Zayn membanting ponselnya ke atas kasur. Kemudian dia membangkitkan diri sambil mengacak rambut dengan frustasi.
Mengambil sebatang rokok, lalu membakarnya. Zayn pun menghisap nikotin tersebut di ruang tamu hotel. Asap itu mulai mengepul dan membuat siapa saja yang menghirupnya pasti merasa sesak.
Dan benar saja. Ketika Niall Horan masuk, laki-laki berambut pirang itu langsung terbatuk dan napasnya sedikit tersendat.
"Yak! Kau menghabiskan berapa batang?!"
"Hampir satu bungkus," jawabnya santai.
"Kau gila? Kau sama saja mempercepat kematianmu!" Niall pun berjalan mendekat dan mengambil rokok yang masih tersisa satu. "Kau lebih baik mengisapnya jarang-jarang. Oh, ya! Barusan Hadid menghubungiku. Katanya kau menghiraukan pesannya, ya?"
Zayn terdiam. Membahas Gigi tentu dia jadi teringat akan perkataan Perrie tadi. Seharusnya Zayn melakukannya dari dulu. Namun, dia tidak bisa.
"Kalian kenapa? Ada masalah?"
Zayn menggeleng. Dia jadi teringat perkataan Perrie kalaumana dia harus menjauhi Gigi dengan alasan yang cukup membuat Zayn terbungkam.
'Apa dengan berjalannya waktu, lantas penyakitmu itu bisa sembuh?'
'Kau mau jika Gigi terus-menerus menunggu akan hal yang tidak pasti?'
"Apa karena soal statusmu yang sudah jadi artis, lantas Gigi menjadi khawatir akan hubungan kalian?" tanya Niall kembali di sela-sela menghisap nikotinnya.
'Ingat, Zayn! Kau ini mati rasa! Perasaan cintamu itu sudah pudar karena penyakitmu itu! Bukankah kau terlihat egois, jika menginginkan Gigi untuk tetap berada di sisimu?'
Zayn menggeleng berusaha menghilangkan suara Perrie dari pikirannya. Namun, yang Nial sangka kalau Zayn memberikan jawaban atas pertanyaannya tadi.
"Lantas, karena apa? Orang ketiga?" Niall masih keukeuh menanyakan kebenarannya.
Sementara Zayn kini menjambak rambutnya dengan frustasi karena suara dari Perrie 'tak kunjung berhenti dari pikirannya.
'Jangan egois, Zayn! Kau tidak bisa membiarkan masa depan Gigi hancur karena menikahi pria sepertimu!'
'Jadi, biarlah aku yang menggantikan posisi Gigi karena aku memiliki penyakit yang sama denganmu. Bukankah itu terdengar lebih adil?'
'Jika kau berubah pikiran. Aku akan menunggumu di kamar hotel yang telah ku pesan.'
"Zayn! Kau dengar aku?" Niall mengibaskan tangannya ke depan wajah Zayn. Namun, laki-laki itu langsung menepisnya dan mulai mematikan rokok di atas asbak.
Tanpa banyak bicara, Zayn meninggalkan Niall sendirian yang tengah berteriak padanya.
Sementara Zayn sendiri. Dia sedang berjalan ke arah kamar hotel yang tak jauh dari kamar dirinya. Zayn pun sampai lalu mengetuk pintu sampai penghuni kamar itu keluar.
"Zayn?" Perrie sedikit terkejut namun dia tersenyum simpul pada akhirnya. "Lebih cepat dari apa yang ku duga," ucapnya pelan yang sama sekali tidak di dengar oleh Zayn.
Karena dengan gerakkan yang tidak terduga, Zayn langsung mendorong tubuh Perrie lalu merapatkannya ke dinding.
Zayn dengan gerakkan kasar menyingkapkan rok Perrie dan menaikkan paha wanita itu untuk dikalungkan pada pinggangnya.
"Aah-ah," keluh Perrie ketika Zayn dengan nakalnya mencium leher serta meremas payudara kanannya yang bebas.
Tidak puas sampai disitu. Zayn melorotkan seluruh celananya lalu memasukkan penisnya. Dia pun memajukan pinggulnya sambil berusaha menahan badan Perrie yang menghimpit dinding.
"Ah, ah, ahhh," keduanya saling melenguh dengan nikmat. Perlahan, Zayn kemudian membawa Perrie untuk tidur di atas kasur.
Mereka berdua pun kembali melakukan hubungan yang begitu intim. Segala desahan yang membangkitkan hasrat semakin menciptakan suasana malam yang begitu nikmat.
Disela-sela memasuki kenikmatan itu. Zayn berucap pada Perrie, "Aku-aahhh! Melakukan ini bukan karena kita akan menikah. Namun, karena tidak ingin membuat Gigi menderita akan ketidak-pastian dariku."
"Aah, aah shittt. Come on aah, its okay. Aku mengerti," Perrie kemudian tersenyum penuh arti.
Tidak percuma dia menyewa paparazi dan menyiapkan tape recorder untuk merekam adegan panas malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Memories● Z. M
Fanfiction[Ada beberapa cerita yg di private. Silahkan follow aku terlebih dahulu, agar bisa membacanya] Konten cerita ini bersifat dewasa (18+). Jika memang tidak suka, silahkan untuk mundur atau jangan membacanya. Ps: Cerita ini blm tamat, thanks. *** Bagi...