7

52 2 0
                                    

"Kak Patjo??" tanya Edgar dengan sangat terkejut.

Di pintu kelas ada Patjo sedang berdiri, bersandar di pinggir pintu, sambil memegang dompet milik Edgar yang sedari tadi dicari-cari.

"Dompetku!!" teriak Edgar.

Edgar berlari mendekati Patjo, ingin mengambil dompet tersebut. Tetapi langkahnya terhenti ketika Patjo kembali berbicara.

"Kamu kan, orang yang tergila-gila sama Ivana dari dulu? Kamu juga kan yang selalu stalking Ivana bahkan sampai nyimpen foto-fotonya?" tanya Patjo sambil tetap berdiri tenang.

"Kamu maling ya? Kenapa dompetku bisa ada di kamu?" Edgar balik bertanya.

"Enak aja, aku nemu ini di depan Lab Kimia tadi. Lagian aku Cuma mau balikin ke kamu kok, nih ambil." Ucap Patjo sambil melempar dompet itu ke Edgar.

Edgar menangkap dompetnya, lalu membuka dan mencari-cari sesuatu. Tampaknya ada sesuatu yang hilang dari dompetnya.

"Kamu cari ini kan?" tanya Patjo sambil menunjukkan pas foto berukuran 3x4 milik Ivana. Entah bagaimana caranya Edgar bisa mendapatkan pas foto itu.

"Jadi kamu enak ya. Dikenal sama banyak cewek, bisa dapetin Ivana. Sedangkan aku, dari dulu aku suka sama Ivana. Tapi dia nya gak pernah suka sama aku." Ucap Edgar sambil duduk di atas meja. Matanya mulai mengawang-awang, berlahan-lahan kesedihan muncul dari sorot matanya.

"Jadi aku enak? Kamu salah besar." Ucap Patjo.

"Salah??" tanya Edgar.

"Iya. Aku dulu juga sama seperti kamu."

"Serius?"

"Serius. Cewek yang aku suka nolak aku. Dia lebih milih temen aku yang populer, anak basket gitu."

"Tapi sekarang kamu juga populer kan? Semua pada baca blog kamu."

"Aku kan udah bilang, dulu aku persis kayak kamu. Kerjaannya ngeluh terus, sampe akhirnya aku sadar, mengeluh gak akan menyelesaikan masalah, dan aku yakin tiap orang bisa populer dengan caranya masing-masing."

"Hah? Maksudnya?"

"Dulu aku kesel kenapa Cuma anak basket yang gampang dapetin cewek, aku juga kesel kenapa anak basket gampang banget populernya. Aku juga pengen jadi populer, tapi aku gabisa main basket. Akhirnya aku bisa populer dengan caraku sendiri, dengan bakat yang aku punya, yaitu menulis."

"Iya juga sih, tapi aku mah apa atuh. Aku gapunya bakat apa-apa."

"Jadi diri kamu sendiri aja. Dan satu hal lagi, kamu harus perlakukan cewek dengan baik, karena gak ada cewek manapun yang mau digodain pake cara-cara kamu itu, yang ada mereka pada lari ketakutan."

"Intinya bikin cewek itu nyaman, dijamin deh cewek manapun bakal mau sama kamu." Ucap Tracy yang tiba-tiba masuk ke kelas itu.

"Makanya jadi cowok jangan sok kegantengan, untung ada kak Patjo, kalo enggak udah aku habisin kamu." Ucap Alvaro yang ikut masuk ke kelas juga.

"Oke-oke.. aku minta maaf ke kalian semua. Titip maaf juga ke Ivana ya, aku janji gabakal ganggu dia lagi. Pas foto itu kak Patjo ambil aja deh."

"Yaudah sana, nanti kalo telat kamu gaboleh ikut kelas seni." Ucap Patjo.

Edgar pun segera berlari menuju ke ruangan kelas seni berada. Sedangkan Alvaro, Tracy dan Patjo masih ada di kelas itu.

"Kalian kok bisa disini? Escape kelas ya?" tanya Patjo.

"Enggak kok, aku ke toilet." Ucap Alvaro dan Tracy bersamaan.

"Ciee kompak banget kalian. Cocok deh."

"Apaan sih Pat, masa iya aku cocok sama dia." Ucap Tracy sambil menunjuk ke arah Alvaro.

"Siapa juga yang mau sama kamu. Ogah banget." Balas Alvaro sambil membuang muka.

"Udah-udah, daripada kalian tambah naksir satu sama lain, balik aja yuk." Ucap Patjo.

"Tunggu kak, aku mau nanya. Kok bisa ya Edgar kena jebakan kayak tadi?" tanya Alvaro.

Patjo dan Tracy tersenyum mendengar pertanyaan Alvaro. Patjo akhirnya menjelaskan semuanya. Awalnya Patjo secara sengaja mengambil buku catatan milik Ivana diam-diam. Lalu dia minta tolong Tracy untuk memberikan buku tersebut ke temannya Edgar. Menurut Patjo, karena Tracy lumayan cantik, pasti siapa saja yang dimintai tolong pasti mau.

Lalu temannya Edgar itu menyerahkan buku itu ke Edgar, sambil mengatakan bahwa Ivana ada di depan Laboratorium Kimia. Ketika jam istirahat, Tracy membawa Ivana ke depan Lab. Kimia dengan dalih Patjo masih ada ulangan Sejarah, jadi jam istirahatnya bergeser.

Beberapa saat kemudian, Tracy pura-pura ke toilet, dan menunggu sampai Edgar datang. Ketika Edgar datang dan menggoda Ivana, Tracy pun beraksi. Dia kembali ke depan Lab. Kimia, pura-pura menabrak Edgar, dan dengan cepat mengambil dompet milik Edgar. Tracy sangat berbakat menjadi copet, jadi berhati-hatilah jika kalian punya teman yang berparas cantik. Jangan-jangan jago nyopet juga.

Ketika jam istirahat selesai, Tracy menyerahkan dompet itu ke Patjo, yang baru saja selesai ulangan Sejarah. Sesuai dengan insting Patjo yang tajam, Edgar ternyata memang sedang kebingungan karena dompetnya hilang. Lalu, Patjo datang ke kelas Edgar dan melakukan eksekusi akhir.

"Ooh jadi gitu, gilaa pinter banget sih Kak Patjo ini." Ucap Alvaro yang takjub mendengarkan penjelasan Patjo.

"Ini juga karena Tracy jago pickpocket." Ucap Patjo.

"Cantik-cantik kok suka nyopet." Ucap Alvaro.

"Oohh jadi kamu bilang aku cantik? Makasih." Ucap Tracy sambil mengibaskan rambutnya.

"A..apaan sih, tadi aku gak bilang gitu kok.." ucap Alvaro yang terlihat gugup.

"Ahhh masaa?" tanya Tracy sambil mendekatkan wajahnya ke Alvaro.

Melihat Alvaro yang mulai memerah pipinya, Patjo pun bertindak.

"Udah-udah kalian balik deh ke kelas, nanti guru kalian ngamuk kan ribet urusannya."

"Iya-iya, kamu kok gak balik?" tanya Tracy.

"Aku kan lagi jam istirahat, laper nih, mau makan."

Akhirnya mereka bertiga pun berpisah. Karena tidak ada Ivana, Patjo pun berniat untuk membeli kopi di Kantin. Sambil menyeruput kopinya, Patjo merasa lega. Masalah kali ini selesailah sudah.   

Jangan Bilang-BilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang