"Tak bisa kupungkiri bahwa aku rindu perihal tentangmu"
🌹
Maody terdiam dikamarnya memeluk boneka spongebob kesayangannya. Banyak sekali yang ia pikirkan tentang seorang Mahesa. Bagaimana dia bisa satu sekolah, bagaimana juga dia bisa satu kelas. Dan hal yang terpenting yang sedari tadi mengganggu pikiran Maody adalah bagaimana perasaan Mahesa saat ini. Apakah dia masih memiliki perasaan yang sama? "Gak mungkin" gumam Maody.
"Dia gak mungkin masih miliki perasaan yang sama seperti yang gue rasain. Jelas-jelas dia lebih milih Maya dari pada gue yang statusnya saat itu masih pacarnya" ucap Maody berbicara sendiri. "Iyakan spong? Dia gak mungkinkan, masih sayang sama gue" lanjut Maody yang kali ini mengajak spongebob untuk berbicara mendengarkan curhatnya.
"Yaeelaahh lo ditanya ko diem aja sih spong. Gak asik lo!" Kesal Maody melempar boneka berwarna kuningnya asal.
"Sayang!" Panggil wanita paruh baya yang berdiri diambang pintu kamar Maody. Menjemput putrinya untuk makan malam bersama.
"Iya Ma?" Sahut Maody dengan wajah yang ditekuk.
"Kamu kenapa ko kesel gitu kayanya?"tanya Manda mama Maody yang kini sudah berada disamping anak gadis kesayangannya.
"Mao kesel Ma. Tuh spongebob diajak bicara gak jawab-jawab" curhat Maody menunjuk spongebobnya yang sudah terkapar dilantai. Maody mengerucutkan bibirnya kesal.Manda yang mendengarkan hanya terkekeh geli melihat anaknya yang kalo dirumah sangat lucu dan manja.
Manda mengelus rambut Maody lembut.
"Sayang kamu kalo punya masalah ceritanya ke mama aja. Kalo kamu ceritanya ke boneka-boneka kamu itu, sampe semut lahiran juga boneka kamu gak bakal bicara" jelas Manda masih dengan kekehannya."Gak papa ko ma, Maody cuma lagi main-main aja sama spong". Kata Maody dengan senyum dipaksakan.
Manda yang tahu bahwa putrinya sedang menyimpan masalah diam saja. Mungkin belum saatnya Maody mau berbagi cerita dengan dirinya.
"Yaudah kamu turuh gih sana ke meja makan!" Nanti mama nyusul".
Maody mengangguk dan segera turun seperti titah mamanya.
Maody memang manja dan itu saat ia hanya berada dirumah saja. Mandapun sangat overprotektif dengan Maody, apalagi jika menyangkut dengan kesahatannya. Manda selalu mengingatkan makan setiap waktu di tengah-tengah kesibukannya. Manda tak ingin melihat putrinya terkapar diranjang rumah sakit seperti waktu itu hanya karena telat makan. Maag yang dimilili Maody sudah parah. Maka dariitu Manda memperketat Maody demi kesehatan anak gadis kesayangannya."Selamat makan anak manja" ledek Dito kepada adiknya yang baru saja duduk di meja makan.
"Selamat makan juga kakak gue yang nyebelin" jawab Maody dengan menekankan kalimatnya.
Manda meletakkan udang crispy di meja makan bersama makanan lainnya.
"Waahh udang lagi"teriak Maody senang melihat udang kesukaannya.
"Ck. Mama ko masak udang sih Ma, kan Dito gak suka" protes Dito tak suka.
"Ini bukan buat kamu Dito. In itu mama masikin buat Maody" ucap Manda kemudian duduk disebelah Maody yang tersenyum meledek Dito.
"Trus ayam goreng Dito mana Ma? Tanya Dito tak melihat ayam goreng kesukaannya. Wajahnya terlihat kesal.
"Buat malam ini gak ada" jawab Manda membuat Maody tetawa melihat ekspresi Dito yang lucu saat tak melihat ayam goreng di meja makan.
"Haha lo udah kaya di film upin ipin aja lo" ledek Maody.
"Gak lucu"ketus Dito yang terus diketawai oleh adiknya."Udah cepet kalian makan. Jangan ribut mulu. Kalo kalian masih ribut Mama potong uang saku kalian!" Perintah Manda tak lupa dengan mengancam kedua anaknya yang tak pernah akur.
Dito dan Maody langsung diam dan memakan makan malamnya tanpa ada yang berbicara.
___
Pulang sekolah adalah hal yang menyenangkan. Tapi tidak dengan hari ini yang mendung dan gerimis pun perlahan mulai turun dan berubah menjadi hujan yang dangat deras. Maody berdiri di halte sekolah menunggu Mang Ujang menjemputnya. Maody mengeratkan jaket yang ia pakai karena merasa kedinginan.
"Nad gue duluan ya!" Teriak Nada yang sudah dijemput oleh kakaknya.
Maody mengangguk kemudian melihat jam tangannya. "Gak biasanya Mang Ujang telat gini" gumam Maody.
Di halte tak hanya ada Maody. Banyak anak- anak yang menunggu jemputannya. Hujan semakin deras. Namun Maody masih berdiri ditempatnya dikarenakan tempat duduk sudah dipenuhi anak-anak lain.
Dari arah kanan sebuah mobil Avanza berwarna putih melaju kecepatannya dengan sangat kencang. Maody yang tak tau kaget saat tiba-tiba cipratan air hujan yang diciptakan mobil tersebut mengenai wajah dan baju seragamnya.
Wajahnya kotor dan baju seragam warna putihnya berubah menjadi warna cokelat.
Maody mengucek matanya perih. Sepertinya air cipratan tersebut mengenai matanya.Banyak anak-anak melihatnya kasihan. Namun Maody tak peduli. Ia sibuk membersihkan matanya yang tersa perih.
"Ambil" ucap seorang cowok memberikan sapu tangannya.
Maody menghentikan kesibukannya dan membuka matanya. Betapa kagetnya Maody ketika membuka matanya melihat seorang Mahesa yang ada didepannya memberika sapu tangan miliknya. Maody merasa malu. Wajah dan bajunya sangat kotor.
"Ng.. ga..k gak usah" tolak Maody.
"Keras kepala lo gak ilang-ilang ya" ketus Mahesa kemudian membersihkan wajah Maody dengan sapu tangan miliknya.
Maody mematung ditempatnya. Apa yang dilakukan Mahesa saat ini membuat Maody tak mampu untuk berkata-kata.Semua orang yang berada di halte melihat adegan langsung yang dilakukan Mahesa dan Maody. Banyak dari mereka berbisik-bisik, banyak pula yang mengambil gambar dengan handphone masing-masing. Muka Maody sudah semerah tomat. Dia malu dan senang tentunya. tak bisa dipungkiri Maody merasa hatinya jungkir balik karena perilaku Mahesa padanya.
"Gue anter lo pulang!" lanjut Mahesa setelah membersihkan wajah Maody.
Maody merasa bingung dengan sikap Mahesa padanya. Lama tak bertemu dengan kisah akhir yang tragis membuat Maody berpikir keras dengan sikap Mahesa yang tak pernah Maody bayangkan. Jujur, Maody merasa senang dengan apa yang dilakukan Mahesa padanya. Bahkan Maody merindukannya dan ingin terus seperti ini dengan Mahesa yang selalu baikboadanya
Merasa Maody hanya diam tak mengindahkan ucapannya, akhirnya Mahesa menarik pergelangan tanga Maody tanpa ijin.
Namun Maody menahannya dan melepaskan cekalan tangan Mahesa.
"Gak usah. Gue bisa pulang sendiri""Lo gak bakal bisa pulang sendiri" timpal Mahesa cepat.
Maody diam saja saat Mahesa bahwa mengatakan ia tak bisa pulang sendiri. Benar, Maody memang tak bisa pulang sendiri. Trauma yang pernah dialaminya tak mau terulang lagi dalam hidupnya.
Maody mengambil handphone di tasnya melihat notif yang baru saja masuk.
Mang Ujang
Neng, maaf Mang Ujang harus pulang kampung.Maody menghela napasnya dan menutup aplikasi WhatsApp nya.
Mahesa masih berdiri didepan Maody menatap gadis yang dulu mewarnai hidupnya. Mengingat kembali masa-masa indah bersama gadis tersebut.
Melihat Maody mendengus setelah menatap handphone Mahesa langsung menarik kembali tangan mungil yang pernah ia genggam dulu.
"Lo harus pulang!" Ucap Mahesa menarik tangan Maody dan berakhir didalam mobil Mahesa.
Maody tak bisa menolak. Tentu saja, karena Maody tahu, Mahesa akan terus memaksanya sampai ia mau menuruti perintahnya.Mereka berdua berada di dalam mobil Mahesa.
Mahesa merindukan cewek disampingnya yang hanya diam saja.
Mahesa mengetahui dirinya satu kelas membuat Mahesa senang, bahkan sangat senang. Tujuan pertamanya untuk selalu bisa bersama Maody telah tercapai.
KAMU SEDANG MEMBACA
About you
Teen Fiction"Karenamu dan darimu aku paham bagaimana rasanyanya bahagia dan rasa sakit itu ada"