Hati-hati ada typo guys :)
Bab 3
"Oh uya, Fla, tentang cowok yang kemaren gimana?" Deby merapatkan badan, mendekati Flaya.
"Tau ah, kemaren gue dah ngomong panjang lebar eh lu nya malah tidur." Flaya menggeser badannya ke ujung bangku, dan mulai melahap siomay yang ia beli di kantin tadi.
"Jih, kok ngambek sih." Deby menyenggol lengan Flaya berkali-kali. "Diem gak, By." Kesal Flaya pada Deby.
Tinnngggg
Bel selesai istirahat sudah berbunyi Flaya meninggal kan Deby yang sedang mengikat tali sepatunya. "Fla, kok gue ditinggalin sih," teriak Deby.
Deby masuk dengan nafas yang memburu ia langsung duduk di tempatnya. Mencari botol minum dan langsung meminum airnya.
Pintu terbuka, anak-anak langsung pergi ke tempat duduk masing-masing. Pelajaran kali ini adalah matematika dimana guru killer lah yang mengajar.
Tapi saat pintu terbuka penuh, bukan guru yang di maksud yang memasuki ruangan tersebut melainkan seorang lelaki muda dengan setelah jas dan membawa laptop.
Para wanita mulai berbisik-bisik tidak jelas, tapi berbeda dengan Flaya yang kaget tanpa suara. Matanya membulat sempurna saat melihat lelaki yang kini berdiri di samping meja guru.
"Shit," umpat Fla kecil. ""Fla.... Ya ampun mimpi apa gue semalem sampe bisa liat pangeran disini." Deby sudah terfokus pada lelaki di depan sana, menatapnya dari atas sampai bawah.
"Stand up!" Ujar Bily yang menjadi wakil ketua kelas, sepertinya ia kesal karena Nela, pacarnya memperhatikan lelaki itu tanpa berkedip. Setelah itu, sontak para siswa langsung berdiri dan mengucap salam.
Lelaki itu mengambil spidol dan mencobanya di papan tulis. "Ekmm," deham lelaki itu pelan, dan langsung membuat para siswi berteriak histeris.
"Ada yang sudah kenal saya?" Tanyanya sambil berjalan ke arah pintu untuk menutupnya. "Apa tidak ada yang kenal saya?" Semua siswa menggeleng kompak, tapi malah mengundang senyum lelaki itu, senyum yang sangat manis.
"Oke, saya akan memperkenalkan diri saya, nama saya Jansen DeLeo," ujarnya sambil menulis namanya sendiri di papan tulis. "Di sini saya akan menjelaskan tentang Star Nation university. Tahun ini kampus Star Nation sudah di jadikan sebagai universitas oleh lembaga pendidikan."
Jansen, kalian masih ingat nama itu? Jansen yang sama dengan anak dari teman mama Flaya. Bahkan itu yang membuat Flaya kaget setengah mati, tak percaya mereka bisa bertemu lagi di sini. Walau mungkin Jansen tidak mengenalinya, pertemuan kemarin hanya sebentar dan sesuatu yang memalukan.
Jansen sibuk berceloteh, menceritakan kampus Star Nation yang manjadi kebanggaan. Segala fasilitas, biaya, cara pengajaran semuanya di terangkan olehnya. "jika kalian tidak tau, sebenarnya saya juga salah satu dosen disini," ujar Jansen dengan senyum dan lesung pipi, manisnya lelaki itu.
Dengan semua perkataan Jansen, sedari tadi tidak ada yang masuk kedalam otaknya. Ia hanya memandang bosan Jansen yang mengoceh. Siswi yang lain hanya menikmati wajah lelaki itu, mungkin ada juga yang menyimak tapi hanya setengah. Sisanya menyimak lekukan wajah dan segalanya tentang lelaki itu.
Flaya membuang nafas panjang, mengambil jaket kemudian menaruhnya di atas meja. Menenggelamkan kepalanya tak berniat untuk mendengarkan ocehan dari Jansen.
"Di kelas ini siapa ketua kelasnya?" Tanya Jansen pada siswa yang lain. Semua mata tertuju pada Flaya yang sedang tidur. "Fla, Fla, Flaya. Bangun woi si Jansen nyariin lu gelo," ujar Deby berusaha membangunkan teman sebangkunya itu.
"Bisik lah, By. Gue mau tidur males dengerin dia ngoceh gak jelas," ujar Fla pelan sambil mengusik ngusik tidak jelas. "Hih, disuruh bangun, buruan jadi pusat perhatian nih." Deby menggoyangkan lengan Fla perlahan.
"Udah diem," Fla menyingkirkan tangan Deby dari lengannya. Deby menyerah kalau sudah begini. Hingga Jansen bicara lagi, "siapa ketua kelasnya?"
Semua langsung menunjuk ke arah Flaya, Jansen pun menengok kearah yang di tunjuk. Ia berjalan mendekati meja Flaya. "Ekmm, permisi apa kamu ketua kelas di sini?" Ujar Jansen saat sudah sampai di depan meja Flaya.
Flaya langsung menegakkan badan saat mendengar suara dari Jansen. "I..iya," ujar Fla gugup. Jansen tersenyum dan kembali ke tempat semula.
*****
Flaya merebahkan badannya di ranjang, setelah selesai mandi. Kejadian di sekolah tadi masih terngiang-ngiang di kepalanya. Di mana Jansen tersenyum manis hingga bahkan menampakan lesung pipinya.
Kenapa kini senyum itu terus terbayang olehnya? Padahal saat pertama kali bertemu ia sangat datar tanpa senyum tipis sekalipun. "Ahhh," erang Flaya frustrasi.
"Fla, makan dulu sini," teriak Gina dari bawah. "Iya, Mi." Flaya berjalan malas kebawah, ia hanya menggunakan piyama Doraemon kesayangannya. Dengan muka muram dan lemas.
Flaya duduk di kursinya, saat sudah duduk Fla baru sadar kalau ternyata orang yang berada di meja makan itu banyak. Ia melihat satu persatu, dan betapa kagetnya Fla saat menemukan orang yang sedari tadi memenuhi pikirannya.
"Astaga," ujar Flaya refleks. "Kamu kenapa, Fla?" Tanya Guna khawatir, mengelus rambut Flaya perlahan. "Hah, oh, gak, gak papa, Mi."
Tante Resa tersenyum ke arah Flaya, dan dibalasnya dengan canggung. Gila, kenapa gue ketemu dia lagi sih, batin Flaya.
Flaya mengambil nasi dan lauk secukupnya kedalam piring. Memakannya perlahan, perasaannya masih aneh. Flaya ingin mengambil udang goreng tapi disaat bersamaan lelaki itu juga ingin mengambilnya.
Bahkan Fla tidak sengaja menyentuh tangan Jansen, membuat efek tersendiri ditubuhnya. Tangan Flaya pindah ke piring sampingnya yang berisikan cumi asin pedas kesukaannya. Dengan cepat Flaya mengambil itu dan kembali memakan makanannya.
"Fla, umum kamu berapa kali Tante boleh tau?" Tanya Resa sambil tersenyum. "18 jalan 19, Tan," jawab Flaya singkat, jika sudah begini pasti akan muncul pertanyaan lainnya.
"Oh, masih sekolah?" Resa memulai sesi tanya jawab di sini. "Iya, Tan." Masih singkat jawaban Flaya, ini yang membuat Flaya malas jika bertemu teman mami. "Kelas berapa?"
"Tiga SMA, Tan." Flaya mulai bosan menjawabnya. "Oh, SMA mana?" Tanya Resa lagi. "Di Star Nation, Tante," jawab Fla sambil tersenyum.
"Oh, Jansen juga jadi dosen di kampus itu, berarti kalian udah pernah ketemu dong?" Gina hanya mendengarkan saja, memang seperti itu teman lamanya. Masih sama belum berubah.
"Hanya sekali," ujar Fla dan Jansen bersamaan. Fla menatap Jansen begitu juga sebaliknya. Saat mata mereka saling bertemu Fla langsung membuang muka.
"Kapan?" Tanya Resa lagi. "Tadi siang, saat aku mempromosikan Kampus, dan dia ketua kelas, kelas yang aku masuki," ujar Jansen datar.
"Ohh, kamu pintar ya di sekolah, Fla?" Tanya Resa lagi pada Flaya. "Ah, gak juga, Tante," ujar Fla sambil tertawa membaut yang lain ikut tertawa.
"Masa iya sih, Fla gue pinter, sampe jadi ketua kelas lagi," ujar Ferrel mengejek. "Ye iya lah, emang Lo kak," balas Flaya membuat raut muka Ferrel berubah, dan mengundang tawa lagi.
Tapi tidak dengan Jansen, dia bosan dengan semua ini. Lebih baik tadi ia tidak mengiyakan tawaran mamanya, mungkin saja dia sedang bersama Lydia sekarang. Bodoh, batin Jansen.
‡‡‡‡‡
Gengs, balik lagi nih. Setelah berjuang melawan sakit, (caelah lebay lu bekas suntikan doang)
Maap yak up-nya lama, sebenernya udah di kasih Deadline sama temen buat upload hari Rabu tapiiiiii, karna...... Jadi w kaga update deh hari Rabu.
Maapken aku yak man teman sekalian. Sorry kalau part ini mengecewakan.
Comment dong.
Next or No?Thanks buat yang udah Comment.
Thanks buat yang udah Vote.
Thanks buat yang udah Baca.
Love you all.👇 Vote guys Vote 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mr Jansen
RomanceFlaya si gadis periang. Berubah ketika hari yang entah buruk atau baik bagi Flaya. Hari yang membuat hidupnya tidak sama mungkin seperti hidup remaja pada umumnya. Di usianya yang masih menginjak bangku SMA ia harus menanggung hal yang mungkin san...