28. something tasty

161 48 2
                                    

Segelas campuran air hangat dan madu ditempelkan ke pipi wanita yang sedang mengapit perutnya. Alisnya terangkat melupakan perut yang melilit sejenak. Bibirnya mengerut kesal kala mendapati unsur madu di dalamnya.

"Jangan memaksakan diri."

"Tapi, Ja'far—"

Sang pria mendengus sebal. "Iya, kau memang salah. Tapi bukankah sudah pula kau laksanakan sanksinya?"

Lima hari yang lalu [Name] tidak sengaja menjatuhkan sarang lebah utama Sindria. Beruntung Aladdin langsung membentuk pelindung. Raja Sinbad memberi pertanggungjawaban untuk ia; mengolah madu untuk dikonsumsi. Para pekerja tetap berbahagia mendapat libur. Dan Ja'far menatap penuh cemas kepada [Name] yang diselimuti peluh.

"Apa ini tidak berlebihan untuknya, Sin?" tanyanya sehari kemudian.

"Kurasa tidak. Sekalian mengukur kinerjanya." Bibirnya tertarik membentuk seringai kecil, "Dan juga, untuk sahabatku itu harus yang terbaik."

Kemudian Sinbad mendapat tatapan dingin disertai tinju di perut.

Sejak pertama kali membuat kesalahan, [Name] berjanji untuk tidak mengonsumsi madu. Karena rusaknya sarang utama itu; dari produksi, distribusi, hingga konsumsi madu terganggu keseimbangan rantainya. Ia merasa bersalah. Sangat, sangat, sangat.

Menjauhi apa yang dicintanya, mungkin akan meringankan rasa bersalah ini.

Dua hari bertahan. Tiga hari sampai hari ini ia berhenti makan. Hanya memasukkan secuil dua cuil karena paksaan warga istana.

"Ayolah, aku sudah membuatkannya untukmu." bujuk Ja'far.

Menerima atau menolak, keduanya sama-sama akan menimbulkan rasa bersalah.

Ditarik tangan [Name], meletakkannya gelas pada genggaman sang wanita. "Jangan mengharamkan apa yang halal untukmu." nasihatnya.

Senyum [Name] perlahan mengembang, kemudian meneguk larutan hangat madu buatan Ja'far. Perutnya terisi setelah tiga hari. Dengan madu manis, semanis muka Ja'far. Lalu hangat, seperti aliran yang memenuhi hatinya.

𝐭𝐫𝐢𝐛𝐮𝐭𝐚𝐫𝐲 ↯ jafar/readerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang