Disclaimer : Hetalia and all canon characters is owned by Hidekaz Himaruya-sensei. I only own my OC's, the ideas, and this Fanfiction.
Warning : OC's here, OOC/OOT, typo(s) mungkin bersemi, alur melenceng dari judul, sibling love (fail?), bahasa campur, hanya untuk mengeluarkan sedikit uneg-uneg, alur tidak jelas, judul nggak nyambung sama cerita, gaje, bahasa terlalu berbelit, bahasa sulit dimengerti, sedikit historical fic, banyak kata tidak baku dan berbagai warning lain.
P.S : Cerita super nggak jelas dan random. Maafkan Kirana karena hampir semua HetaFanfic yang dibuat hanya berisikan OC's Kirana XDDD
Don't like? Don't read. It's easy, dear.
****
"Tok tok tok tok!!!!!" "Assalamu'alaikum~!! Ada yang masih bangun?" "Tok tok tok tok tok!!!!"
Indonesia menoleh, dia baru saja selesai makan malam dan mencuci peralatan makan yang ia pakai. Maniknya melirik ke dinding, dan jam yang ada disana menunjukkan pukul 23. 57.
Kalau kalian bertanya kenapa dia baru makan malam jam segitu, itu karena dia pulang terlambat seperti yang sudah ia beritahukan pada Yogyakarta, sebabnya? Dia meninggalkan banyak dokumen tak terurus yang seharusnya sudah ia selesaikan, jadi ia lembur.
"Siapa tuh malam-malam datang? Jakarta kali ya? Daritadi kan dia belum pulang." Gumam Indonesia. Tangannya yang basah ia kibaskan sedikit, dan ia keringkan dengan serbet yang ada. Kakinya melangkah keluar dari dapur, hendak membukakan pintu.
Namun, pemandangan Jambi dan Bali yang tertidur di ruang tengah (dengan TV yang menyala) tertangkap lensa mata Indonesia, dan menghentikan langkah gadis itu.
Dia tersenyum kecil, meraih remote TV, mematikannya, dan mengecup pelan dahi kedua adiknya. Barulah ia menuju pintu utama, sosok di luar masih mengetuk pintu berkali-kali, bahkan hampir terkesan menggedor.
"Tok tok tok!!!" "Haalooooo~~ Assalamu'alaikum~~~" "Iya, iya, wa'alaikumsallam..."
"Krieeett~~~"
"Mbak Indonesiaaa~~~"
Jakarta sontak memeluk kakaknya tersayang, tepat ketika Indonesia baru membukakan pintu. Terkejut, Indonesia reflek balik memeluk adiknya yang sedikit lebih tinggi itu. Dengan manja, Jakarta bergelayut di pelukan kakaknya.
Sesekali manja nggak apalah.
"Masya Allah, Jakarta, habis dari mana sih? Kok baru pulang?" Indonesia bertanya, mengusap surai hitam berantakan adiknya yang sedikit ditutupi peci. Kalau ada Aceh, pasti gadis itu dengan lembut menyuruh Jakarta melepaskan pelukannya, atau mengomelinya sedikit karena pulang malam.
Iya, itu kalau sang personifikasi Nanggroe Aceh Darussalam yang manis dan sangat baik hati. Andaikan yang dimaksud itu personifikasi Kesultanan Aceh Darussalam, Jakarta pasti sudah dilempari sarung atau dihadiahi sabetan rotan karena pulang kemalaman dan diberi ceramah panjang, plus hukuman menghafal ayat al-Qur'an yang berakhir dengan dirinya molor ketika menghafal, dan disiram air dingin subuh besok oleh Jawa.
Jakarta benar-benar harus bersyukur karena tidak diomeli lagi malam ini. Cukup tadi pagi dia diceramahi oleh Riau karena terlambat bangun.
Kita OOT. Balik ke cerita.
"Jalan macet, mbak, lagian tadi hujan, jadi terpaksa neduh dulu." Alasan klasik, tentunya, Indonesia hanya mengangguk. "Oohh.... Udah salat Isya?" "Udah, sebelum pulang tadi."
Jakarta melepaskan pelukan, mereka berjalan menuju ruang tengah, dan manik Jakarta melirik ke arah sofa dimana Jambi dan Bali masih larut dalam dunia mimpi. Kepala Jambi bersandar pada bahu Bali, sedangkan kedua tangan perempuan itu merangkul saudaranya. Wajah polos nan imut keduanya hampir membuat Indonesia diabetes, tapi Jakarta beda cerita.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hetalia Fanfiction(s)
FanfictionGambar cover bukan milik saya. Credit of the picture goes to the right owner. (If you don't want your picture be used by me, you can tell me and I'll remove it). Berisi kumpulan fanfiction dari anime Hetalia yang semuanya adalah murni karangan saya...