CHAPTER TIGA BELAS

3.9K 101 3
                                    

Tak ada yang bisa disalahkan disini, kita hanya perlu waktu untuk mengikhlaskan dan menerima semua ini, hingga suatu keajaiban datang merubah takdir kita

Happy Reading✨

"Kesana yuk rey" ajak Alana sambil menunjuk kearah ayunan yang berada di bagian kanan dari taman itu.

Reyhan hanya menganguk, menurut, kemana saja gadis itu melangkah, yang terpenting gadis itu masih dalam genggamannya

Alanapun duduk di sebuah ayunan berwarna biru itu

"Udah lama gue gak main gini"

"Emangnya Lo gak sadar, umur Lo sekarang udah berapa, dasar mkkb" cibir reyhan

"Enak aja, gue masih 17 tahun ya, belum kepala dua"

"Emang siapa yang bilang pala Lo dua, udah tau satu, malah minta dua, Lo mau buat 7 keajaiban dunia jadi delapan" sahut Reyhan sambil tertawa, membuat gadis itu kesal, karna Reyhan tak paham apa yang ia maksud, 'kepala dua itu artinya udah dua puluhan, ah dasar'

"Ayunin dong Rey, yang kenceng gue pengen terbang"

Reyhan lalu menarik ayunan itu ke belakang dan mendorongnya sekuat mungkin. Alana merasakan tubuhnya mulai terangkat begi saya, kemudian ia menutup matanya, membayangkan seolah ia peri yang tengah terbang bebas tanpa beban.

Reyhan yang telah selesai mendorong ayunan gadis itu, segera pindah dari posisinya agar tak terbentur oleh besi kuat itu, ia memindahkan posisinya duduk di ayunan samping kiri gadis itu, dengan tatapan mata yang tak bisa berpaling melihat gadis disampingnya.

Perlahan kecepatan ayunan Alana berkurang, membuat dirinya kini sejajar dengan Reyhan.

"Lo kayaknya suka banget"

"Dulu hampir tiap hari gue kesini, opa Selalu mengayun dan Oma nyuapin gue, dulu gue pengen banget jadi yang namanya peri, bisa terbang punya sayap, hingga suatu hari opa buatin gue sayap, terus nyuruh gue duduk disini dengan mata tertutup, dan ngebayangin kalo gue lagi terbang" tak menyangka air matanya menerobos begitu saja dari sudut matanya. Namun Alana segera mengusapnya.

"Lo, sendiri sering ke taman?"

"Engak terlalu sering, gue lebih sering bersantai di tepi danau, sambil mancing, awalnya gue kira mancing adalah hal paling ngebosenin, tapi gue salah, gue banyak belajar dari Bokap gue, kalo mancing lebih asik dari yang terlihat, tapi Sekang gue gak bisa lakuin itu lagi" ucap reyhan datar sambil menatap bintang-bintang di langit

"Kenapa?"

"Bokap gue udah gak ada, waktu gue SMP, jadinya dulu gue sekeluarga pindah ke Australia, tapi sekarang nyokap gue udah nikah lagi, dan gue kurang betah disana, jadinya Gue balik lagi kesini"

"Sorry, gue gak tau" ujarnya menatap Reyhan, Reyhan yang awalnya menatap ke arah langit pun menoleh ke arah gadis itu, hingga mata mereka terkunci sejenak

1 detik
2 detik
3 detik

Hingga Alana menyadari lamunannya itu, dan lalu berpaling menghadap ke depan, entah mengapa detak jantungnya mulai tak terkontrol, membuat gadis itu harus berupaya membuatnya netral agar Reyhan tak mendengarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pelangi Di Penghujung HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang