2

1.1K 24 1
                                    

"Cinta tak pernah mengerti bagaimana benci meratapi"

🌹

Maody melamun ditempatnya. Ia masih mengenakan seragam putih abunya. Hari ini masih bebas untuk anak kelas X dan ini kesempatan untuk seorang Maody pergi ketempat favoritenya. Caffe.

Maody diam memikirkan bahwa esok dan seterusnya ia akan bertemu dengan Mahesa. Bahagiakah? Ataukah petaka untuk hatinya? Maody berfikir keras agar tidak lagi memikirkan Mahesa. Namun hatinya menolak dan berulang kali berhasil mematahkan logikanya.

Cinta dan benci itu memang sulit. Ingin sekali rasanya mencinta namun benci meliputi. Ingin sekali membenci namun cinta menghalangi. Begitulah ribetnya memiliki perasaan yang terjebak antara cinta dan benci.

Maody memangku satu tangannya sebagai penyangga. Keramaian yang ada disekitarnya menjadi bumbu atas kegundahan hatinya.

"Kenapa juga gue dipertemukan kembali?"
Gumam Maody sambil menatap jalanan yang dipadati oleh kendaraan.

Takdir mengantarkannya untuk mengingat kembali kepada masalalunya.

Maody menatap mocca late dan kentang gorengnya yang belum ia sentuh. Tiba-tiba handphonenya berbunyi pertanda ada notif yang masuk.

Maody meraih gadgetnya dan melihat notif yang baru saja masuk.

Nada
Lo dimana?

Caffe

Sent.

Maody menghela napasnya dan meletakkan kembali handphone nya setelah mengirim balasan. Maody meraih mocca latenya dan meminumnya.

___

"kenapa lo gak ngajak gue?"
Semprot Nada setelah sampai di Mall dan mengambil duduk didepan Maody.

"Males. Lagian siapa lo?" jawab Maody acuh.

Nada memutar bola matanya jengah dengan sikap Maody yang menurutanya selalu menyebalkan.

"Lo tuh cewek nyebelin banget yak. Tapi anehnya banyak cowok-cowok yang ngejar lo. Mereka buta kali ya gak tau cewek yang cantik apa enggak"

Maody terkekeh mendengar kekesalan sahabatnya.

"Masih mending nyebelin tapi ada yang suka. Nah daripada lo?"

Nada melempar kentang goreng yang ada dihadapannya.
"Ck, rese lo!"

"Oh ya gue ketemu Mahesa" mendengar nama Mahesa seketika Maody diam.

"Gue tau. Kita satu kelas"
"Hah! Serius lo? Pantes aja tadi pagi muka lo gegana gitu"

"B aja tuh" jawab Maody seolah-olah sudah melupakan Mahesa.

"Lo pas jadian sama tuh curut kapan sih? Gue gak pernah tau. Tiba-tiba aja lo curhat sama kasih tau fotonya."

Maody menautkan alisnya.
"Curut? Ya kali masa gue jadian sama curut gimana sih lo" kata Maody sambil memakan kentang gorengnya.

"Hadeuuuhh maksud gue si Mahesa mantan terindah lo itu".

Maody mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Pas kelas satu Smp. Sebelum lo pindah ke sekolah gue".

"Perasaan lo gimana?" Tanya Nada penasaran, sedangkan Maody menatap Nada tak mengerti.

"Lo cerdas tapi bolot!" Cibir Nada yang lagi lagi kesal.

"Hina lo!"

"Ya siapa suruh lo lemot gitu. Maksud gue itu, perasaan lo gimana setelah lo tau dia, mantan terindah lo balik lagi kesini" jelas Nada dengan menekankan kata mantan.

"Nano-nano" jawab Maody yang merasa bingung sendiri dengan perasaannya. Hatinya masih mengharapkan Mahesa kembali. Namun lagi dan lagi logikanya tak sejalan dengan hatinya. Maody mengingat bagaimana dulu Mahesa pernah menyakitinya karena telah menjadikannya penghantar cinta yang sebenarnya pada sahabatnya. Karena itulah persahabatan antara Maody dan sahabatnya hancur dengan sendirinya. Sampe sekarang,  Maody bahkan tidak pernah tau keberadaan sahabat kecilnya itu.

Mahesa jahat. Tentu saja. Maody kecewa dan benci. Itu pasti. Tapi ada hati yang telah terlanjur mencintai sosok Mahesa. Dan itu adalah dirinya yang membuat Maody merasakan cinta dan benci dalam waktu yang bersamaan.

Nada menatap sendu sahabatnya. Pasalnya Nada tahu banget bagaimana cintanya seorang Maody kepada mantannya, walaupun Maody menyadari dirinya hanya sebagai alat yang Mahesa pakai untuk lebih dekat dengan sahabat kecil Maody.

Nada juga tau, bagaimana dulu Maody berusaha melupakan seorang Mahesa. Namun rupanya takdir berkata lain,keduanya dipertemukan kembali ditempat yang sama. SMA Pancasila.

"Gue harus gimana?" Lirih Maody meminta saran kepada sahabatnya.

Nada memegang erat tangan Maody memberi kekuatan. Cinta membuat orang seperti tak punya otak.

"Menurut gue, lo harus bersikap biasa aja Mao, pura-pura aja lo gak kenal Mahesa dan gak punya kenangan apa-apa bareng dia". Saran Nada.

"Sulit Nad. ini sulit". Ucap Maody dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Nada semakin erat mengenggam tangan sahabatnya.

"Gue ngerti Mao, tapi lo harus coba!"
Maody diam sejenak dan mengangguk mengiyakan untuk bepura-pura biasa saja dengan Mahesa seperti saran sahabatnya. Ia akan memulainya dari awal sebelum hatinya jauh lebih terluka.

Handphone Maody berdering menandakan ada yang menghubunginya. Maody melihat layar hapenya yang menyala.

Mama calling.
"Lagi sama Nada Ma di caffe"
"Iya Ma iya. Mao pulang sekarang"
Maody memutuskan sambungannya kemudian menghela napasnya kasar.

"Nyokap lo nyuruh lo pulang ya?"
Maody mengangkat kedua bahunya Mengabaikan pertanyaan Nada yang Maody yakini Nada sudah mengerti maksud dari nyokap meneleponnya barusan. Maody bangkit dan berjalan untuk segera pulang.

Sementara Nada mengikuti Maody dari belakang.
Maody menghentikan langkahnya kemudian membalikkan badannya.

"Lo ngapain ikutin gue?"
Nada yang ketangkap basah mengikuti Maody hanya nyengir gak jelas.

"Gak jelas lo"
"Yaeelaah lo sahabat gue apa bukan sih! Ngertiin napa gue butuh tumpangan buat pulang" gerutu Nada dengan mengerucutkan bibirnya.

Maody mengangguk- angguk paham.
"Oh, jadi lo mau numpang ke mobil gue gitu"

"Hmmm" sahut Nada mengangguk dengan cepat.

"Ngomong kek dari tadi"
"Ck. Lo emang gak pekaan banget ya"
" tuh lo tau"

Maody dan Nada keluar dan berjalan ke parkiran.

Mang Ujang sopir pribadi Maody masih setia menunggu Maody anak dari majikannya.

"Ayo Neng masuk"ucap Mang Ujang membukakan pintu belakang mobil untuk Maody dan Nada.

"Makasih Mang Ujang" kata Maody dengan senyum manisnya yang selalu mampu menawan para cowok manapun.

"Dari dulu anak maminya gak ilang-ilang lo" cibir Nada yang langsung dihadiahi jitakan maut oleh Maody.

"jalan pak!" Perintah Maody ke Mang Ujang tanpa membalasan cibiran seseorang disampingnya. tak lama mobilpun melaju dengan cepat.

Siang ini jalanan memang tak terlalu macet membuat Maody segera sampai dirumahnya dan sudah dipastikan mamanya sedang menunggu anak kesayangannya pulang.

About youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang