aku alumni

1.2K 241 14
                                    

Perkenalkan semuanya, nama saya Daniel Sanjaya. Mahasiswa ITB FSRD 2015.

Kali ini aku yang bakal cerita tentang Mifti ke kalian ya?

Walaupun nanti kalian bakal gapercaya sama apa yang aku ceritain, tapi gapapa. Yang penting aku udah jujur disini.

××

Setahun yang lalu, aku main ke SMA ku dulu buat liat acara pensi. Acaranya tertutup sih, anak sekolah lain gaboleh dateng. Padahal bintang tamunya okeoke. Secara, namanya juga sekolah swasta, pasti banyak yang mau nyumbang dana untuk mengundang artis beken.

Bersama kakak tingkatku, Ong Putra Hadiyan, kami menikmati acara pensi itu.

Tapi karena bang Ong ada acara tertentu, dia izin balik. Demi kesopanan sama kating, aku nganterin dia sampe gerbang.

Bang Ong udah balik dengan motor maticnya. Karena iseng, aku malah beli cilok saus kacang depan sekolah. Tidak terasa sudah jam 3 sore dan sekarang saatnya sekolah negeri depan sekolahku bakalan bubaran.

Rame banget. Anak - anak SMA berbalut seragam putih abu satu persatu keluar dari gerbang sekolah. Sampai akhirnya aku malah ngabisin cilok itu daripada nontonin guest star pensi.

"Eh, Mip!"

Seorang perempuan berteriak untuk memanggil temannya. Aku hanya memperhatikan.

Orang yang dipanggil tersebut menoleh dan tersenyum. Wajahnya lucu, ga ngebosenin.

"Naon?" *Apa

Aku masih berusaha menguping. Karena sebenarnya mereka ngomongnya teriak - teriak.

"Ini tupperware lo ketinggalan! Mau diamuk sama bunda lagi?"

Cewek yang ceroboh itu hanya cengengesan dan berkata terimakasih terus menerus sama temannya.

Kenapa kikuknya bikin aku ikut ketawa sih?

"Nuhun pisan! Kamu mau balik?" *Makasih banget

"Iya nih, aku udah dijemput. Nunggu angkot ya kamu?"

Cewek ceroboh itu hanya mengangguk. Temannya pergi dan dia hanya berdiri didekat pos satpam menunggu angkot menuju rumahnya datang.

Beda dengan ekspresi saat bertemu temannya, sekarang dia hanya diam. Ga ngapa - ngapain, bahkan ngecheck handphone pun engga. Bengong aja gitu.

Benar - benar matados. Alias muka tanpa dosa.

Bahasa jaman kapan ya itu? hahaha.

Aku tetap memerhatikan dia sampai akhirnya cewek ceroboh itu sadar. Dia hanya melihatku tanpa ekspresi.

Aku lalu tersenyum. Dia pun seperti malu dan memalingkah wajahnya dari pandanganku.








Angkot yang ditunggunya datang. Dia pun naik dan tetap melihatku lewat jendela angkot.







Ah, coba nanyain nama sama nomernya. Siapa tau jodoh kan.








Tapi siapa sangka sih kalo takdir emang gapernah berubah?

Kalo emang kita berdua ditakdirkan bertemu, pasti bakalan ketemu.






Dulu, aku melihat Mifti masih terlihat bocah dan kurasa dia memang baru kelas 10. Sekarang? Dia sudah menjadi gadis cantik kelas 12.

Banyak yang berubah darinya, termasuk tinggi badannya. Tapi wajah lucu dan kikuknya masih saja tetap sama. Dua alasan yang membuatku selalu tertarik dengannya.

Makanya saat aku bertemu dia di warung wedang jahe itu, aku benar - benar senang. Sampai tak bisa jaga image. Bodoh memang.





Aku yakin, Mifti tak asing dengan wajahku. Aku tak mau memberi tahu kalau aku sudah kenal lebih dulu dengannya. Biarkan saja ini mengalir apa adanya.

Tapi yang aku kagetkan, yang dulunya Mifti sangat cantik dengan rambut terurai, sekarang berbalut jilbab.





Aku.. memang masih tetap suka.

Tapi apa takdir masih berkata sama?

cheese! ㅡ kang daniel ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang