Epilog

1K 29 24
                                    

Gigi menghembuskan napasnya dengan kasar. Keputusannya kemarin sudah bulat. Dia sudah tidak mau lagi terus-terusan terpuruk karena satu hal.

Gadis ini terpaksa harus meninggalkan England karena suatu alasan. Walau ini berat, namun ini sudah menjadi keputusannya.

Karena Gigi tidak mungkin berada disini terus dan melihat orang yang dicintainya bersama wanita lain. Tidak, itu terlalu berat. Dan juga sakit.

Beruntung, Gigi mendapatkan tawaran menjadi modelling di Perancis yang baru saja diterimanya kemarin. Sehingga ini adalah jalan baginya untuk menghindar dari Zayn.

Melipat pakaian lalu memasukannya ke dalam koper. Suara pintu yang berderit terdengar. Seorang wanita cantik yang usianya 'tak lagi muda perlahan mulai menghampiri Gigi.

Beliau pun duduk di atas kasur sambil tersenyum tipis.

"Mau mama bantu?"

Gigi menggeleng sambil membalas senyuman mamanya. "Aku sudah selesai kok, Mom."

Mengangguk pelan. Mama dari Gigi kemudian menundukkan wajahnya. Gigi sangat paham kalau mana semua ibu di dunia ini pasti merasa sedih jika tinggal berjauhan dengan anaknya.

"Mom. "

"I know ... " ujar mamanya dengan nada parau. Jelas sekali kalau beliau tak mau anaknya pergi.

"Only 2 years, and i will be back, mom." Gigi kemudian merengkuh mamanya dengan hangat. Dia juga sedih sebenarnya akan tinggal berjauhan dengan keluarganya.

Namun, apa daya? Inilah yang bisa di lakukan Gigi. Dia toh sambil menyelam minum air. Maksudnya, ketika dia berusaha menghindar dari Zayn dan tidak tau mau kemana. Tiba-tiba saja Gigi mendapatkan panggilan dari Paris untuk bekerja sebagai model disana.

Semoga semua berjalan dengan baik.

Tidak lama kemudian suara bel pintu terdengar. Gigi dan Mamanya saling menatap satu sama lain.

"Mommy rasa Millo sudah datang. Yuk, kita kesana."

Gigi mengangguk. Kemudian sambil menenteng kopernya, dia mulai berjalan mengekori sang mama dari belakang.

Ternyata benar. Millo sudah berada disana. Sepupunya yang tampan itu semakin terlihat sexy dan begitu menggoda.

"Kau semakin pendek!" bukannya memberi salam, Millo malah menghina sepupunya.

"Kau-nya saja yang ketinggian!"

"Kalian ini. Baru saja bertemu setelah sekian lama malah bertengkar." Mama Gigi menggelengkan kepalanya di iringi sebuah senyuman.

Millo yang mendengar auntynya itu langsung mencium pipi mama Gigi.

"How are you, aunty? I miss you somuch."

"Iam well, thankyou. And i miss you too. Bagaimana kabar Ibu mertuaku? I mean your grandma?"

"Dia baik, walaupun penyakit tuanya sering kambuh."

"Millo! Kau jahat dengan grandmaku!"

"Jahat? Memangnya aku salah apa? 'Kan memang benar kalau dia sudah tua, dan penyakitnya sering kambuh."

"Kenapa aku sering kalah jika berdebat denganmu?!"

"Mungkin karena kau bodoh."

"Mom!" pekik Gigi membuat mamanya kembali menggeleng sambil terkekeh. "Sudah, ah! Lebih baik aku mengecek barang kembali. Siapa tau ada yang tertinggal."

Kemudian Gigi meninggalkan ruang tamu dan hilang dari pandangan.

Setelah itu Mama Gigi bersuara. "Millo, tolong jaga Gigi baik-baik, ya. Kamu pasti sudah tau alasan yang sebenarnya. Oleh sebab itu, bantu Gigi dalam keterpurukannya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Midnight Memories● Z. MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang