Chapter 18 : 《Kehidupan sehari-hari?》1

5 1 0
                                    

Menyusun Kembali Formula Deskripsi sihir dan menyatukannya dalam Lingkaran Sihir yang terdiri dari Pola-pola Geometris. Setiap Formula sihir memiliki Pola-pola tersendiri yang bentuknya berbeda dengan yang lain. Ada Formula Sihir yang mungkin bentuknya hampir sama dengan Formula sihir yang lain, tapi perbedaannya adalah pada ukurannya. Ukuran dan bentuk setiap satu Formula sihir itu berbeda dan tidak ada yang persis sama 100% dengan Formula sihir yang lain.

Aku saat ini berada di kamarku bersama dengan Arisha dan Nushala sambil menyederhanakan Sihir yang Nushala buat. Aku tau seberapa rumit Formula di dalam satu sihir yang Nushala buat dan mencoba menyederhanakannya. Aku melakukan ini karena setiap sihir yang Nushala buat itu semuanya menggunakan mana yang sangat banyak dan setiap aku menggunakannya, aku selalu kehabisan mana.

Menggerakan tanganku melingkar dan membuat kembali Pola-pola geometris di Kain Khusus yang membuatku berdecak kagum karena ukurannya.

Ukuran Kain itu sekitar 10m2 dan berwarna Putih bersih tanpa ada setetes nodapun disana. Kain ini terbuat dari campuran bahan organik dan materi Khusus yang membuatnya dapat menyimpan Formula Sihir lalu menyatukannya.

Kain ini disebut dengan Magic Inframental yang dibuat oleh gabungan beberapa Ras sejak 2000 tahun yang lalu. Karena Magic Inframental ini sangat penting untuk keperluan sihir Ras di benua utara, Magic Inframental terus mengalami peningkatan sampai saat ini yang bisa menjadi sangat praktis dan bisa disimpan dalam Kantong tanpa bertambah beban apapun.

"dua belas sihir selesai" gumamku dengan wajah senang.

Di kiriku terdapat Arisha juga yang sedang menyederhanakan Sihir Nushala dan membuatnya bisa gunakan dengan leluasa walaupun jumlah mana yang sedikit.

Dan tepat di atas Kasurku terdapat Nushala yang sedang membaca buku sambil terlentang dan mengguling-gulingkan badanya kekiri-kekanan seperti anak kecil.

Hiraukan saja jika melihat Nushala sedang membaca buku. Jika dia sudah memegang sebuah buku, maka tidak ada yang bisa mengganggunya walaupun itu suara ledakan bom sekalipun.

*Bgrrr* suara apa itu? Tiba-tiba aku merasa mendengar suara aneh dari kiriku. Mengalihkan wajahku menuju kiriku, aku mendapati Arisha yang memegang perutnya dengan wajah yang memerah.

Ahhh... makan ya, aku juga lupa soal itu. Pikirku.

"Arisha, ayo kita makan dulu"

"Mm..." Arisha menganggukkan kepalanya dengan malu-malu.

Kita berdua berdiri dan keluar kamar dan meninggalkan Nushala yang sedang membaca buku dengan wajah terkekeh.

Dia sedang membaca apa sih?. Pikirku sambil membuka pintu.

***

Kantin akademi kerajaan Habelft yang ramai dengan murid yang berlalu lalang di setiap sudut kantin sambil membawa makanan di kedua tangan mereka dan duduk di meja yang telah tersedia di kantin.

Murid di kerajaan Habelft hampir semuanya terdiri dari bangsawan, dan ada sebagian kecil dari murid adalah anak dari pedagang kaya.

Di akademi kerajaan Habelft ini setiap murid diajarkan untuk menjadi penyihir dan prajurit.

Karena aku sekarang telah menjadi penyihir dari kerajaan Habelft, aku otomatis tinggal didalam akademi ini walaupun aku tidak menjadi instruktur dalam mengajar para murid.

Toh, aku juga tidak bisa mengajarkan banyak sihir kepada para murid karena jenis sihir yang kupunya sangat berbeda dengan mereka.

Tapi untunglah karena Nushala dulu sempat belajar tentang sihir manusia, jadi akupun juga bisa menggunakannya karena sihir dari manusia karena jenis sihir itu sangat-sangat sederhana dan bisa langsung kugunakan karena menggunakan mana yang sedikit.

Aku mengambil makanan yang tersedia dan membawanya ke meja terdekat bersama Arisha yang juga membawa makanan dengan jumlah yang membuatku berdecak kagum.

Duduk di meja dengan panjang 3 meter dan banyak murid duduk di samping dan depanku. Mereka menatapku dengan tatapan bingung karena jarang melihat ada penyihir kerajaan yang datang ke kantin dan makan disana.

Tanpa memperdulikan murid yang melihat kami, aku mengambil satu suapan kedalam mulut dan memakan makanan yang tersedia di depanku.

"Emm... anu... Kai"

Aku mendengar seseorang yang memanggilku dari belakang dan dengan reflek aku melihat ke belakang.

"Oh... ternyata Tuan putri, memangnya apa keperluan anda memanggilku?"

Emari berada tepat di belakangku dengan wajah yang merona. Dia malu-malu menundukkan kepalanya dan sepertinya dia bergumam dengan suara yang tidak bisa aku dengar.

"aku... aku... aku..."

Dia terus bergumam dengan cara malu-malunya yang membuatnya telihat imut. Tapi pada akhirnya dia berhenti menggumamkan itu tapi malah menarik tanganku dan membuatku hampir tersungkur gara-gara tarikan yang tiba-tiba.

"ehh... tuan putri, ada apa?"

Emari terus menarikku keluar dari kantin dan meinggalkan Arisha yang sedang makan dengan jumlah yang mengerikan.

Emari akhirnya berhenti menarikku dan berhenti di sebuah lorong sepi jauh dari kantin.

Emari kembali menundukkan kepalanya dan dengan malu-malunya dia berkata

"emm... Kai... bolehkah aku... Bolehkah aku... menjadi muridmu"

"boleh kok"

Saat aku menjawab itu, tiba-tiba Emari menunjukan wajah kaget dan meluncurkan senyuman indah dari wajahnya.

"tapi, dengan satu syarat"

Melanjutkan bicaraku, wajahnya menunjukan wajah bingung.

"Kau tidak boleh memberitahukan kepada siapapun kalau kau menjadi muridku kecuali kepada ayah dan ibumu"

Mendengar syaratku, Emari menganggukkan kepalanya dengan wajah yang berseri-seri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 16, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The World is Full of ContradictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang