34. Kakak yang Baik

22.5K 2.6K 610
                                    

Anza lagi mode fokus. Mau tahu mode fokusnya, Anza? Matanya menyipit, keningnya mengerut, juga hidung Anza ikut mengerut. Yang paling penting dari semua itu ... kalau lagi fokus Anza nggak menerima panggilan siapa pun, termasuk Mami.

"Mas ... makan malam dulu," itu panggilan Mami untuk kesekian kalinya. Tapi, Anza nggak bisa meninggalkan pekerjaannya.

Jadi, Anza dikasih tugas sama Bu Guru untuk membuat gambar dari pelepah pisang. Tadi di sekolah Anza juga udah buat, tapi dia cuma asal cap sama Evan tanpa membentuk gambar. Bukan cuma Anza, teman-teman yang lain juga begitu. Maka dari itu, Anza dan teman-teman satu kelasnya diminta membuat ulang. Terserah mau membuat apa, yang penting berbentuk. Karena Anza anaknya nggak mau kalahan, selalu mau jadi nomor 1, dia sengaja cari gambar lewat internet dari laptop Papi dan memilih menggambar kupu-kupu berwarna orange.

Nggak orange juga sih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nggak orange juga sih. Cuma mirip lah. Nggak apa-apa. Anza juga cuma punya tinta warna ini aja.

"Emas?" Giliran Papi yang memanggil. Papi baru pulang kantor tadi. Pulang cepat setelah seminggu kemarin lembur. "Makan dulu."

"Papi ... Mas, bukan Emas," Anza mengoreksi.

"Halah, Putri panggil Emas aja nggak protes," balas Papi nggak mau kalah.

"Dedek Putri sama Papi itu beda."

"Sama aja," Papi mengibaskan tangannya. "Emas makan, yuk. Mumpung Papi udah di rumah. Kan kemarin Emas protes mulu soalnya Papi pulang malem dan nggak ikut makan malem."

Anza malu mengakui, tapi memang menurutnya makan malam nggak lengkap tanpa Papi. "Nanti dulu, bentar lagi Mas selesai."

"Makan dulu," Papi kembali mengintrupsi. Pelepah pisang pun udah berpindah ke tangan Papi. "Nanti dilanjut lagi."

Anza menyerah, dengan malas mengikuti Papi ke meja makan. Udah ada Mami dan Putri di sana. Putri sendiri duduk di kursi khusus yang disediakan buat dia. Karena sejak merasa bisa pegang sendok, Putri selalu mau makan sendiri. Yah, walau makanannya jadi suka ke mana-mana.

"Emas mamam," ucap Putri dengan sendok di tangan.

"Iya, Mas makan," Anza menanggapi sambil tersenyum. "Selamat makan Dedek Putri."

Makan malam berlangsung tenang. Nggak ada pertengkaran antara Papi dan Anza yang berebut lauk. Anza terlalu sibuk memikirkan tugasnya yang belum selesai. Yang ada di benak Anza cuma satu, selesaikan makan dengan cepat, jadi bisa melanjutkan tugasnya.

"Mas selesai makan," ucap Anza begitu menghabiskan makan malamnya.

"Cepet banget, Emas?" Papi mengernyit heran. "Biasanya makan lama banget," komentar Papi.

"Mas lagi sibuk bikin gambar," kata Anza. "Mami ... Mas nggak bacain Dedek Putri cerita dulu. Mas mau nyelesein gambar," lanjut Anza pada Mami.

"Oke."

All about AnzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang