Setelah Egy mengambil barang barang nya, kami bergegas untuk pulang. Selama perjalanan aku melihat keanehan pada dia. Muka dia seperti menampakkan kekhawatiran bukan kesenangan karena dia terbebas dari obsesi Maya.
" Gy, lo daritadi diam aja deh. Muka lo juga ditekuk gitu. Kenapa sih? Bukannya lo harusnya seneng udah bebas dari Maya? " tanya ku pada Egy dan berhasil membuyarkan lamunannya
" Iya gue emang seneng, tapi gue juga takut Maya nanti ngelakuin hal gila ke lo. Bukan gak mungkin kan Maya bersikap gila? " ucap Egy khawatir
" Iya juga siih tapi soal itu mah lo tenang aja gue bisa jaga diri gue kok. Lagian kan gue kalo kuliah diantara jemput supir jadi aman " ucapku berusaha menenangkan Egy
" Iya juga Bell, makasih ya gue jadi lebih lega " ucap Egy seraya tersenyum
" Iya sama sama, btw kok lo malah ngejauh sih dideketin cewek secantik Maya? Bukannya harusnya kalo cowok tuh demen yaa? Atau jangan jangan lo gak normal lagi? " tanya ku pada Egy berusaha memecah kekhawatirannya
" Enak aja lo kalo ngomong, gue cowok tulen tau. Perlu pembuktian apa? " tanya Egy seraya menggoda ku
" Gausah gue udah percaya kok, lo jangan macem macem. Lagian gue cuma kepo aja kenapa sih? "
" Ya karena gue udah males aja sama sikap over dia, dan gue juga gak suka sama dia. Gini deh, kalo lo jadi gue ada cowok ganteng tapi lo gak suka sama sikapnya lo mau emang? " tanya Egy serius
" Gue mah mau mau aja, yang penting ganteng. Asal jangan kayak lo aja orangnya, hahahahahaha " ucapku seraya bercanda
" Yakin gak mau sama gue? Ati ati banyak cewek yang terpesona sama gue lo, mungkin termasuk lo nanti " ucap Egy seraya mengedipkan sebelah matanya
" Idiih najis geli gue, udah jalan yang benar " ucapku sambil menundukkan kepala
Sesampainya didepan rumah ku, aku langsung turun dan hendak masuk.
" Gy makasih ya " ucapku sambil berjalan hendak masuk rumah
" Iya sama sama "
" Ooh iya Gy, lusa lo jemput gue kan? Dan lo bakalan deketin gue sama Army kan? " ucapku sambil kembali menghampiri Egy
" Iya bawel, yaudah gue pamit. Assalamualaikum "
" Waalaikumussallam "
Aku sangat senang pada malam itu karena aku bisa dekat dengan Army, akupun berniat untuk jalan bersama Sherly dan Marsha serta curhat bersama. Keesokan paginya, aku bangun untuk kuliah. Seperti biasa jika ada keluarga ku dirumah aku malas untuk sarapan
" Ma pa, bella langsung berangkat ya " ucapku sambil berlalu melewati tempat makan
" Kamu gak sarapan dulu? " tanya mama
" Gak ma, nanti aja dikampus "
" Bell, duduk dulu papa mau bicara "
" Ada apa pa, " ucapku sambil menghampiri papa
" Kenapa setiap sarapan ada papa dan mama kamu selalu gak ikut? " tanya papa dengan muka serius
" Gapapa pa, lagian udah ada kakak kan gak perlu ada Bella. Ooh iya pa ma, Bella nanti pulang rada malam ya. Mau jalan sama Sherly dan Marsha . Yaudah ma pa Bella pamit. Assalamualaikum " ucapku setelah menyalami kedua orangtua ku
" Waalaikumsallam " ucap mama dan papa secara bersamaan
Begitulah keseharian ku dirumah, aku selalu malas sarapan bersama mereka karena yang menjadi topik sarapan pagi kami hanyalah kakakku. Karir kakaku, kesuksesan kakakku, kabar kakakku. Sedangkan aku hanya menjadi pengamat keakraban sebuah keluarga. Tanpa ada yang peduli pada ku.
Sesampainya ditempat kuliah, aku menjalankan mata kuliah seperti mahasiswa kebanyakan. Hingga bel pulang kuliah pun tiba, aku, Sherly, dan Marsha langsung bergegas ke sebuah kafe yang sudah kami rencanakan kemarin. Sesampainya di kafe kami langsung memesan makanan, dan seperti biasa aku yang membuka percakapan.
" Sher, Marl lo tau gak kalo gue udah kenalan sama Army dan lo juga tau gak dia nanya gue kuliah dimana jurusan apa. Baik banget kan? " ucapku antusias
" Baik siih, soalnya jarang cowok sekepo itu. Udah pepet terus bell " suruh Sherly diikuti tawa mengengembang dari wajahnya
" Tapi kalo menurut gue lo ati ati Bell. Jangan terlalu suka nanti patah hati lo. Kan lo belom tau keseharian dia diluar sana " sanggah Marsha
" Iya juga sih Mar, gue usahain deh rada jual mahal. Gimana hubungan percintaan kalian sebahagia gue gak? Hahahaha becanda kok gue " Canda ku sambil melirik kedua sahabatku
" Kalian tau gak ada cowok yang ngedm instagram aku namanya Alfiansyah, udah tiga hari aku chatan lewat dm " ucap Marsha
" Hahahaha Mar, lanjutkan lah. Btw bell si Egy gak ngomong macem macem tentang gue ke lo kan? " tanya Sherly
" Dia bilang ke gue kalo lo pernah nembak dia. Itu gak bener kan Sher? " tanya ku balik meyakinkan
" Gila jadi tuh anak cerita. Iya Bell gue pernah nembak dia, itu hal terbodoh yang pernah gue lakuin " jawab Sherly sambil menunduk
" What?? Jadi bener lo nembak dia, kok lo gak pernah cerita sih ke kita " ucap ku tersentak kaget dengan pengakuan Sherly
" Gue emang belum cerita ke lo tapi gue udah pernah cerita ke marsha kok. Gue gak cerita ke lo soalnya waktu itu lo lagi ada masalah sama keluarga lo " ujar Sherly memberi penjelasan
" Ooh gitu, lagian kalo kalian ada apa apa cerita aja sih. Kan cuma kalian keluarga gue "
" Udah berapa kali Bell kita bilang lo gak boleh kayak gini terus. Lo hargain mama sama papa lo mereka gak ada waktu buat lo karena itu buat lo juga buat keperluan lo "
" Iya gue tau itu, tapi gue lebih butuh perhatian mereka daripada uang mereka. Udah gausah bahas keluarga gue. Ooh iya Sher gimana hubungan lo sama sih Rian? " tanya ku mengalihkan pembicaraan
" Baik baik aja, malah dia makin romantis. Hahahaha " ucap Sherly diiringi senyum mengembang di wajahnya
" Ciee tau deh kalo orang yang punya pacar mah" ucapku dan Marsha seraya bersamaan
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Sahabat atau Dia Cinta
Teen FictionTerkadang hal yang kita benci tidak selamanya kita membenci itu, dan sebaliknya. Seperti saat aku bertemu Egy aku sangat membencinya. Karena pada saat itu, dia yang tidak aku kenal mengambil HP ku dengan paksa. Bahkan dia berani untuk menyuruh ku...