Chapter 12 : 《sebuah Provokasi kecil mengakibatkan perubahan besar》1

2 0 0
                                    

"Kai, kenapa mereka bersikap seperti itu" ujar Arisha yang sedang duduk di sampingku sambil menatap langit-langit penjara bawah tanah

"Yah... mungkin mereka mengira kitalah yang menculik tuan putri itu" balasku yang sedang mengelap pistolku.

Saat kami pergi ke depan istana bersama tuan putri itu, tanpa alasan yang jelas kami di jebloskan di penjara. Tapi untungnya mereka tidak mengira benda yang aku dan Arisha bawa adalah senjata, jadi mereka tidak menyitanya.

Aku mengehela napas dan mengeluh apa yang terjadi kepada kita bertiga. Kalau kita bertiga kabur dari sini pasti akan menambah masalah, sedangkan kalau kita berdiam diri terus disini ada kemungkinan kita akan dieksekusi.

Tidak, kurasa itu tidak karena ketika kita bertiga sedang dibawa ke penjara bawah tanah ini, putri itu berteriak untuk melepaskan genggaman dari penjaga yang sedang menjaganya. Apakah mungkin dia akan melindungi kita karena penjelasannya kepada raja. Tapi kalau kita malah diberi gelar bangsawan oleh raja aku tidak mau menerimanya karena itu sangat merepotkan dan aku tidak akan bebas berkeliaran ke luar negara ini.

Lalu apa yang terjadi kalau kita malah akan dieksekusi karena mereka mengira kita adalah rekan dari penculik itu dan mengira kalau kita sengaja membunuh rekannya agar bisa menyusup kedalam istana. Yahh.... Yang pasti kita akan kabur, tapi kita akan susah masuk ke kota-kota di negara ini karena poster kita pastinya akan diedarkan kepada seluruh wilayah negara.

Hah.... Kalau begitu pasti akan merepotkan.

Tunggu, ada satu rute yang tersisa, itu mungkin adalah kita akan ditahan di kota ini sementara waktu sementara mereka mengawasi kita sedang beraktifitas. Dan jika itulah yang terjadi, itu mungkin akan paling merepotkan daripada menjadi penjahat.

Saat aku masih mengeluh, Aku bertanya kepada Nushala yang ada di depanku.

"Nushala, di hutan itu apa ada Monster?"

"Ada, tapi itu hanyalah Monster tingkat Rendah" balas Nushala dengan wajah polos sambil memeluk kakinya.

Owh... sepertinya itu sudah cukup untuk penjelasan nanti. Arisha yang mendengar aku bertanya juga menyadari apa yang harus dia lakukan terhadap situasi ini.

Setelah beberapa lama, terdengar suara keras yang berasal si pintu masuk.

"Bagaimana, kalau mereka adalah rekan dari penculik itu"

"itu tidak mungkin terjadi, masa mereka membunuh rekannya sendiri"

"Tapi bagaimana jika mereka disuruh untuk melakukan itu, dan apa kau ingat perkataan tuan putri kalau mereka mempunyai senjata sihir misterius"

"suttttt, mereka bisa mendengar kita lho"

Yah.... akhirnya ada salah satu orang yang menyadari kalau kita mendengar mereka walaupun itu sudah sangat terlambat. Betapa bodohnya mereka.

Setelah mereka mendiskusikan sesuatu dengan volume yang sangat diperkecil, mereka masuk kedalam ruangan penjara.

Mereka adalah 3 orang Ksatria yang menggunakan Armor tebal di badannya, dua orang yang memiliki rambut putih dan biru tua membawa pedang satu tangan di pinggannya, sementara satu orang lagi yang memiliki rambut hitam membawa pedang 2 tangan besar di punggungnya.

Melihat Pedang satu tangan, itu mengingatkan ku akan pedang yang diberikan ayah saat aku kecil dan aku merusaknya saat aku sedang menangkis peluru menggunakan itu.

Ketiga orang itu memandang kami dengan wajah penuh kebencian sambil melepas pintu sel dan membawa kami keluar lalu mengintrogasi kami.

beberapa pertanyaan ditujukan kepada kami bertiga, dan semuanya menjawab dengan wajah tidak peduli. Kesal melihat kami menjawab seperti itu, Orang berambut hitam yang membawa pedang 2 tangan memukul meja dan berteriak.

"Kenapa kalian bertiga ada disana?, Apa kalian rekan penculik itu?"

Aku tidak kaget apa yang di tanyakan orang itu, tapi tolonglah satu pertanyaan dulu, jangan dua pertanyaan langsung. Jika kau dibumi dan ingin menjadi wartawan, kau mungkin tidak akan lulus karena itu.

Aku melipat tanganku lalu menjawab dengan nada polos.

"Kita disana hanya berburu monster untuk mencoba senjata baru kami ini"

Tanganku yang sedang dilipat mengambil pistol FN Five seven yang berada di pinggangku.

"ini?, Senjata yang dibilang oleh tuan putri sebagai senjata yang hebat dan keren itu, jangan bercanda, untuk apa kau memperlihatkan mainan ini kepadaku!" teriak orang yang sedang duduk di depan kami sambil kembali memukul meja dengan keras.

Oyy oyy... meja ini hampir hancur olehmu, bukankah badanmu dan tanganmu itu besar, tolong sadar diri dong.

Arisha yang di sampingku mwngambil pistolnya yang bertipe Walther P99 dan menyerahkannya ke orang didepannya dengan wajah kesal.

The World is Full of ContradictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang