9

156 3 0
                                    

"Karena melupakan bukanlah perkara mudah. Mulut bisa saja berdusta. Tapi hati? Apakah  bisa menerimanya?"

🌹

Sulit memang, melupakan seseorang yang tidak benar-benar kita lupakan. Terkadang seberapa kuat kita mencoba melupakan, sekuat itu pula ingatan mengingatkan. Bahkan kenangan itu rasanya seperti kaset yang terus berputar berulang-ulang tanpa henti.  Terlebih lagi, masalalu yang tidak ingin diingat justru hadir kembali dikehidupan kita.

"Benarkah, Mahesa yang membawanya ke uks?  Tapi kenapa?  Apa karena dia ketua kelas dia merasa tanggung jawab ? atau karena posisi dia berada di sebelah gue?"

Banyak sekali pertanyaan yang muncul di kepala Maody tentang kejadian kamarin saat dirinya pingsan. Dan ia belum mememukan jawabannya.


"Anak manja, lo dipanggil tuh sama mama" kata di Dito dari ambang pintu kamar Maody.

Maody yang tengah melamun di meja belajar pun menengok ke arah sumber suara. Mendengar suara Dito yang tiba-tiba entah kenapa membuatnya kesal.

"Bisa gak sih lo ketok pintu dulu kalo masuk ke kamar gue?" Geram Maody.

"Kenapa?" Lanjut Maody dengan wajah yang amat sangat malas bercampur kesal.

"Lo mau dijodohin!"

"What!!" Dengan spontan Maody berdiri dari tempat duduknya dan berjalan kearah Dito.

Dito tersenyum membuat Maody menyadari bahwa ucapannya hanyalah dusta.

"Gak lucu!" Ucap Maody tepat ditelinga Dito dan berlalu pergi menuruni anak tangga.
"Jalannya biasa aja. Kalo jatuhkan repot" cletuk Dito melihat Maody yang berjalan tergesa-gesa karena ulahnya.
Maody tak menghiraukan ucapan Dito dan terus berlarian menuju ruang keluarga dimana mamanya berada.

Mendengar kata perjodohan membuatnya sedikit tidak suka. Karena menurutnya jodoh itu harus kita yang memilih. Benar, jodoh sudah ada yang mengatur. Tapi kita bisa berusaha untuk mendapatkannya dengan upaya sendiri. Bukan dengan aturan yang diterapkan oleh para orang tua. Pada intinya, Maody tidak menyukai perjodohan.

"Kenapa Ma?" Tanya Maody saat ia tiba didepan mamanya.

Manda menepuk kursi di sampingnya. "Duduk!" Maody menurut. Manda mengelus rambut Maody sayang. "Kamu kemarin pingsan?"

"Maaf ma" lirih Maody karena sudah membuat mamanya kembali khawatir dengan keadaannya.

"Kenapa minta maaf? Kamu gak salah"
"Gak ma, Maody yang salah. Maaf ya Ma?"
Manda tersenyum dan mengangguk melihat putrinya yang sangat menggemaskan.

"Mama khawatir sama kamu, janji yaa gak bakal kaya kemarin lagi?"

"Iya ma, Maody janji" jawab Maody dan memeluk mamanya erat.

_

Gemerlap lampu discotik mewarnai kegelapan di dalamnya. Dentuman musik terdengar keras membawa kesenangan bagi penikmatnya.

Banyak sekali orang-orang menari dan bergoyang tanpa lelah. Banyak pula wanita-wanita cantik dengan pakaian seperti kurang bahan meliuk-liukkan tubuhnya. Bau minuman dan alkohol tercium sangat pekat. Tempat ini hanyalah napsu semata bagi orang-orang yang lari dari peliknya kehidupan, susahnya menjalani lika-liku permasalahan. Pikiran mereka buntu.

Semua wanita menatap nakal seorang cowok  yang baru saja memasuki pintu utama. Celana jeans dipandu dengan kaos putih ditambah dengan kemeja berwarna dongker. Cowok itu tak menghiraukan para wanita yang menghampirinya.

About youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang