiri mendengar jawaban dara. "Kamu udah makan? Makan yuk,tuh orang tua kita udah duduk mau siap siap makan malem".

Dara mengangguk dan angga memegang punggung perempuan itu agar bergerak.

Dara duduk berhadapan dengan angga. Sesekali kedua nya curi curi pandang tanpa disadari oleh orang tua disana.

"Aduhh anak kamu cantik banget ya nis" ucap anggun sembari memasukkan makanan kedalam mulutnya. Nisma tersenyum "makasih loh anakku dibilang cantik,anakmu juga ganteng ko".

Anggun tertawa pelan "bisa aja,iya si anakku emang ganteng kaya darma".

Sedangkan darma hanya tersenyum mendengar ucapan kedua perempuan itu.

Darma bangkit dan mengajak ahmad—ayahnya dara. Untuk berbicara diluar tentang pekerjaan. Sedangkan nisma serta anggun sibuk membicarakan soal makanan di meja makan.

Angga berdiri. "Ma,angga ajak dara ketaman belakang ya". Anggun mengangguk lalu kembali ngobrol dengan nisma.







Kini angga dan dara duduk di ayunan besar. Angga menatap dara yang masih menunduk malu. Bahkan bulan yang tampak indah itu kalah cantiknya dengan dara dan pipi kemerahannya. "Saya serius sama kamu dar,saya mau ngejalanin hubungan sama kamu".

Dara menegakkan kepalanya dan menatap angga. "Mas,serius? Kita kan baru kenal,emangnya mas bisa cinta sama saya? Kalo mas kepaksa kita bisa ko batalin perjodohan ini".

Angga tersenyum "saya serius,cinta bisa tumbuh seiringnya waktu ko,tapi kalo boleh jujur si dari awal pertemuan kita,saya mulai terpesona sama kamu dar"

Blush

Pipi dara kembali memerah mendengar ucapan angga. "Mas bisa aja". Angga menahan tawa karna tingkah dara yang buat angga gemas. "Jadi mau gak kita ngejalanin hubungan ini lebih jauh?" tanya angga.

Dara kembali menatap angga. "Iya mas,saya mau ngejalanin hubungan ini lebih jauh lagi,saya juga percaya cinta akan tumbuh seiringnya waktu"







It Ain't MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang