Bel pulang sekolah yang ditunggu-tunggu pun mulai berbunyi nyaring. Seluruh siswa segera keluar dari sepetak ruangan menyebalkan yang memenjarakan mereka selama berjam-jam. Ada yang langsung pulang ke rumah, ada pula yang kelayapan entah kemana. Ada yang langsung mengerjakan tugas kelompok, walaupun pada kenyataannya bermain dan makan adalah kegiatan utamanya.
Ivana berjalan keluar kelasnya dengan kepala tertunduk. Dia bingung bagaimana cara menjelaskan semua yang telah terjadi kepada pacarnya. Tak hanya bingung, dia juga takut jika nanti penjelasannya akan menyakiti perasaan pacarnya itu. Belum sempat terpikir bagaimana caranya, Ivana telah melihat Patjo sedang berdiri sambil sibuk dengan handphone nya.
"Hai Iv, udah di jemput?" tanya Patjo
"Belum kok." jawab Ivana sambil tersenyum. Walaupun tersenyum, tapi ada sebuah keraguan terpancar di wajahnya.
Disisi lain, Patjo mengetahui bahwa Ivana pasti takut untuk mengutarakan isi hatinya. Padahal tanpa diberitahu pun Patjo sudah mengetahui semuanya, bahkan terlibat dalam rumitnya masalah percintaan mereka. Untungnya, Patjo adalah mahkluk yang diciptakan Tuhan tak hanya pintar dan cerdik, tetapi juga peka. Patjo memutuskan untuk menutup mulut rapat-rapat. Karena dia paham bahwa sebuah rahasia sangat penting untuk dijaga, bahkan untuk pacar sekalipun.
Menunggu Ivana untuk mengutarakan isi hatinya adalah langkah yang tepat, dan Patjo sudah merencanakan hal tersebut dari awal. Tapi ternyata Ivana belum memiliki keberanian untuk bersuara. Sedari tadi mereka berdua hanya berbasa-basi. Salah satu yang paling dibenci Patjo adalah basa-basi. Patjo pun mengambil sesuatu dari saku celana nya, lalu memberikan nya kepada Ivana.
"Nih, ini foto kamu kan." Ucap Patjo sambil menyerahkan pas foto yang diambil dari dompet Edgar.
"Kok bisa ada di kamu? Aku kan ga pernah ngasih." Ucap Ivana dengan heran.
"Dapet dari Edgar tadi." Jawab Patjo singkat.
Mendengar nama Edgar disebut, keraguan yang menggeluti hati Ivana pun berlahan-lahan pergi menjauh. Kata demi kata keluar dari mulut Ivana dan dia menceritakan semuanya sambil menangis. Dia bercerita bahwa sejak awal masuk SMA, sebelum Patjo mendekati dirinya, Edgar sudah mendekati Ivana terlebih dahulu. Bahkan hal tersebut berlanjut hingga Ivana sudah resmi berpacaran dengan Patjo. Tetapi satu hal yang tak dimiliki Ivana. Keberanian. Keberanian untuk menyuarakan isi hatinya.
Bersamaan dengan matahari yang kian dekat dengan waktu terbenamnya, Ivana pun pulang karena sudah dijemput. Di depan sekolah, ada Alvaro yang juga ingin pulang. Tiba-tiba saja, Edgar muncul juga dari arah berlawanan. Ketika sudah dekat, Alvaro sengaja menabrakkan bahunya ke Edgar, dengan emosi yang meluap-luap. Edgar yang bingung segera pergi berlari, meninggalkan Alvaro yang sudah ngamuk dan menghindari terjadinya baku hantam. Alvaro yang sudah naik darah, ingin mengejar Edgar. Tetapi tangannya ditahan oleh Tracy yang baru saja muncul dari belakang.
"Gak harus pukul-pukulan kan kalo mau selesaiin masalah." Ucap Tracy.
"Tapi kan.... Cihh sial!" ucap Alvaro sambil mengumpat. Terlihat raut kekesalan di wajahnya.
"Ciee pegangan tangan, di sekolah pula." Ucap Patjo yang akhirnya muncul setelah melihat tingkah mereka berdua dari jauh.
Alvaro yang tidak menyadari bahwa tangannya dipegang oleh Tracy sejak tadi, mulai mencari alasan untuk mengelak. "Apaan sih kak, gatau nih cewek gila ini pegang-pegang sembarangan."
"Eh enak aja, aku gak gila tau. Kamu tuh yang gila." Ucap Tracy tak mau kalah.
"Udah-udah, Alvaro, dengerin aku ya. Masalah ini udah selesai, aku paham kamu mau bantu aku. Terima kasih. Tapi ini udah selesai, jadi buang jauh-jauh keinginan buat hajar anak itu. Tapi, kalo kamu masih keras kepala, silahkan. Kalo ada apa-apa aku gak bakal ikut-ikut." Ucap Patjo.
"Iya kak iya, maaf nih ngerepotin. Yaudah deh, aku pulang dulu." Ucap Alvaro sambil berlalu pergi. Setelah Alvaro tidak terlihat lagi, Tracy mulai angkat bicara. "Kok aku gak di pamitin.."
"Pengen banget ya di pamitin, duh kalian ini lucu ya. Jadian aja sana." Ucap Patjo sambil tertawa.
"Pengennya sih gitu.." jawab Tracy dengan muka memelas.
Patjo pun bersiap-siap mengambil motornya di tempat parkir. Tetapi Tracy mengejarnya sambil berteriak seperti orang gila. "Kamu kenapa sih?" tanya Patjo yang heran melihat tingkah siswi kelas XII itu.
"Kamu inget kan, kalo segala sesuatu di dunia ini gak ada yang gratis?" tanya Tracy.
"Iya tau. Kamu mau minta tolong apa?" Patjo balas bertanya.
"Nanti ketemuan ya, di cafe biasanya jam 7 malam." Jawab Tracy.
"Eh tapi aku besok..." Belum selesai Patjo berbicara, Tracy pergi begitu saja meninggalkan Patjo, seolah-olah Patjo sudah menyetujui ajakan nya.
---
Patjo yang sebenarnya malas untuk pergi kemana-mana malam ini, sengaja berpura-pura sakit demi menghindari Tracy. Tetapi itu tidak mempan. Karena Tuhan itu maha adil. Sesempurna apapun seseorang, pasti memiliki kekurangan juga. Dan apakah kekurangan dari Patjo itu? Ya, Patjo memiliki ketrampilan berbohong yang sangat-sangat buruk, bahkan anak TK saja bisa tau jika Patjo sedang berbohong.
"Selamat malam om, tante, Patjonya ada?" tanya Tracy sambil masuk ke rumah Patjo.
Patjo yang sedang makan malam pun tersedak dan kelabakan mencari air. Hal tersebut menjadi bahan tertawa bagi Tracy dan kedua orang tuanya. Dengan sangat terpaksa Patjo menuruti keinginan sepupu tercintanya itu.
"Jangan bilang-bilang Ivana kalo kita keluar malam ini." Ucap Patjo sambil mengeluarkan motornya dari garasi.
"Iya-iya bawel." Ucap Tracy sambil naik ke motor Patjo.
Ketika sampai di cafe, Tracy memesan banyak sekali makanan. Patjo yang mulai curiga segera bertanya. "Jangan bilang nanti aku yang bayar semuanya?" Mendengar hal tersebut Tracy tertawa terbahak-bahak, lalu menjawab " Nggak kok, tenang aja. Ini bukan bagian yang harus kamu bayar. Mau sekalian pesen kopi?"
"Kopi hitam tanpa gula satu ya mbak." Ucap Patjo kepada mbak-mbak pelayan.
Setelah pelayan itu pergi, Tracy kembali berbicara. "Nanti kopinya aku yang bayar deh." Mendengar itu, Patjo terkejut dan bertanya. "Trus, aku harus ngapain biar kita impas?"
Tracy pun tersenyum. "Sebentar ya, hehehe." Lalu Tracy mengambil handphonenya dari tas, lalu mencari-cari sesuatu. Setelah menemukan apa yang dicari, Tracy menyerahkan Handphonenya supaya Patjo bisa melihat apa yang harus dia lakukan untuk membalas jasa Tracy siang hari tadi.
"Hah? Ini? Seriusan nih?" tanya Patjo heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Bilang-Bilang
Teen FictionIni rahasia kita aja ya, jangan bilang-bilang.