Bel sekolah berbunyi nyaring, ketika Alvaro sedang asyik-asyiknya terlelap di pojokan kelas. Sontak Alvaro langsung terbangun, lalu membereskan peralatan sekolah yang berceceran di atas mejanya. Dia langsung bergegas menuju keluar kelas, namun ternyata ada Ivana disana, sahabatnya sejak kecil.
"Alvaroo.." ucap Ivana.
"Apaan lagi nih?" Alvaro balik bertanya.
"Kamu lupa ya? Hari ini kan ada remidi Bahasa Inggris setelah jam pulang sekolah."
"Damn... aku lupaa." Ucap Alvaro sambil menepuk jidatnya.
"Kebiasaan sih kamu. Eh, tapi temenin aku dulu dong, mau pamit ke Patjo dulu, hehehe."
"Haduhh, iya iya."
Mereka berdua pun berjalan menuju ke lobi depan sekolah. Setelah beberapa saat mencari, akhirnya mereka menemukan orang yang dicari-cari.
"Hei." Ucap Ivana sambil menepuk pundak Patjo.
"Oh hei, bukannya kamu remidi Bahasa Inggris ya hari ini?"
"Iyaa, tapi mau pamit dulu ke pacar aku yang satu ini, hehehe."
"Ah jangan sok imut kamu." Ucap Patjo sambil mengacak-acak rambut Ivana.
"Oh iya nih, mumpung ada Alvaro juga. Tadi kata Tracy, dia pulang duluan soalnya mau bantuin mamanya masak. Keluarga kalian nanti ngadain semacam barbeque-an gitu kan?"
"Iya kak, Cuma aku mau remidi dulu nih. Jadi pulangnya agak sore-an gitu."
"Oke. Titip jagain Ivana ya, kalo dia nakal lempar tulang aja."
"Ihh emangnya aku anjing apa." Ucap Ivana dengan wajah cemberut.
"Goodluck yaa." Ucap Patjo sambil mengusap-usap rambut Ivana dengan lembut.
---
Malam harinya, rumah keluarga Djuanda terlihat sibuk sekali. Bapak James Djuanda sedang sibuk menyiapkan bara api untuk membakar jagung, daging dan lain-lainnya. Ibu Karin Djuanda sedang asyik membumbui daging dan sosis yang sudah di tusuk-tusuk. Ditemani oleh putri sematawayangnya yang tercinta, Tracy Saraswati Djuanda. Keluarga kecil yang bahagia itu sedang menunggu hadirnya tamu spesial malam ini.
Tak lama kemudian, terdengar bunyi klakson mobil dibunyikan.
"Halo Bro, sorry nih datengnya agak telat." Ucap Bapak Adi Wijaya, ayah dari Alvaro.
"Halahh, santai ajaa. Kita juga lagi nyiapin ini semua kok."
"Karin, sini aku bantuin deh. Biar Tracy nemenin ngobrol Alvaro aja dulu." Ucap Ibu Vina Wijaya, ibu dari Alvaro.
Ayah dengan Ayah. Ibu dengan Ibu. Dan anak dengan anak. Benar-benar dua keluarga yang sangat cocok. Mereka pun juga sangat akrab satu sama lain. Walaupun mereka baru saling mengenal lima tahun yang lalu, saat Adi dan James memulai kerjasama bisnis.
"Aku haus." Ucap Alvaro.
"Itu ada jus disana."
"Ambilin dong."
"Gausah manja deh, ambil sendiri sana."
"Aku kan tamu, masa gak diambilin?"
"Bodo amat, mau tamu kek, mau bukan tamu kek, gak bakal aku ambilin."
"Yaudah aku teriak nih... MAAA..." belum sempat Alvaro selesai bicara, Tracy langsung menutup bibir Alvaro dengan tangannya.
"Duh iya iya, tunggu bentar. Aku ambilin." Ucap Tracy dengan nada kesal.
"Nah gitu kek daritadi." Ucap Alvaro sambil tertawa.
Tracy dengan cepat mengambil jus, sambil memasang muka cemberut yang sangat tidak enak untuk dipandang. Lalu dia segera kembali menuju Alvaro yang sedari tadi tidak dapat berhenti tertawa.
"Gak lucu." Ucap Tracy ketus.
Tanpa mempedulikan ucapan Tracy barusan, Alvaro segera mengambil segelas jus jambu yang dibawa Tracy, lalu langsung meminumnya sampai habis. Lalu dia mengembalikan gelas yang sudah kosong itu ke tangan Tracy.
"Wah jus jambunya enak banget nih mbak. Pesen satu lagi dong. Cepetan ya, gapake lama."
"Ambil sendiri."
"Aku teriak lagi nih..."
"Ihh nyebelin banget sih kamu."
"Nyebelin, tapi bikin kangen kan."
"Apaan sih, gombalan kamu basi tau gak."
"Yakin nih basi? Trus kenapa pipi kamu jadi merah?"
"Eh.. udah deh tunggu disini bentar."
Tracy berlari menuju ke tempat jus lagi. Dia tidak ingin Alvaro melihat bahwa pipinya sekarang sedang memerah, dan tidak tahu apa alasannya bisa memerah seperti itu. Apa itu artinya Tracy menyukai Alvaro? Tidak-tidak. Itu tidak mungkin dan tidak boleh terjadi.
Usia Tracy lebih tua dua tahun dari Alvaro. Tracy adalah anak kelas XII, sama seperti Patjo. Patjo adalah sepupu nya dari pihak ayah. Nama asli dia adalah Patrick Jonathan Lugito, tetapi teman-teman disekolah lebih suka memanggilnya Patjo. Karena itulah Tracy juga ikut memanggilnya Patjo.
Sedangkan Alvaro adalah anak kelas X, sama seperti Ivana. Nama lengkapnya adalah Ivana Natasya Hariyanto. Biasa dipanggil Ivana. Alvaro sudah berteman dengan Ivana sejak duduk di bangku SD, sehingga mereka sangat akrab sekali. Namun Alvaro tidak pernah sekalipun baper terhadap Ivana, dan mereka bersahabat sampai saat ini. Saat ini pun Ivana sedang berpacaran dengan Patjo.
Tracy tidak ingin jika dia memiliki pacar yang usia nya lebih muda dari dirinya. Sebenarnya hal seperti ini wajar-wajar saja terjadi. Tetapi normalnya sepasang kekasih adalah, si cewek yang lebih muda usianya daripada si cowok.
"Tracy Saraswati." Ucap Alvaro sambil berteriak.
Tracy yang daritadi asyik dengan lamunannya sendiri, terkejut karena dipanggil secara tiba-tiba.
"Lama banget sih ambil jus nya."
"Iya iya bentar."
Dengan sigap Tracy mengambil segelas jus jambu itu, lalu membawanya kepada si nyebelin Alvaro yang sedang berlagak layaknya bos yang memerintah para pelayannya. Alvaro tanpa basa-basi langsung menyambar gelas itu, lalu meminumnya sampai habis.
"Udah gak haus kok, kamu gak usah ambilin lagi."
"Siapa juga yang mau ambilin lagi."
"Alvaro, Tracy, ayo sini. Makanan udah siap."ucap Ibu Karin.
Kedua keluarga itu pun makan malam bersama. Mereka makan malam sambil mengobrol dengan sangat akrab. Setelah selesai makan malam, ibu-ibu mencuci piring di dapur. Sedangkan bapak-bapak memilih untuk mengobrol sambil minum kopi di teras depan. Di halaman belakang rumah, tersisa Alvaro dan Tracy yang sedang dilanda kecanggungan.
"Tracy."
"Apa?"
"Aku mau ngomong sesuatu."
"Ngomong apa?"
"Aku..."
"Iya kamu kenapa? Lama banget sih kalo ngomong."
Tracy mulai terlihat panik. Masa iya Alvaro akan menyatakan perasaan nya sekarang? Ini semua terlalu cepat untuk terjadi. Akan tetapi, kalaupun Alvaro menembak Tracy malam ini juga, mau tidak mau Tracy harus menerimanya. Tracy tidak bisa memungkiri bahwa Ia memiliki perasaan terhadap Alvaro.
"A...aku....."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Bilang-Bilang
Teen FictionIni rahasia kita aja ya, jangan bilang-bilang.