Part 21

697 38 0
                                    

"HARRY!"

Tepat setelah dua jam berlalu, Gigi mulai menagih hutangnya pada sahabatnya. Karena, tadi laki-laki itu berjanji, kalau dia akan menceritakan apa yang terjadi tadi pagi.

Mengetuk pintu beberapa kali. Harry dengan rambutnya yang berantakkan itu langsung menatap Gigi dengan lesu. Dia sudah tau betul sifat Gigi, jika di janjikan sesuatu, pasti dia akan selalu ingat.

Sama hal-nya dengan ini. Harry sekarang melihat kalau Gigi sedang menatapnya karena ingin meminta jawaban.

Menbuang napas pelan. Harry menyentuh dahi Gigi dengan jari telunjuknya, lalu di lanjutkan dengan mendorongnya pelan ke belakang.

"Harry!"

"Apa?"

"Kau seharusnya menjelaskan apa yang terjadi pada pagi hari tadi."

"Itu semua tidak penting, Hadid."

"Sekalipun seperti itu, kamu harus menjelaskannya."

"Baiklah," balas Harry yang lagi-lagi membuang napasnya pelan. "Sebenarnya tadi, aku berpakaian rapih di karenakan ingin membuat foto untuk paspor."

"Paspor?" Gigi berusaha menanyakan ulang. Harry mengangguk dengan cepat. "Memangnya, kamu ingin ke luar negeri?"

"Tentu!"

"Kau akan meninggalkanku? Dan juga onedirection?" Suara Gigi melemah. Mendengar kata yang di lontarkan Harry cukup membuat moodnya turun.

Bukannya membangkitkan semangatnya. Harry malahan menjitak kepala Gigi, hingga gadis itu mengaduh kesakitan.

"Yak! Kenapa kau memukulku?"

"Kamu itu bodoh," jawab Harry santai. Kemudian dirinya mengeluarkan kertas selembar; yang sebelumnya terdapat di kantung celananya. "Aku membutuhkan paspor karena aku akan ke luar negeri bersama dengan Onedirection untuk menjalakan World Tour pertama kami. Dan bukannya pindah dan bertempar tinggal disana."

Gigi meringis menahan malu. Bukan salahnya juga kalau gadis itu berpikiran seperti tadi. Habis, jika berbicara tentang paspor, pasti itu tentang luar negeri.

"Aku 'kan hanya takut jika kamu akan pergi jauh," balas Gigi dengan mengekori Harry yang sedang mengambil pudding cokelat yang berada di kulkas.

Laki-laki itu pun duduk dan mulai menyantap makanannya. "Kau berlebihan," kata Harry di sela-sela ia menyuap pudding ke dalam mulutnya.

Setelah menaruh sendok kecil tersebut. Harry menggerakan tangannya yang bebas untuk menepuk puncak kepala milik Gigi.

Dia pun melanjutkan pembicaraannya, "Tapi kamu menggemaskan ketika melakukan hal itu."

"Menggemaskan? Memangnya kamu kira aku sedang bertingkah imut di depanmu?"

"Kau cantik,"

"Apa?"

"Kau cantik, bukan imut."

Gigi mendecih melihat Harry dengan santainya berkata seperti itu.

Sementara Harry sedang makan, datanglah Zayn yang sepertinya baru saja datang dari luar, karena sebelumnya terdengar pintu yang tertutup.

Rupanya, pria bermarga Malik tersebut mendengar percalapan terakhir antara sahabat dan juga gadisnya.

Merengkuh pundak Gigi, lalu mencium puncak kepalanya. Zayn menatap Harry dengan sengit, "Jangan pernah lagi kamu menggoda kekasihku."

Harry hanya diam. Dan tentu membuat seorang Zayn geram.

"Kau dengar aku?!"

"Zayn! Stop!"

"KAU--" Zayn menarik kerah Harry, namun Gigi dengan cepat berusaha meleraikan kedua pria yang berada di hadapannya saat ini.

"Kalian kenapa, sih?!"

"Dia tidak mendengarkan aku!" Zayn membela dirinya. Harry hanya mendengus sarkastik.

"Kelak, sifatmu yang asli akan keluar dan membuat semua orang heran. Dan Hadid," Harry menatap Gigi dengan pandangan yang sulit di artikan. "Aku tau kau mencintainya. Tapi, ku harap, kamu tidak akan merasa tersakiti jika ada keadaan yang tidak sesuai dengan harapanmu."

"Maksudnya?"

"Suatu saat kamu akan mengerti," lirih Harry pelan lalu meninggalkan Gigi dan Zayn berdua di ruang makan.

***

Midnight Memories● Z. MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang