Bengek

66 17 0
                                    

Pengorbanan itu sulit

Resiko itu berat

Tapi bagaimanapun juga

Kedua hal itu harus dilalui

Karena hasilnya akan manis

Melebihi madu

Katanya

Akhirnya aku bengek dan benar-benar bengek. Akupun akhirnya keluar tenda. Aku juga punya rasa kasian, aku ngga mau kalau mereka ketularan bengekku.

Setelah 7 detik aku melangkah keluar, kurasakan hawa dingin mulai menyelimuti. Akhirnya aku balik lagi ke tenda ngambil sarung.

Setelah ambil sarung akhirnya aku melanjutkan langkahku menjauhi tempat laknat itu. Ok itu lebay.

Sebenarnya aku keluar cuma mau cari angin sebentar, terus ntar tidur lagi gitu. Rencana awalnya si gitu.

Dan mulailah aku berjalan melewati tenda-tenda para peserta Persami.

Setelah berjalan kira-kira 5 menit, akupun mulai merasakan hawa dingin yang benar-benar dingin. Akhirnya aku mulai meninggikan sarungku sampai ke kepala hingga menutupi wajah. Mirip maling sandal, sungguh.

Aku masih berjalan melewati tenda-tenda. Kulihat sekelilingku, sepi dan senyap. Mungkin mereka emang udah beneran tidur. Andai aja aku bisa pindah tenda, pindah dari tempat laknat yang bahkan lebih mirip tempat sesajen dukun daripada sebuah tenda. Asap sana sini, bau menyengat dimana-mana.

Ku lihat mereka yang tidur dengan pulasnya. Ga lebay kaya kelompokku. Mereka cuma pake lotion anti nyamuk doang. Itu terlihat dari aroma tenda ini yang cuma bau lotion ngga kaya tendaku bau obat nyamuk bakar king Kong. Udah bau, bikin sesak nafas pula. Jangankan nyamuk, manusia pun juga bisa terbunuh.

Padahal aku berharap masih ada seseorang yang melek trs nyamperin aku, terus kita duduk di ujung lapangan, terus melihat bintang bersama, terus kita akhirnya akrab, terus kita akhirnya cinlok, dan akhirnya byuuuur.

Lamunan indahku hangus kebawa angin.

Akupun berteriak keras lalu sedetik kemudian aku spontan menutup mulutku. Menutup suaraku yang kalo kaedengeran lebih mirip petasan daripada suara kaget.

Masih dengan ekspresi kaget aku diam sejenak, menyiapkan kata-kata yang bakal aku lontarkan ke orang yang udah nyiram aku ini.

"Maling!!" Kata seseorang itu yang tadi abis nyiram aku. Dan ternyata cowok.

Akupun balik badan dengan emosi yang udah mencapai leher, masih dalam proses untuk mencapai kepala.

Sungguh kalo boleh aku pengin nyiram balik cowok rese ini, pake air comberan biar ngrasain yang lebih dari ini. Dasar cowo unfaedah!

"Eh, malingnya cewe!"

Lanjut baca ya...

Lafyu Aryan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang