Jam istirahat sedang berlangsung. beberapa murid menghabiskan jam istirahatnya dikantin. Mereka menghabiskannya dengan makan bersama, mengobrol dan lainnya.
"Gila! tadi soal fisika pusing banget gue, ini kepala serasa mau pecah". oceh Nada sambil menyantap ketopraknya dikantin.
Maody hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Karena Maody paham Nada akan selalu seperti itu ketika pelajaran fisika usai."Ya udah aja sih! Gak usah banyak ngoceh lo. Makannya belajar! Biar pinter" kata Nina yang sekarang ikut bergabung dengan Maody dan Nada.
"Gue belajar ko" jawab Nada membela dirinya. "Tapi kenapa gak encer-encer yah ini otak gue?" lanjut Nada berbicara pada dirinya sendiri.
Maody diam. Tak ingin ikut dalam pembicaraan. Ia fokus pada nasi goreng yang ia makan.
"Dasar otak lo nya aja yang emang oon" kata Nina sambil tertawa mengejek Nada.
"Enak aja lo ngatai gue oon. Kek sendirinya pinter aja lo"
"Yang pasti gue lebih pinter daripada lo" ucap Nina diakhiri dengan tawanya."Nin lo tau gak? Enak banget jadi Maody. Dia gak pernah belajar. Tapi pinternya lebihi orang-orang pinter" lanjut Nada yang beralih membicarakan Maody.
Maody melirik dengan tatapan tak suka.
"Lo ngeledek apa muji gue" ucap Maody melotot kearah Nada.Nada yang mendapat tatapan seperti itu hanya ia hiraukan. Toh dia sudah biasa mendapatkannya sedangkan Nina terkekeh melihat kedua sahabat barunya yang akan melengkapi kehidupannya.
"Dua-duanya" jawab Nada sambil cengengesan dan langsung meringis kesakitaan saat mendapatkan jitakan maut dari Maody.
"Jahanam lo!""Eh lo tau Kak Bara nggak?" Kata Nina beralih topik ke kaka kelas yang
sangat keren seantero sekolah."Taulah siapa sih yang gak kenal Ka Bara yang ganteng super kece gitu. Gue aja mau kalo jadi pacarnya" jawab Nada antusian sedangkan Maody tak peduli dengan obrolan dua manusia cerewet di depannya.
"Dia sempet adu mulut sama Maody"
Maody menghentikan suapannya dan beralih menatap Nada.
"Kalian berdua tau tuh preman?"
"preman apaan sih Mao, orang dia ganteng gitu lo bilang preman. Buta lo!"
"Betul itu. Dia juga tadi bilang gitu ke gue." timpal Nina membenarkan ucapan Nada.
"Ganteng pantat ayam" ledek Maody yang masih kesal teringat kejadian tadi pagi.
"Yeee gimana sih lo. Emang ka Bara manusia apaan lo kata kaya pantat ayam" timpal Nina yang langsung diangguki Nada karena sepemikiran dengannya."Napsu makan gue ilang" Maody meletakkan sendoknya dan beranjak meninggalkan makanannya yang masih tersisa. Sedangkan dua manusia itu mlongo melihat kepergian Maody.
__
Mahesa terus menatap seorang cewek. Dari raut wajahnya Mahesa tau, cewek itu sedang dalam kondisi kesal yang tak ingin diganggu. Dia masih sama cantiknya sebelum ia terakhir kali melihat Maody. Bahkan Maody terlihat lebih cantik bak seorang model. Sangat cantik, ditambah lagi dengan lesung pipit yang menghiasi senyumannya membuat cowok manapun akan menyukainnya. Termasuk dirinya.
Melihatnya dari jarak jauh seperti ini membuat ngilu hatinya. Rasanya baru kemarin dia mengantarkan Maody pulang. Tapi apa yang terjadi? baru saja kemarin mamanya melarang Mahesa bersama Maody. Entah dengan alasan apa mama kandungnya itu melarang Mahesa. Mahesa tak bisa melawan.
Mamanya bahkan sampai memohon agar Mahesa menjauhi Maody membuat Mahesa mau tak mau, harus menuruti keinginan mamanya. Yah, walaupun jauh dilubuk hatinya, ia tidak bisa menerima permintaan mamanya.
pada akhirnya mulai hari dimana mamanya sampai memohon itulah hari dimana Mahesa harus belajar melepaskan seseorang yang harus ia perjuangkan lagi dan membiarkan hatinya terluka karena menahan segala perasaanya kepada cewek yang disayanginya.
Tak ada lagi senyum tawa Maody, tak ada lagi pelukan hangat yang akan menenangkan dirinya, tak ada lagi orang yang akan merepotkannya hanya karena ingin membeli eskrim. Mahesa merindukannya. Namun lagi dan lagi Mahesa tak bisa melakukannya.
"kenapa lo ngelamun?" Kata seseorang disamping Mahesa. Namun sepertinya Mahesa tak mendengar pertanyaan seseorang disampingnya. "Woy" teriak Rangga tepat ditelinga Mahesa menciptakan sedikit keributan karena Mahesa yang kaget dan langsung menonjok orang yang ada disampingnya.
"Bangke lo! Maki Rangga sambil meringis kesakitan. Rangga mudah tersulut emosi. Rasanya ia ingin sekali membalas dan memukul Mahesa. Tak sabar, Rangga melayangkan tangannya hendak membalas, namun sebuah tangan menyentuh pundaknya mengurungkan niat Rangga.
"Sial" pekik Rangga seketika.
Seorang cewek dengan penampilan apa adanya tanpa make up tidak seperti cewek-cewek lain yang akan sibuk menghias wajahnya namun tidak bagi Mela.
"Tenangin diri lo kenapa sih, jangan mudah marah, cepet tua baru tau rasa deh lo" cegah Mela sebelum terjadi keributan dikantin.
Rangga menghela napasnya dan dengan segera meminum es jeruknya untuk mendinginkan hatinya. Walaupun nihil.
Mahesa yang memang paham dan baru menyadari situasi disampingnya langsung meminta maaf.
"Sorry Ga gue gak tau, gak denger juga"
"Yalah gak tau, orang mata lo cuma bisa natep ke satu arah. Noh! Tunjuk Rangga dengan dagunya kearah meja kantin tempat dimana Maody berada.
"Wajar juga kalo emang lo gak denger, pikiran lo kan masih tentang dia juga" lanjut Rangga dengan ucapan yang terdengar kesal.
Mahesa menghela napasnya. Ia tersenyum kecut mendengar penuturan Rangga barusan. Benar saja, matanya tak bisa lepas dari Maody dan pikirannya sudah pasti hanya tentang Maody. Semua berat baginya jika harus menghindar dari Maody.
Namun bagaimana caranya agar ia bisa dekat dengan Maody? Bagaimana juga dengan mamanya? Mahesa bingung. Ia tak mengerti dengan sifat mamanya baru-baru ini, sampai melarang dirinya dengan Maody.
"Udah gak usah dipikirin" kata Mela tetangga Mahesa sekaligus teman curhatnya yang memang mengetahui kebimbangan yang melanda Mahesa.
Mahesa hanya mengangguk sebagai tanda jawaban._______________________________________
Assalamualaikum wr. wbSebelumnya maaf banget baru update🙏
Jangan lupa vote dan komentarnya yaa teman-teman. Gak dosa kok😂
Selamat membaca dan semoga suka💕
KAMU SEDANG MEMBACA
About you
Teen Fiction"Karenamu dan darimu aku paham bagaimana rasanyanya bahagia dan rasa sakit itu ada"