6

73 2 2
                                    

"Udah kak, hajar aja besok." Ucap Alvaro.

"Gak mau." Jawab Patjo.

"Haduh kak, tunggu apalagi? Bukti udah ada, dia jelas-jelas udah salah. Harus dikasih pelajaran."

"Iya, tapi aku punya cara sendiri buat kasih dia pelajaran. Kalo kamu mau hajar dia, silahkan. Tapi resikonya kamu tanggung sendiri."

"Yaudah deh kalo gitu. Aku pulang dulu kak." Ucap Alvaro sambil berlalu pergi.

Patjo yang masih tidak percaya dengan apa yang telah dilihatnya tadi, berusaha menenangkan diri. Dia turun kebawah, membuat secangkir kopi kesukaannya, lalu membawanya kembali ke kamarnya.

Dari awal mendekati Ivana, Patjo sudah merasa minder. Karena dirinya bukan siapa-siapa. Hanya siswa kelas XII biasa yang tidak ada keistimewaan sama sekali. Hanya seorang pelajar galau yang bisanya menulis hal-hal yang tidak jelas di blog.

Ketakutan Patjo sejak dulu ternyata benar-benar terjadi sekarang. Kenyataan bahwa yang mengejar Ivana ada banyak, ditambah lagi dengan adanya pepatah mempertahankan lebih sulit daripada merebut.

Tapi, menyerah bukanlah sebuah kata yang terdapat dalam kamus Patjo. Dia percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Putus asa hanya membuat masalah semakin nyaman menjadikan kita bergulat dengan rasa frustasi.

---

Paginya di sekolah, Patjo menemui Tracy. Mereka berdua bertemu di minimarket yang berada tak jauh dari sekolah.

"Jadi, ada apa nih?" tanya Tracy.

"Aku mau minta tolong sama kamu. Bisa?"

"Bisa dong, minta tolong apa?"

Patjo memajukan badannya, sambil membisikan sesuatu ke telinga Tracy. Padahal disana sangat sepi, tidak ada siapa-siapa. Hanya ada mas-mas kasir yang masih sibuk dengan pekerjaannya.

"Jangan bilang-bilang Alvaro, Ivana, atau siapapun ya." Ucap Patjo.

"Siap boss." Ucap Tracy sambil tersenyum.

"Udah paham kan maksud aku? Jangan sampe salah."

"Iya paham kok. Tapi, di dunia ini gak ada yang gratis loh."

"Maksud kamu?"

"Iyaa, aku kan udah bantuin kamu. Nanti kamu bantu aku juga yaa."

"Hmm, iya deh iyaa." Ucap Patjo pasrah.

"Nahh, gini nih baru sepupu aku."

Sesampainya di sekolah, rahasia antara Patjo dan Tracy benar-benar tertutup rapat. Alvaro tidak tahu sama sekali masalah ini, termasuk juga Ivana. Patjo dan Tracy pun bersikap sebagaimana mestinya, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

---

Ketika jam istirahat, secara tiba-tiba Tracy sudah ada di depan kelas Ivana. Ivana yang kaget dan bingung segera berbicara kepada Tracy.

"Ada apa kak? Tumben kesini? Nyari siapa?" tanya Ivana.

"Nyari kamu Iv. Tadi Patjo minta tolong aku buat nemenin kamu pas istirahat. Katanya sih dia lagi ulangan Sejarah, tapi karena jam nya kepotong istirahat, jadi dia baru istirahat pas jam masuk."

"Oohh, yaudah kak, ke kantin yuk."

Mereka berdua pergi ke kantin, membeli makanan dan minuman, lalu pergi ke arah depan laboratorium kimia. Disana ada meja dan kursi kosong.

"Disini aja ya Iv." Ucap Tracy sambil menarik kursi.

"Boleh deh kak, aku udah laper banget nih."

Di tengah-tengah makan, tiba-tiba Tracy ingin ke toilet.

"Iv, sorry nih, aku ke toilet dulu ya. Kebelet nih."

"Iya kak."

Tracy pergi meninggalkan Ivana seorang diri. Setelah Tracy sudah hilang dari pandangan, tiba-tiba ada Edgar yang datang menghampiri Ivana. Di depan laboratorium Kimia memang sepi, hanya ada beberapa anak kutubuku yang tidak mendapat tempat di Kantin.

"Hai Cantik.."

"Ngapain kamu kesini??!" tanya Ivana dengan ketus.

"Jangan marah-marah dong, kan Cuma mau ketemu bidadari."

"Aku bukan bidadari."ucap Ivana sambil membuang muka.

"Cie marahh, aku Cuma mau balikin buku kamu. Nih." Ucap Edgar sambil menyerahkan sebuah buku.

"Makasih. Kalo udah, pergi sana. Cepetan!"

Tiba-tiba Tracy datang dan tidak sengaja menabrak Edgar.

"Aduh maaf-maaf, aku gak sengaja." Ucap Tracy.

Edgar yang terkejut langsung lari tunggang langgang, meninggalkan mereka berdua begitu saja.

"Kamu abis diapain sama dia?" tanya Tracy.

"Biasa kak, di modusin. Tapi dia balikin buku catatanku juga sih." Jawab Ivana.

Bel masuk berbunyi. Tracy dan Ivana segera kembali ke kelas masing-masing. Kelas X IPS melanjutkan pembelajaran seni di ruangan masing-masing. Sekolah ini tergolong unik. Untuk pelajaran Seni, murid-muridnya dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Vokal, Musik, dan Rupa.

Setiap siswa diwajibkan memilih satu cabang seni, diseleksi sejak kelas X, dan akan berlanjut hingga nanti di kelas XII. Jadi, setiap jam pelajaran seni, anak seni vokal akan berada di ruangan vokal, yang seni musik di ruangan band, dan yang seni rupa di ruangan nya sendiri.

Lebih serunya lagi, setiap jurusan (IPA/IPS) di kelompokkan masing-masing, dan akan menampilkan karyanya di akhir semester. Seni vokal dan musik akan berkolaborasi menampilkan pertunjukkan di atas panggung, sedangkan seni rupa bertugas membuat mading.

Semua siswa kelas X IPS sudah meninggalkan kelasnya, kecuali Edgar. Dia tampak bingung dan sedang mencari-cari sesuatu. Dia menunduk ke bawah mejanya, lalu berdiri kembali sambil menggaruk-garuk kepalanya.

"Perasaan tadi ada di kantong, tapi kok sekarang gak ada? Apa aku taroh meja?" ucap Edgar dalam hati.

Tiba-tiba, ada suara dari arah pintu kelas.

"Kamu lagi nyari ini?" tanya Patjo.    

Jangan Bilang-BilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang