Sesampainya didepan rumahku, aku pun turun. Dan langsung masuk ke rumah, saat aku membuka pintu sudah ada papa duduk didepan TV.
" Dari mana aja kamu jam segini baru pulang? " tanya papa
" Habis jalan pa sama teman Bella " jawab ku tenang
" Kamu anak perempuan pulang selarut ini, mau jadi apa kamu? " tanya papa dengan nada suara yang naik satu oktaf
" Mau kayak kakak pa, biar di sayang dan dibangga banggakan sama papa dan mama " ucap ku enteng sambil meninggalkan papa dan menuju kamar ku
" Bella tunggu " ucap papaNamun, aku tetap berlalu tanpa menghiraukan panggilan papa. Sebenarnya saat aku melawan papa aku selalu menangis dikamar. Aku melawan papa, bukan karena aku tidak sayang. Aku melakukannya supaya papa dan mama sadar, bahwa mereka memiliki dua anak yang harus diberikan perhatian yang sama. Karena selama ini aku merasa bahwa aku tidak mendapatkan perhatian dari orang tuaku, hanya kakak ku lah yang diperhatikan oleh mereka. Setelah pertengkaran ku dengan papa, tanpa terasa akupun tertidur.
Dret..... Dret......
Getar HP ku dan berhasil membangun kan aku dari tidurku yang menyedihkan malam ini. Saat aku membuka HP ku tidak tercantum nama orang yang menelpon ku. Jadi, aku memutuskan untuk tidak mengangkatnya. Karena hari ini aku tidak ada mata kuliah, jadi aku memutuskan untuk jalan bersama Sherly.
Telepon ku terus berdering dengan nomer yang sama." Sher, dari tadi nih orang neleponin gue terus. " ujar ku sambil menunjukkan HP ku
" Ini mah nomernya Egy Bell "
" Apa kata lo nomernya Egy? " tanya ku meyakinkan
" Iya, nih coba samain " ucap Sherly sambil menunjukkan nomer Egy yang ada di HP nya
" Waaah, iya bener. Ngapain nih anak neleponin gue Sher? "
" Mana gue tau, angkat aja sih. Siapa tau penting kan "
" Kalo dia telepon gue mana ada yang penting, yang ada bikin gue darah tinggi "
" Terserah lo deh Bell "Aku berbincang banyak pada Sherly pada saat itu, mulai dari membahas kekesalan ku pada Egy sampai aku curhat tentang masalah ku dengan papa. Itu hal biasa yang didengar Sherly, karena dia selalu mendengar keluh kesahku tentang masalah keluarga yang aku alami. Sampai kami memutuskan untuk pulang, seperti biasa saat sampai dirumah aku langsung masuk ke kamar. Namun, telepon ku terus berdering dengan nomer yang sama, yaitu nomer Egy. Sudah tiga hari ini, Egy tak henti henti nya menelepon ku.
Karena hari ini aku ada kuliah, saat pulang kuliah aku mengajak dua sahabat ku nongkrong di sebuah kafe. Sahabat ku yang satu lagi adalah Marsha." Sher, si Egy masih neleponin gue selama tiga hari ini " ucap ku kesal
" Kan gue bilang angkat ajaa " ujar Sherly
" Egy siapa? " tanya Marsha
" Temen SMA gue dulu " jawab Sherly
" Oalah dia " ucap Marsha
" Lo kenal dia Mar? " tanya ku
" Gak " jawab Marsha tanpa dosa
" Dasar bego lo mah " ucap ku kesal
" Udah sih angkat aja, lo speaker aja sekalian " ucap Sherly memberi saran
" Iya Bell angkat aja sih, lagian kali aja dengan lo angkat telpon nya dia gak ganggu lagi " ucap Marsha mendukung Sherly
" Yaudah nih, nanti kalo dia telepon lagi gue angkat yaa " ucap ku sambil menunggu telepon darinya lagiNamun saat aku menunggu telepon darinya, dia malah tidak menghubungi ku selama satu jam . Dan aku pun merasa sangat lega, mungkin dia sudah capek menelepon ku
" Akhirnya tuh anak gak telepon telepon lagii " ucap ku bersyukur
Dret...... Dret......
" Siapa bilang " ucap Sherly dan Marsha bersamaan diiringi dengan tawa kemenangan
" Udah cepet angkat " ucap Sherly
" Iya nih gue angkat " ucap ku kesal sambil mengambil HP ku dan mengangkat telepon dari Egy
" Hallo, ini dengan Bella " ucap Egy
" Iya ini gue, lo ngapain sih neleponin gue mulu. Kayak orang gak ada kerjaan aja, ganggu tau gak " ucap ku kesal
" Yaelah lo marah marah mulu, awas nanti darah tinggi aja lo "
" Iya gue darah tinggi gara gara lo, udah cepetan lo mau ngomong apaan sekarang " tanya ku memastikan
" Iya sabar sih, jadi gini gue cuma mau minta maaf sama lo. Karena gue HP lo jadi jatoh, sorry yaa " ucap Egy
" Cuman gitu doang? Gak penting banget sih, lo cuma telepon buat minta maaf doang? " tanya ku memastikan
" Iya, jadi lo maafin gue gak? "
" Iya gue maafin! Udah kan cuma mau ngomong itu? Bye " ucap ku sambil mematikan telepon nyaSaat aku teleponan dengan Egy, Marsha dan Sherly hanya senyum senyum. Namun, saat aku selesai teleponan dengannya tawa mereka pun pecah
" Hahahahahahaha " tawa mereka bersamaan
" Puas lo semua, gak penting banget kan dia. Lo bayangin aja dia telepon gue berhari hari cuma mau minta maaf " ucap ku kesal
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Sahabat atau Dia Cinta
Teen FictionTerkadang hal yang kita benci tidak selamanya kita membenci itu, dan sebaliknya. Seperti saat aku bertemu Egy aku sangat membencinya. Karena pada saat itu, dia yang tidak aku kenal mengambil HP ku dengan paksa. Bahkan dia berani untuk menyuruh ku...