Broken

1.8K 65 21
                                    

"Thanks ya Fat udah mau nganterin gue" Vina tersenyum sangat tulus kali ini, ia sangat berterima kasih pada Fatan yang telah membangunkan Mood nya.
"Oh iya kapan-kapan kesitu lagi ya Fat, tempatnya asik" lanjutnya.
Fatan menatap Vina dengan tatapan menggodanya, "tempatnya yang asik apa karena ada gue tempatnya jadi asik hmmmm" Goda Fatan.
   Vina hanya menutar bola matanya jengah, "pulang sono" ucapnya ketus.
Fatan hanya menyengir kuda dengan tampang tanpa dosanya, Vina langsung memasuki rumahnya dari pada harus meladeni Fatan.

"Asslamualaikum"
Pranggggggggg
Vina terhenyak kaget, bukan jawaban salam yang ia dapat melainkan suara benda terjatuh.
Ia berlari menuju arah suara benda terjatuh itu, mata Vina terbelalak kaget dan badan nya pun hampir terhuyung kebelakang. Saat Vina mendapati mamanya berbaring tak berdaya dengan darah yang terus mengalir di kepalanya, hatinya ngilu menyaksikan hal tersebut.
"Mamaaaaaaa" teriak Vina, ia segera menyingkirkan vas bunga yang berada tepat di atas kepala sang mama. Air mata terus mengalir, tangan nya terus menepuk pipi sang mama. Ia berharap dengan tindakan tersebut sang mama akan segera bangun.
Akan tetapi semua usaha sia-sia, Vina meletakkan kepala sang mama dengan hati-hati di lantai sementara ia berlari keluar meminta pertolongan.

                                       🌸
"Dok tolong mama saya dok, saya mohon selamatkann" Ucap Vina sesegukan sambil memohon kepada dokter. Ya sebelum kesini salah satu warga komplek tengah meronda dan akhirnya melihat Vina seperti orang kebingungan semuanya bertanya. Ada apa Vina? Setelah itu Vina menceritakan semuanya, dan semua warga yang saat itu ikut meronda mebantu Vina dan membawa mama Vina kerumah sakit.
   " Kami tim medis akan mengusahakan yang sebaiknya" ucap dokter tersebut lalu kemudian sang dokter berlalu dari hadapan Vina menuju ruang dimana mama Vina di rawat.
Vina terus memikirkan apa yang terjadi kepada mamanya hingga bisa seperti itu. Bahkan saat papa Vina sedang tidak bersamanya.
"Gue lupa papa kemana?" Ujarnya lirih sambil melihat kanan dan kiri lorong rumah sakit yang terlihat sepi.

Setengah jam kemudian dokter pun keluar dari ruang perawatan mama Vina.
"Dok mama saya?"
"Mbak tenang ya, mama mbak gak papa hanya ada luka yang gak terlalu dalam pada bagian kepala depan beliau akan tetapi itu tidak akan terjadi apa-apa. Selama pemeriksaan masih tidak ada penyakit yang serius", penjelasan sang dokter membuat Vina mengambil nafas lega. "Boleh saya jenguk"
"Silahkan" . Vina memasuki ruangan mamanya dengan perlahan, air mata terus memetes.
"Ma" lirih vina.
Ia memerhatikan wajah pucat sang mama, wajah yang selama ini disakiti oleh papanya, wajah yang setiap hari penuh dengan air mata. Kalau boleh jujur sungguh dalam hati Vina ia merasa bersalah, ia bersalah karena selalu mengabaikan sang mama. Padahal, mamanya lah yg hanya memerhatikan dirinya walaupun sedikit.
"Vina"
Vina mengalihkan pandangan nya kepada mamanya yang tengah sedar diri.
"Mama udah sadar aku panggilin dokter ya ma" belum lagi Vina mamanya telah mencekal pergelangan Vina terlebih dahulu.
"Mama gapapa sayang" ucap mama Vina debgan suara yang serak.
"Mama mau apa?"
"Minum"
Dengan sigap Vina mengambil air putih yang berada di atas nakas samping tempat tidur mama Vina, ia membantu mamanya untuk minum.
"Mama kok bisa kayak gini? Itu gimana ceritanya ma?"
"Kamu gak perlu tau sayang, ini masalah mama"
"Aku anak mama aku harus tau apa yang tengah terjadi pada mama" ujar Vina tegas.
"Papamu menceraikan mama"

DEG
Kalimat tersebut membuat Vina tertegun, apakah ini mimpi?
"Ha?"
"Iya nak papa mu menceraikan mama, karena mama memergoki dia sedang berhubungan dengan wanita lain di rumah kita" mama Vina mejelaskan semuanya dengan air mata yang terus mengalir.
"Siapa perempuan itu ma?" Tanya Vina dengan tatapan datar dan nada yang dingin, ia kali ini ingin menerkan orang yg berani merusak hubungan papa dan mama nya.
"Sekertaris nya sendiri nak. Tapi biarlah, mama sudah ikhlas"
Bukan nya menjawab ucapan mamanya Vina malah melangkah pergi keluar ruangan. Ia tak memperdulikan teriakan mamanya yang memanggil namanya.
Sesampaimya di depan gerbang rumah sakit ia menyetop taksi, dan aka menuju suatu tempat.

                                       🌸
"Papa ada?" Tanya Vina pada resepsionis yang berada di kantor papanya. Ya ia pergi menuju kantor papanya.
"Ada non Vina silahkan langsung saja keruangan"
Vina segera melangkahkan kaki jenajngnya menuju ruangan papanya, dengan tangan yang mengepal, mata yang memerah. Selama Vina menuju ruangan papanya banyak karyawan yang menatap heran ada pula yang menyapa, tetapi itu semua tak di gubris oleh Vina.

Brakkkkkk!

Vina menendang pintu ruangan papanya dan mendapati sekertaris papanya sedang duduk di pangkuan papanya.

"Wow! Jadi ini yang anda lakukan selama ini. Hanya menyakiti hati mama dan hati saya, bahkan saya juga tak menyangka anda mempunyai pemikiran yang sejelek ini. Bukan nya kesini untuk mencari nafkah membahagiakan keluarga, tapi apa? Malah sebaliknya melayani JALANG ini." Vian berteriak dengan lantang sambil menunjuk papanya dan menekan setiap bicara.
"Dan untuk anda apakah anda kurang puas dengan pelayanan suami anda, sehingga menggopa papa saya oh sorry ralat mantan papa saya. Dimana letak harga diri anda, dan saya juga pasti yakin anda bukan hanya disentuh oleh dia. Pasti juga dengan lelaki lain di luar sana. Saya heran anda punya yang halal dirumah kenapa harus mencari yang haram?"
Papa Vina tertegun kaget mendengar perkataan Vina.
"Jangan sekali sekali menghina saya" ucap sekertaris tersebut, Vina hanya tersenyum sinis. Ia berjalan perlahan mendekati papanya dan sekertaris tersebut. Ia berjanji akan membuat muka atau seluruh anggoota tubuh mereka hancur, seperti hancurnya  hati mama Vina.
Sekertaris papanya tersebut mundur melihat Vina semakin mendekatinya, saat sekertaris ingin berlari dengan segera Vina mencekal lengannya, hingga menimbulkan ringisan.
"Ini buat Anda yang telah merusak hubungan keluarga saya"

Plakkkkk
Plakkkkk
Dua tamparan sekaligus Vina berikan pada pipi kanan dan kiri , meskipun hanya sebuah tamparan akan tetapi mampu membuat sebuah luka di sudut sekertaris tersebut, dan mengeluarkan banyak darah tentunya. Vina tersenyum puas.
"Kurang satu lagi" desisnya.
"Jangan Vina ini papamu nak" mohon papa Vina
"Sudah bukan, saya ingin membalas rasa sakit hati mama saya tuan."

Tangan Vina beralih mengambil sebuah vas bunga yang berada di meja kerja papanya. Ia memgang vas bunga tersebut dengan kuat dan lenganya mengayun menuju arah dimana sang papa berdiri.

"Stop Vina"

Hellooo, heheh akhirnya aku publish jugakk😭lama banget gak publish soalnya lagi ada UAS, tugas seabrek dan semacamnya. Tapi aku bakal usahain buat selalu publish.

Jangan lupa like dan komen kalau kalian mau ngasih masukan yah💙

Bad Girl And Good BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang