"Ajari aku untuk tidak memikirkanmu"
🌹
Pagi ini adalah awal dimana Maody memulai hidup yang lebih bermakna dari sebelumnya. Menurutnya masa SMA adalah masa-masa yang indah jika dilihat dari cerita novel ataupun sinetron yang sering ia tonton dirumahnya. Dan tentunya Maody mengharapkan kisah indah di SMAnya yaitu happy ending yang tak terlupakan.
"Pagi anak-anak?" Sapa seorang guru sambil membenarkan kacamatanya.
"Pagi bu" jawab serempak anak kelas X Ipa1 dengan semangat pagi yang masih tinggi.
"Oke langsung saja, saya Endang" kata guru tersebut memperkenalkan namanya. "Dan kalian pasti tahu kedatangan Ibu masuk dikelas ini. Ibu ini sebagai wali kelas kalian dan Ibu mengajar di pelajaran Matematika". Ucap Ibu Endang memberitahukan maksud dan tujuannya datang ke kelas X Ipa1.
"Oke ada yang ditanyakan?"
"Saya bu". Salah seorang siswa yang duduk dipojok mengangkat satu tangan kanannya.
Semua murid di kelas menatap seseorang yang baru saja bertanya. Banyak cewek mulai berbisik-bisik mengenai Mahesa.
"Mahesa" gumam Maody yang sedari tadi tak menemukan Mahesa di dalam kelas.
"Disini kita tak saling mengenal tentunya. Maka dari itu saya mengusulkan kita semua harus maju dan memperkenalkan diri kita masing-masing di depan kelas bu, gimana?" Usul Mahesa yang langsung diangguki oleh seisi kelas.
"Oke. Kalo gitu kita mulai perkenalan. Tapi hanya sebatas nama dan hobby. Kita mulai dari kursi depan sebelah kanan dan seterusnya"
"Nama saya Jeje hobby bermain musik" sekian dan terimakasih" ucap Jeje mengawali perkenalan singkatnya di kelas X Ipa1 dan seterusnya sampai pada giliran Maody ia tiba-tiba saja merasa gemetar dan dingin. Tak biasanya Maody merasa grogi seperti ini.
"Selanjutnya" intruksi Ibu Endang.
Maody menghela napasnya panjang. Ia bersiap untuk maju ke depan.
"Semangat Mao" bisik Nada memberi semangat.
Maody sudah berdiri dan menatap teman-temannya. Namun tanpa sengaja, matanya bertemu dengan Mahesa membuat hatinya kembali tersentuh.
"Saya Maody Cordellia Wijaya dan hobby saya bernyanyi" ucap Maody sambil meremaskan kedua tangannya gugup
"Sekian dan terimakasih" lanjut Maody dan berlalu ke kursinya."Huh, sumpah deg degan banget gue". kata Maody mengatur napasnya.
"Tumben banget lo gemeteran gitu" tanya Nada heran saat melihat maody di depan kelas terlihat seperti orang yang kebelet.
"Gue juga gak tau" Jawab Maody menundukkan kepalanya.
Maody kepikiran saat tak sengaja matanya beradu pandang dengan Mahesa. Ia masih mengingat bagaimana dulu ia sering menatap matanya dalam jarak yang bahkan lebih dekat. Dan kini rindunya tersampaikan melihatnya kembali. Namun sayangnya semua telah berubah. luka hatinya membatasi dirinya untuk tidak berurusan lagi denga Mahesa. Dan cinta?
Cinta kembali menolak kebencian hatinya.Tiba-tiba saja kelas menjadi riuh. Terlebih lagi banyak anak cewek yang menjerit histeris bahkan sampai menahan napasnya saat Mahesa berada di depan kelas. Ketampananya memang tidak bisa disembunyikan.
Maody mendongak dan mencari sumber kebisingan di ruang kelasnya. Tatapan Maody terpaku kepada seaeorang yang sekarang sedang berdiri di depan kelas. Lagi dan lagi hatinya terenyuh melihat Mahesa.
"Hai, gue Mahesa Winata dan hobby gue adalah bermain basket"
"Ganteng banget"
"Cool"
"Keren"
"Mahesa!"Banyak sekali anak cewek memuji seorang Mahesa. Bahkan ada yang terang-terangan memanggil dan menjerit namanya membuat Maody merasakan sakit dihatinya.
Suara Mahesa masih sama merdu ditelinga Maody. Tatapannya pun masih sama. Menghangatkan. Dan pastinya Mahesa lebih tampan dari sebelumnya.
Maody menggeleng-gelengkan kepalanya. "Gak, duh kenapa gue jadi mikirin dia sih" pikir Maody yang masih terus menggelengkan kepalanya untuk menyadarkan dirinya sendiri.
Nada melihat Maody aneh.
"Woy kenapa sih lo, pusing? Geleng-geleng gak jelas banget lo!" Tanya Nada kemudian menyentuh dahi sahabatnya."Gak panas" gumam Nada.
"Hati gue yang panas Nad" lirih Maody menjawab keanehan Nada.Nada menghembuskan napasnya kasar. Nada paham maksud dari Maody.
"Ck. sampe kapan lo kaya gini terus karena tuh curut!" Kata Nada dengan intonasi yang cukup terdengar mengerikan ditelinga Maody. "Kendaliin hati lo!"lanjut Nada dengan menekankan kalimatnya.
Nada geram. Tentu saja. Bukan apa-apa, Nada hanya tak ingin melihat Maody terpuruk untuk kedua kalinya karena orang yang sama.
Maody diam. Dia menundukkan kepalanya. Dia lupa jika dia harus bersikap biasa saja.
Namun, siapa yang bisa mengendalikan perasaannya? Maody sendiripun masih belum mampu. Cintanya kepada Mahesa membuat dirinya tak bisa mengendalikan perasaannya sendiri."Oke untuk pertemuan pertama kita selesai" ucap Ibu Endang mengakhiri pertemuan di kelas X Ipa1 dan berlalu pergi keluar kelas.
Maody masih tetap diam dengan posisinya dan Nada memilih untuk diam. Keduanya sama-sama diam.
"Maaf" lirih Maody merasa tak bisa menjalankan saran sahabatnya. sedari tadi Maody menahan airmatanya agar tidak jatuh sekarang.
Nada menghembuskan napasnya pelan dan meraih pundak sahabatnya yang mulai bergetar.
"jangan minta maaf, lo gak salah! Ini hanya tentang hati lo yang belum benar-benar melupakan".
Maody tak kuat dan airmata yang ia tahan jatuh dengan sendirinya. Airmatanya menggambarkan betapa perih hatinya yang tak pernah lelah dengan segala tentang Mahesa. Betapa lukanya saat ia bertemu dengan orang yang selalu ia rindukan. Ingin sekali rasanya Maody memeluk Mahesa. namun sayang, keadaan membuatnya tak bisa melakukannya.
____________________________________
Thanks😍
KAMU SEDANG MEMBACA
About you
Teen Fiction"Karenamu dan darimu aku paham bagaimana rasanyanya bahagia dan rasa sakit itu ada"