24. colours

148 50 1
                                    

Seringkali tersenyum sendiri mengingatnya. Tatapan teduhnya. Tidak masalah pula di suatu waktu menajam akan musuh. Hitam legamnya. Tapi ia lebih suka tatapan yang jatuh pada matanya, di remang-remang lampu teplok. Di bawah teduh atap juga ia suka.

Lalu hijau dan putih. Kombinasi tiga warna itu merupakan favoritnya di negeri ini.

Selalu ada hijau dimanapun. Seakan tak cukup rumput, dedaunan, di manapun berada, warna itu adalah keabsolutan. Dengan begini, bagaimana ia susah mengingat Ja'far?

Tudung hijaunya, membawa rasa tentram bagi yang melihat. Seakan padang rumput di musim semi. (Ia ingat lelucon salah satu temannya. Jika warna biru dan kuning bercampur, maka akan menghasilkan hijau. "Kolam ini kok warnanya hijau?"

"Ehem, begini ya. Menurut pencampuran warna, biru memang dari kolamnya. Dan kuning ... Hah! Air seni? Hahaha."

Cukup untuk menghibur diri. Padahal air itu sendiri bening).

Ditemani putih, warna tersuci dari pancaran lainnya. Warna paling jujur. Apa adanya. Yang paling terlihat noda, lantas mudah dideteksi kualitas sucinya.

Perasaan ini, apa bisa seteduh dan sesuci itu?

𝐭𝐫𝐢𝐛𝐮𝐭𝐚𝐫𝐲 ↯ jafar/readerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang