7

658 19 1
                                    

"Seberapa banyak orang yang menghalangiku, aku tak peduli. Karena aku lebih mempercayai kata hatiku"

🍃

"Lo inget gak cewek yang kemaren?" tanya Boby kepada kedua sahabatnya yang saat ini asik memainkan stik ps nya.

"Cewek yang mana bro, yang di club?" Kata Rendra lalu tertawa.
"Bukan! Dia yang kemarin ketemu dilapangan basket"

"Cewek bego itu maksud lo" cletuk Bara tak lupa dengan senyum sinisnya.
"Kenapa? Lo suka sama tuh cewek?" Lanjut Bara dan menghentikan permainannya.

"Gak, gue cuma tanya" jawab Boby datar.

"Ko lo berhenti sih, gak asik!" Kesal Rendra ketika Bara menghentikan permainan.

"Oh iya, urusan gue sama tuh cewek kan belum selesai" kata Bara mengingat kejadian kemarin yang tak bisa diterimanya.

"maksud lo? Tanya Boby penasaran."seperti ada bau-bau busuk" lanjut Rendra.

"Ketek lo tuh busuk!" ketus Bara.
Rendra melempar stiknya ke arah Bara dengan sigap Bara menangkap stik tersebut.
"Lo mau apa sama tuh cewek" tanya Boby lagi.

"Kenapa? Lo peduli sama dia?"
Boby diam ia tidak menjawab. Ia hanya kasihan jika cewek tersebut akan berurusan dengan Bara. Karena ia tahu, Bara itu seperti apa.

Dari ketiga cowok tersebut, hanya Boby yang memiliki tingkah paling normal. Bara dan Rendra? Dia tidak pantas disebut normal.

"Liat saja nanti!"

___

"Cepaat keluar!" Teriak seorang guru kesiswaan di depan kelas Maody.

"Lah itu guru kenapa sih?" Tanya Nada heran. Ia masih asik dengan game di handphone nya.

"Nada, lo tau gak ini hari apa?" tanya Nina dengan sengaja menekankan kalimatnya.

"Senin" jawab Nada masih fokus dengan gadget nya.

"Lo tau kebiasaan disekolah dihari senin itu apa?"

Nada mendongakkan kepalanya.
"Apa?" kata Nada dengan dahi yang berkerut.

"Aiish lo bener-bener yaah"

"Kaliaan berduaa budek yaa! cepet keluar dan kumpul bersama barisan kelas kalian!"

Nada kaget dan langsung memasukkan handphone nya kedalam saku.
"I..iya iyaa pak, ini kita bentar lagi keluar"

Setelah mengambil topi miliknya, Nina lansung menyeret Nada pergi keluar kelas.

Nada berhenti. Ia merasa ada yang kurang.

"Eh tunggu! Mao kemana?"

"Kenapa berhenti, ayok kalo telat nanti kita bisa dihukum! Maody tadi pergi ke kamar mandi. Dia paling udah baris sama anak kelas"
Mendengar penjelasan Nina, Nada mengangguk dan langsung memasuki barisan kelasnya dipaling belakang.

Sementara itu, Maody baru saja keluar dari kamar mandi. Dan ia langsung bergegas menuju kelasnya menghampiri Nada dan Nina. Namun, niatnya ia urungkan karena salah seorang guru menunjuk dirinya agar segera bergabung ke lapangan untuk melaksanakan upacara yang akan segera dimulai.

Melihat itu, Maody langsung lari kelapangan dan ikut bersama barisan kelas yang Maody sendiri gak tau ia berada dikelas apa.

Banyak orang yang berada disebelah kanan dan kiri melihatnya. Mungkin mereka berfikir aku ini siapa dan dari kelas mana. Tapi apa peduliku?

Upacara tengah berlangsung.

"Hormaaaaat grak!" Intruksi pembina upacara lantaran sang saka bendera merah putih akan dikibarkan. Lagu Indonesia Raya pun terdengar dengan merdunya.

Maody memincingkan matanya melihat salah seorang peserta upacara. Bukan, bukan orannya. Tapi gelang yang dipakai oleh orang tersebut.

Sepertinya itu gelang gue pernah liat deh. Pikir Maody
"Dimana yaa" gumamnya mengingat- ingat dimana ia pernah bertemu gelang karet berwarna hitam tersebut.
"Gue inget! Dia kan cowok brandal itu, awas saja!"

"Kamu maju kedepan!" perintah seorang guru.

Maody celingukan mencari siapa orang yang ditunjuk guru kesiswaan tersebut.

"Kamu!"

"Sa.. saya pak?" Tunjuk Maody pada dirinya sendiri. Apa yang salah? Maody sudah merasa semua yang dipakai hari ini sudah benar. Dasi ada, sepatu hitam, topi??
maody memegang kepalanya memastikan ia memakai topinya.
Maody menghela napas beratnya.
ia baru sadar jika dirinya tak memakai topi.

Topinya kemana yaa? Perasaan gue tadi make deh. Jangan-jangan ketinggalan di tolet.

"cepat maju!" Titah pak Agus dan langsung menarik Maody keluar barisan.
Mau tak mau, Maody menurutinya.
Semua mata tertuju kepadanya.
"Huh, tenang Maody tenang" katanya menenangkan dirinya.

Sampailah Maody didepan lapangan tepat disamping tiang bendera berada.

Ia tak sendiri, ada beberap anak cowok disampingnya.

"Maody?" gumam Mahesa memastikan benarkah yang berdiri disamping tiang bendera itu Maody? Kenapa dia ada disana? Mahesa menatap Maody dari atas sampai bawah. Ah ya, dia tidak memakai topi. Kenapa?
Banyak sekali pertanyaan yang timbul di pikiran Mahesa. Pasalnya ini baru pertama kalinya Mahesa melihat Maody dihukum.

Mahesa terus memperhatikan Maody. Ia melihat sepertinya Maody sedang menahan sesuatu. Mukanya pucat, keringat terus mengalir didahinya.

"kenapa lo?" bisik Rangga yang menangkap kegelisah Mahesa.

"Gak papa" jawab Mahesa matanya masih fokus memperhatikan Maody.

Tanpa dipinta, Mahesa maju kedepan dan berdiri disamping Maody. Rangga yang melihat itu melongo saja. "Ck bener-bener gila" umpat Rangga melihat sahabatnya maju kedepan dengan santainya, seolah-olah dia adalah seorang pemenang yang akan diberi penghargaan.

"Eh tuh si curut maju kedepan kenapa?"
"Mana gue tau" jawab Nina cuek.
Nada memperhatikan Mahesa sampai matanya melotot ketika melihat Maodypun berada ditempat yang sama dengan Mahesa.
"Maody!" Pekik Nada tertahan. "Hust jangan brisik bego nanti kita bisa dimarahin" sewot Nina.
Nada berjinjit dan menunjukkan jarinya kearah samping tiang bendera berada.

"Tuh, lo liat! Itu Maody"
"Lah iya. ko bisa dia disana? Mahesa juga?"
Nada mengangkat kedua bahunya
"Mana gue tau"
Namun dalam hatinya, ia memperhatikan sahabatnya itu.
____

Maody menahan sakit diperutnya. Pagi ini ia lupa memakan sarapannya. Ditambah lagi terik matahari pagi ini sangat menyengat. Maody mulai pusing.

"Ayo ke Uks" ucap Mahesa.
Maody tak menjawab. Sebenarnya ia kaget. Kenapa Mahesa berada disampingnya? Apa ia juga dihukum?

Mahesa melepas topinya sengaja dan langsung memakaikannya di kepala Maody agar panas tak begitu terasa.

Maody ingin protes. Namun tubuhnya sudah mulai lemas.

Semua peserta berbisik-bisik. Namun ia tak peduli. Yang ia pikirkan adalah Maody. Mahesa sadar telah melanggar janji kepada mamanya. Tapi ia tak bisa berbohong pada hatinya.

"Sok jagoan" sinis Bara yang sedari awal memperhatikan cewek bego yang berada didepan lapangan upacara.

"pembacaan doa" ucap protokol.
mahesa menghembuskan napasnya lega. Itu artinya tak lama lagi upacara akan segera selesai.
Mahasa melirik Maody yang sedari tadi memejamkan matanya.

Maody merasa sudah tak kuat menopang tubuhnya. Tepat saat para peserta upacara bubar, Maody terjatuh dan pingsan.

"Maody!!" Teriak Nada dan Nina bersamaan. Secepat kilat keduanya berlari menghampiri Maody.
_______________________________________

Terimakasih buat kalian yang udah vote dan komentar😘

Adakah yang menunggu cerita abal-abal ini??

Maafkan aku yang amatir ini yaa😊

About youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang