27. Renang

12.5K 2K 133
                                    

Hari ini Anza seneng banget, soalnya Kakak Zhara sama Kakak Zoffy ngajakin Anza renang. Kan Anza suka banget renang. Bukan karena Anza jago renang kayak Om Vito, cuma Anza suka aja main air. Apalagi bagian main perosotannya, Anza paling suka. Yah, walau Anza nggak seberani Kakak Zhara yang main perosotan paling tinggi.

Anza ngelihat aja udah serem. Takut. Kalau jatuh Anza masuk air nggak bisa keluar lagi.

"Za ...." Anza yang lagi main air sama Kakak Zoffy merengut karena aktivitasnya diganggu oleh panggilan Papi. "Renang sama Papi, yuk. Entar Papi ajarin."

Anza menggeleng. "Nggak, ah. Anja sama Kakak Joffi aja."

"Barengan aja udah. Zoffy diajarin renang om, mau?" Giliran Zoffy yang ditawari.

"Capek, Om Gil," jawab Zoffy. "Seminggu sekali Zoffy diajarin renang sama Papa. Pengen main aja hari ini," tambah anak yang kini sudah duduk di bangku SD.

"Anzaa! Zoffy!" Belum juga Papi membujuk lagi, Kakak Zhara udah memanggil. "Yuk, main di sana. Entar ditumbahin air dari ember raksasa. Enak deh!"

Anza coba melihat ke arah yang ditunjuk sama Kakak Zhara. Kebetulan ember raksasa yang dimaksud Kakak Zhara udah keisi penuh dan berakhir tumpah, hingga orang yang ada di bawahnya memekik—entah karena seneng atau malah kaget.

Kayaknya seru sih, cuma Anza kok takut itu air banyak banget nanti nimpa kepalanya.

"Yuk, Ja!"

Anza menarik tangannya yang digandeng Kakak Zoffy. "Nggak, ah. Anja di sini aja sama Papi," Anza menolak.

"Yah, Anja. Di sini mulu bosen," Kakak Zoffy mengeluh atas keputusan Anza.

Anza menggeleng. "Anja nggak bosen. Anja di sini aja."

Kakak Zoffy mengernyit bingung. Terlebih saat melihat Anza beberapa kali melirik si ember raksasa sambil menggedikkan bahu.

Ah, Kakak Zoffy jadi tahu kenapa Anza menolak ajakan Kakak Zhara dan dirinya.

"Anja takut, ya?"

Mata Anza melotot tak terima. Sambil menggeleng, Anza membantah, "Nggak. Anja nggak takut."

Kakak Zoffy tersenyum mengejek. "Alah, ngaku aja. Anja cemen, ah!"

Anza jelas kesel. Dia nggak tau sih makna kata cemen. Si Zidan tuh pernah ngatain Anza cemen karena geli lihat cacing waktu acara berkebun di sekolah. Kata Zidan waktu itu, "Hahaha ... Naja cemen. Sama cacing aja takut." Padahal sesaat kemudian si Zidan teriak-teriak waktu belalang hinggap di seragamnya.

Belum, lagi kalo Anza suka merem waktu nangkap bola. Duh, si Zidan langsung ngatain Anza cemen.

"Anja nggak cemen," bantah Anza.

"Ya, udah ikutan," tantang Kakak Zoffy.

Anza nggak punya pilihan lain. Akhirnya menurut, mengikuti Kakak Zoffy sama Kakak Zhara. Anza cuma berharap, kepalanya nggak benjol karena air yang banyak itu menghantam kepalanya nanti.

Ketakutan Anza nyatanya nggak terjadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketakutan Anza nyatanya nggak terjadi. Dia nggak benjol. Pusing aja nggak. Malah yang ada Anza teriak-teriak kegirangan waktu air dalam volume besar itu jatuh di atas kepalanya. Yah nggak tepat dikepala juga sih. Soalnya Anza suka otomatis nunduk kalo airnya dijatuhkan dari ember.

Sampai-sampai Anza ketagihan. Nggak mau keluar dari wahana itu. Bahkan diajak main perosotan Kakak Zoffy, Anza menolak. Dia bertahan di situ. Sampai Papi menghampirinya.

"Za, udahan, ya mainnya," ajak Papi.

Anza menggeleng. Tanda dia menolak. Meski tubuhnya mengigil, tapi Anza masih mau main air. Seru kan soalnya.

"Kakak Zoffy sama Kakak Zhara udah bilas dari tadi. Lagi makan mi goreng. Anza nggak mau?" Papi membujuk.

Anza menggeleng lagi. Pandangannya sama sekali nggak di arahkan kepada Papi. Dia terus melihat ember dan mengira-ngira kapan si ember bakal penuh.

"Za, tangannya udah keriput itu," kata Papi lagi.

"Nanti, Papi. Anja masih mau main."

Papi menghela napas panjang. Menyerah membujuk anaknya. "Sekali lagi, ya. Habis ini bilas."

Anza mengangguk nggak peduli. Sampai dia nggak sadar juga kalo Papi udah pergi menjauhinya.

Saat proses menunggu. Anza merasakan sesuatu. Anza coba bertahan. Cuma nggak bisa. Mengatupkan bibir rapat, tubuh Anza bergetar. Spontan, Anza melihat kebawah dan menelan ludah.

"Papi!"

Papi belum pergi terlalu jauh. Jadi, Papi masih dapat mendengar panggilan Anza. Papi bingung saat Anza berjalan dengan susah payah melawan arus air untuk mendekat padanya.

"Ya?"

Anza langsung aja melewati Papi. Keluar dari kolam renang dengan tubuh setengah menggigil. "Ayo, Papi. Anja mau bilas."

Papi makin bingung. Tadi aja Anza susah banget diajak bilas. Sekarang malah yang ngajak duluan. Papi curiga pasti ada sesuatu yang membuat Anza buru-buru keluar dari kolam renang.

"Ah, bodo amat. Yang penting udah mau bilas," gumam Papi segera menyusul Anza.

Papi nggak pernah tahu, kalau sebenarnya Anza cuma merasa jijik sendiri dengan air kolam yang bercampur dengan air ... itu.

Yah, Papi nggak akan pernah tahu. Dan jangan sampai tahu.
.
.
.
Kkeut.

Aku nulis Anja karena beneran butuh pembangkit mood nulis... hehehe...

Dan sekalian aja sih, nulis ada Zhara sama Zoffy. Biar nggak pada lupa kalo Anza punya sepupu dari pihak Gilang. Sebenernya namanya Zhara itu Zhara... tapi suka ketulis Zahra. Di sini gitu, dilapak papi mami juga gitu. Suka salah. Nantilah aku edit lagi....

Dan terakhir....

Selamat Hari Ibu wahai para Ibu dan calon ibu 😂

—Fee

All about AnzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang